36. Masa lalu Algi

399 13 14
                                    

❗VOTE SEBELUM BACA❗
❗TINGGALKAN JEJAK KALIAN DI KOMENTAR GUYS❗

Happy reading...

*  *  *

Algi yang sudah sesak menahan segala masalahnya dimasa lalu, akhirnya ia mengambil keputusan untuk menyudahi semuanya.

"OKE! Gue akan mengakui semuanya,"

Algi menghela nafasnya panjang. "Gue... Gue..." Terlihat begitu gugup.

Nathan yang jengah, berjalan menghampiri Algi dan menepuk pundak lelaki itu. "Jelasin kalo lo emang bukan pengecut," ucapnya mengangkat sebelah alisnya.

Algi menoleh sekilas. "Gue nggak tau harus mulai bicara dari mana," sahut Algi dengan nada dingin.

"Kita bantu lo buat kasih pertanyaan," Johan setuju dengan ucapan Farrel. "Awal dari kisah lo sama Navita dulu aja, gimana?"

Netra Algi mengamati dengan lekat teman-temannya. Tatapannya jatuh pada kedua sorot mata Navita yang terlihat sedang menunggu jawaban darinya. "Navita adalah perempuan yang membuat gue tau arti kehidupan," ucapnya dengan tatapan yang sama sekali tidak putus.

"Navita juga perempuan yang menjadi alasan kenapa gue nggak membuka hati untuk siapapun. Karena... Gue masih berharap kita bisa sama-sama lagi buat versi yang lebih bahagia. Gue tau kalo gue dulu emang pengecut. Tapi itu semua demi kebahagiaan Navita," Algi tersenyum kecut jika mengingat hal yang membuatnya menjadi Algi yang sekarang, penuh dengan dendam.

"Apa sih? Jelasin yang jelas biar gue paham," ucap Erik.

"Selama Navita pacaran sama gue, gue rasa dia tertekan dan ngerasa nggak bahagia. Itu semua karena bokap gue. Selama Navita pacaran sama gue, laki-laki brengsek itu nggak akan membiarkan perempuan yang gue cintai hidup dengan tenang," Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Mati-matian Algi menahan air mata yang menggenang di kelopak matanya agar tak terjatuh setetes pun.

Navita bangkit dari duduknya. Ia berjalan mendekat kearah Algi dan berdiri tepat disampingnya. Dengan sangat lembut Navita memberi elusan pada lengan lelaki itu. Bermaksud memberi kekuatan. "Aku tau apa yang kamu rasain, Al," ucapnya sembari tersenyum tipis. "Hal yang harus kamu ingat dan aku perjelas lagi. Selama aku sama kamu aku ngerasa bahagia, bahagia banget. Walaupun kita berpisah dengan cara yang nggak semestinya, tapi aku yakin, pasti ada alasan kenapa kamu memutus hubungan sama aku, dan aku udah tau alasannya. Nathan cerita semua ke aku. Tapi aku mau denger dari kamu langsung,"

Mendengar perkataan manis dari bibir Navita membuat air mata yang sedari tadi Algi tahan menjadi pecah. Bahkan dirinya tak peduli dengan tatapan aneh yang diberikan oleh teman-temannya. Ia tak peduli menangis dihadapan para sahabatnya. Algi tidak peduli lagi dengan rasa gengsi yang dimiliki.

Tangan mungil itu beralih memeluk Algi. Tentu membuat sang empu tidak menolak. Setelah dirasa tenang, Algi melerai pelukan itu dan kembali menjelaskan kepada teman-temannya.

"Seperti apa yang udah gue bilang, kalo gue putus sama Navita itu murni bukan gue yang mau, tapi karena bokap. Gue lebih mementingkan keselamatan Navita, walaupun gue tau itu akan buat dia tersiksa."

Nathan tersenyum miring. "Dasar bodoh! Lo nggak tau betapa hancurnya adik gue disaat lo pergi," sarkas Nathan meminum segelas alkohol.

"Gue sadar atas apa yang gue lakuin dimasa lalu. Kalo gue nggak memilih opsi itu, mungkin gue nggak bisa jamin keselamatan Navita," jawab Algi. "Disini tujuan kita sama, Than, membuat bahagia perempuan yang kita sayang. Lo sebagai kakaknya, dan gue sebagai pacarnya."

"Dan asal lo tau. Gue kehilangan nyokap gue, gue kehilangan sosok ibu itu semua karena bokap gue yang bajingan itu! Semua karena perempuan jalang yang membuat keluarga dan kehidupan gue jadi berantakan!"

RAFARREL [perjodohan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang