Mungkin ini sudah ujung dari perjumpaan kita, semoga aku tak pernah berjumpa denganmu lagi.
-Alika Yunaira Adelia-
***
Setelah berita tentang batalnya pernikahannya tersebar luas, esok harinya Alika langsung memutuskan untuk kembali bekerja.
Alika datang ke kampus pagi-pagi, untuk mengajar mahasiswanya. Meskipun, memang belum masuk jam mengajar.
Ia ingin menyibukkan diri, bukan semata-mata hanya bekerja. Tapi, dia ingin melupakan rasa sakitnya. Hanya dengan bekerja, Alika akhirnya bisa sejenak mengalihkan pikirannya. Ia bisa berhenti sejenak memikirkan Calvin.
Ia tidak ingin menjadi lemah dan terpuruk, meratapi nasib cintanya di pojokan kamarnya. Cepat atau lambat Alika memang harus bisa melalui ini semua.
Saat, Alika mulai memasuki area kampus, pandangan semua orang langsung menuju ke arah Alika. Mereka juga langsung berbisik-bisik, mungkin karena berita batalnya pernikahannya yang viral kemarin.
"Pagi, Bu Alika... Apa kabar, sudah lama tidak bertemu," sapa salah seorang dosen dari fakultas sebelah yang tiba-tiba sok akrab pada Alika.
Alika menyunggingkan senyumnya,
"Pagi, Pak. Alhamdulilllah baik, saya izin masuk dulu ya," pamit Alika langsung memungkas percakapan diantara mereka berdua. Alika tak ingin berlama-lama bicara karena mood nya yang masih sangat buruk sekarang.
Dosen tersebut pun memandang Alika dengan tatapan sinis. Ia pasti berpikir kalau Alika adalah wanita murahan yang sengaja menggoda Pak Calvin di kampus. Namun, Alika tidak ambil pusing. Toh, semua orang tidak tau apa yang sebenarnya terjadi di antara hubungannya dengan Calvin.
Saat menuju ke kantor, Alika melewati ruangan Calvin yang sedikit terbuka. Alika meliriknya sebentar, ia tiba-tiba teringat saat pertamanya bertemu dengan Calvin. Ia juga teringat bagaimana ia bertengkar dengan Calvin, bahkan ekspresi marah Calvin saat pertama melihat wajahnya pun masih ia ingat jelas dibenaknya.
Alika tertawa sendiri, sebelum sedetik kemudian ia kembali tersadar akan satu hal, jika Calvin marah saat itu karena wajahnya yang mirip Lancaster.
Alika tersenyum kecut, mungkin jika wajahnya tidak mirip dengan Lancaster, ia tidak akan mungkin bisa mendapat perhatian Calvin saat itu. Apalagi sampai bisa berhubungan dekat seperti kemarin. Memang Alika siapa?
"Sadar Alika, kamu hanya wanita yang mirip dengannya," ujarnya pada dirinya sendiri.
Kemudian, Alika menutup pintu itu perlahan. Bersamaan, menutup kembali kenangannya bersama Calvin di ruangan itu.
Alika langsung beranjak pergi menuju ke kantor, namun ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.
"Tunggu Alika," panggilnya.
Suara bariton yang tak asing di telinga Alika, membuat Alika mematung di tempatnya saat ini. Alika pun berbalik, untuk melihat sang empunya suara.
DEG
Ternyata Calvin.
Berarti Calvin, sedari tadi berada di dalam ruangan itu. Mungkin, Calvin keluar karena merasa terkejut ada orang dari luar yang menutup pintunya.
"k... kamu di dalam?" tanya Alika ragu-ragu.
"Iya, saya dari tadi ada di dalam," jawabnya.
"Ngapain?" tanya Alika kembali dengan menundukkan wajahnya.
"Merapikan barang-barang saya, sebentar lagi saya pergi ke London. Jadi, saya mungkin tidak akan kembali lagi kesini untuk mengecek perkembangan investasi dan pembangunan," jelas Calvin panjang lebar.
YOU ARE READING
My Untouchable CEO [Sedang REVISI]
AcakCalvin laki-laki blasteran Inggris-Indonesia yang merupakan pewaris utama keluarga Dimitry, merasa kehilangan penyangga hidupnya setelah sahabat sekaligus cinta pertama Calvin, Lancaster meninggalkannya. Kepergian Lancaster telah membuat lubang yang...