34. UKS

894 73 38
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA!!!
JANGAN LUPA UNTUK FOLLOW AKUN JJ AGAR MENDAPATKAN NOTIF UPDATE DAN INFORMASI🤩🤩

--&--

CERITA INI HANYA HALUAN SEMATA DAN MURNI DARI KHAYALAN AUTHOR.

Happy reading...

* * *

Orang-orang yang berada di dalam UKS itu turut memperhatikan Navita yang sudah siap mengatakan kejadian yang sebenarnya.

Tatapan Navita beralih menatap Algi dan Nathan secara bergantian. Kedua lelaki itu hanya mengangguk.

Merasa mendapat persetujuan, Navita menghela nafasnya. "Jadi---"

"Sebentar," potong Johan pergi mendekati pintu UKS. "Supaya aman nggak ada yang nguping pembicaraan kita," ucapnya karena melihat ekspresi teman-temanya yang bingung. Setelah memastikan diluar benar-benar aman, Johan mengunci kunci pintu itu lalu kembali ke tempatnya.

"Lanjutin," titah Johan menyuruh Navita, namun Abel berbicara lebih dulu.

"Tunggu," ucap Abel mendahului Navita.

Erik merasa gondok. "Apa lagi sih? Gue udah mau fokis dengerin nih," ucap pria itu.

"Tunggu dulu, gimana kalo kita kepergok didalam sini? Sama laki-laki lagi. Kalo kita kepergok dan dituduh melakukan hal aneh-aneh, gimana?" Celetuk Abel.

Mereka tampak berfikir. Yang dikatakan Abel ada benarnya juga. Pasalnya mereka masih berada di sekolah. Bagaimana jika ada murid ataupun guru yang mengetahui kalau ada siswa-siswi yang berada didalam UKS dalam keadaan pintu yang terkunci, bukankah akan menjadi masalah bagi mereka yang berada didalam? Apalagi delapan orang yang berbeda-beda gender. Pasti akan menjadi masalah besar.

Farrel mengangguk setuju. "Yang dibilang Abel ada benarnya," ucap Farrel melihat teman-temannya. "Disini bukan tempat yang aman," lanjutnya.

Johan mendekat kearah Farrel. "Terus, kita mau bahas ini kapan?" tanyanya.

Nathan menatap jengah orang-orang yang berada didalam. "Kita ketemu di markas nanti malam," ucap lelaki itu bangkit dari duduknya.

"Gue setuju. Cuma markas tempat satu-satunya yang paling aman," sahut Algi merasa setuju dengan apa yang dikatakan Nathan.

Semua yang berada disitu saling menatap, lalu mereka mengangguk secara bersamaan.

"Bwolehhh..." Jawab Johan menghampiri Abel, lalu merangkul pinggang gadis itu. "Berangkat sama gue ya? Gue jemput," tawar Johan menatap Abel sembari mengelus sayang pipi gadisnya. Abel hanya membalas dengan anggukan, lalu tersenyum.

Nathan beranjak mendekati pintu, lalu membuka kunci tersebut. Ia menatap Navita. "Ayo, Vit," ajaknya. "Gue anterin ke kelas lo,"

Navita menatap Algi sekilas, lalu menatap Nathan. "Nggak perlu repot-repot, Nathan. Aku bareng Abel sama Naya aja," jawab Navita dengan ragu-ragu. Ia takut salah bicara kepada kakak tirinya itu.

Lelaki dengan marga Adibaskara itu hanya mengangguk. Ia tidak mau membuat Navita merasa tertekan jika Nathan terus memaksakan keinginannya.

Nathan beralih membuka kenop pintu. "Kalian masih mau didalam sini?" tanyanya kepada para sahabatnya.

Erik yang menatap intens antara Navita dan Nathan pun dibuat gelagapan mendengar pertanyaan itu. "Ya nggak lah. Gue mau lanjut makan di kantin," sahutnya turun dari brankar.

"Ganggu waktu makan gue aja lo," ucapnya kepada Algi sebelum dirinya benar-benar pergi dari dalam UKS. Setelah mengatakan itu, Erik berlalu keluar. Sedikit jahil saat melewati Nathan, ia sengaja menginjak kaki Nathan dengan sedikit keras membuat sang empu mengumpat kesakitan.

RAFARREL [perjodohan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang