11; Luka yang Terpendam

250 218 109
                                    

Happy Reading All!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading All!

Keesokan harinya suasana kantin SMA Taruna Bhayangkara kembali dipadatkan dengan banyaknya siswa maupun guru yang tengah beristirahat. Suasana siang hari yang tampak mendung membuat keadaan kantin tidak begitu panas seperti biasanya.

"Woi woi, gue punya tebak-tebakan." Finn dengan seragam batik yang lengkap mulai berceloteh.

"Apaan?" Ali yang tengah membenarkan rambutnya yang basah setelah sholat dzuhur itu menanggapi.

"Nenek-nenek siapa yang lompat?"

"Neneknya pocong?" Meysha yang tengah menegak es teh miliknya ikut menjawab.

"Salah."

"Nenek lo?" Kini Aslan ikut membuka mulut.

"Anjir lo Lan, lo doa-in nenek gue lompat-lompat?"

"Gue nebak bego."

"Reth, giliran lo."

Aretha yang sejak tadi diam kini mengarahkan pandangannya. Tubuhnya masih terasa kaku karena menggigil semalam. Sialnya ia teringat akan ujian Bahasa Inggris yang akan dilakukan hari ini sehingga ia harus memasuki sekolah. "Tebak-tebakan lo jadul banget."

"Emang lo tahu?"

"Neneknya katak."

Raut wajah Finn yang semula antusias kini mendadak murung. "Kok lo tahu sih Reth, nggak seru ah."

"Gue jawab neneknya pocong sama saja bjir." Meysha tak terima.

"Kalau kata gue salah."

Keempat sahabatnya terus berceloteh membahas ini dan itu, namun Aretha sama sekali tak paham arah pembicaraan dari sahabatnya. Pandangan matanya justru menangkap pada sosok perempuan centil yang merupakan salah satu teman sekelasnya. Perempuan itu biasa dipanggil Sasya, kini tengah berdiri di sudut kantin dan tengah berbicara dengan Arion. Ya, Arion. Sebetulnya bukan Sasya yang menjadi perhatiannya kini, namun Arion. Lelaki yang jarang sekali keluar dari kelas bahkan ketika waktu istirahat, kini berada di kantin dan lebih anehnya lagi berbicara dengan Sasya.

"Tumben Arion ke kantin." Ali yang juga tengah memperhatikan Arion yang berdiri jauh dari bangkunya menyeletuk.

"Sama Sasya, ada apa mereka berdua?"

Seketika ada perasaan aneh yang menjalar pada tubuh Aretha.

Meysha yang duduk di sampingnya itu menoleh. Seakan peka dan tahu mengenai perasaan Aretha, ia bertanya. "Kemarin lo ketemu Arion?" Ia memelankan suaranya agar ketiga sahabat gilanya tak ikut campur.

Aretha mengangguk mengiyakan. "Nothing special, cuma ketemu."

Ketika pandangan Aretha ingin kembali melihat sosok lelaki yang baru saja menyita perhatiannya, ia terkejut karena tanpa ia sadari baru saja melakukan eye-contact dengan Arion yang baru saja melewati bangkunya terduduk untuk keluar dari kantin.

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang