Happy Reading All!
Setelah melakukan sosialisasi singkat pada penduduk sekitar, hari kedua berlalu dengan banyaknya keringat dan energi yang terkuras. Seluruh peserta pun memanfaatkan waktu di malam hari dengan beristirahat karena esok hari menanti. Hingga hari ketiga tiba dengan tantangan dan pengalaman baru.
"Gue minta air," Audrey yang baru datang segera menyambar botol minum milik Aretha. Perempuan berambut pendek itu menegaknya hingga tersisa setengah, lantas mengelap keringatnya yang bercucuran.
Aretha hanya mengangguk sebagai perizinan, matanya masih fokus pada secarik kertas yang berisi materi program kerja miliknya yang telah ia rangkum dengan rapi walau pelipisnya juga sama bercucuran keringat. Pelatihan fisik di hari ketiga benar-benar membuat mereka kehabisan napas. Pelatihan fisik kali ini sungguh melatih fisik para peserta. Mereka diminta untuk melakukan olahraga seperti lari cepat, squat, push-up, sit-up dan sebagainya dengan angka repetisi yang sangat gila.
Setelah melakukan latihan fisik yang seakan justru melemahkan fisik, para peserta dengan program kerja terpilih akan diminta untuk mempresentasikan program kerjanya di hadapan seluruh peserta dan pembina untuk nantinya direalisasikan pada hari berikutnya. Aretha merupakan salah satu peserta terpilih dan 10 menit adalah waktu yang diberikan pembina untuk Aretha mempersiapkan diri sebelum melakukan presentasi. Gila memang. Sial sekali ia dapat terpilih sebagai peserta pertama yang akan mempresentasikan program kerjanya.
Baru setelah itu para peserta akan mendapat materi dari pemateri selama 3 jam penuh. Lantas di sore hingga malam harinya, para peserta akan melakukan survei lokasi serta wawancara. Nantinya para peserta juga akan dibagi menjadi 5 divisi, dengan satu divisinya berisikan 20 orang, mulai dari divisi perairan, pendidikan, keperawatan, pertanian dan hubungan sosial sesuai minat dan kemampuan yang dimiliki. Aretha sendiri akan masuk dalam divisi pendidikan dasar.
"Lo pasti bisa Reth," di tengah napasnya yang masih belum stabil, Audrey memberi semangat.
"Bisa, bisa gila." Sanggah Aretha tanpa memalingkan bola matanya.
Audrey hanya tertawa. Sesi presentasinya hanya selisih 20 menit dari Aretha, yaitu di posisi ke-3. Keduanya sama-sama sial mendapat sesi pertama. Audrey yang baru sadar akan hal itu segera meraih buku catatannya. Lantas mengikuti gerakan Aretha, fokus terhadap masing-masing materi yang mereka siapkan.
***
Sore harinya setelah beristirahat sejenak, para peserta akan melakukan survei ke tempat yang berbeda berdasarkan divisi, serta melakukan wawancara pada penduduk sekitar lokasi survei. Akan ada 5 program kerja yang di realisasikan pada desa ini dan survei yang mereka lakukan setelah ini berguna untuk mengetahui apakah setiap program kerja dapat direalisasikan pada masing-masing lokasi.
Setelah bersiap, seluruh peserta akan berjalan kaki menuju tempat pelaksanaan per masing-masing divisi. Berbekal satu buku catatan serta satu kotak pensil, Aretha berjalan tegap dengan pandangannya tak henti-hentinya menatap bangunan sekolah dasar yang tampak lawas. Cat-cat dindingnya berwarna hijau muda namun sudah banyak mengelupas. Gentengnya terbuat dari seng yang sudah berkarat. Ketika masuk ke dalam, ruangan tampak minim pencahayaan. Beberapa ruangan seperti perpustakaan dan ruangan serba guna bahkan tidak dipasangi ubin, hanya beralaskan semen yang dingin. Perabotan seperti meja dan kursi masih kokoh, hanya saja sudah penuh dengan coretan pulpen. Beberapa bagian dinding juga tampak penuh dengan coretan tak senonoh. Banyaknya sarang laba-laba pada sudut kelas menambah kesan yang kurang nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity;
Teen Fiction[ON GOING] Eternity; Keabadian Pernahkah kalian mendengar seseorang yang memiliki kekuatan sejak lahir? Iya, kekuatan sungguhan. Mungkin banyak terjadi dalam film karangan. Namun percaya atau tidak, Aretha Pricillia dapat melihat aura seseorang hany...