05.00
Alika bangun dari tidurnya dan meregangkan tubuhnya perlahan. Entah kenapa hatinya merasa sangat bahagia hari ini karena kejadian tadi malam
"eughh..." gumam Alika meliukkan badannya ke kiri dan ke kanan sambil menguap.
Alika berdiri menuju ke arah jendela kamarnya dan membuka selambu-selambu disana mempersilahkan cahaya matahari terbit masuk kekamarnya
Tak lama terdengar suara ibunya seperti biasa,
" Alika... ayo bangun udah sianggg" teriak ibunya dari luar kamar berniat membangunkan Alika
" Iya maah... udah bangun kookkk" jawab Alika dari dalam kamar sambil tersenyum
(bisa gini ya hari ini? biasanya gue uring-uringan mulu kalo pagi...hihihi) ujar Alika terkikik sendiri karena keheranan pada perubahannya pagi ini.
Apa itu, karena efek habis di antar Pangeran Cintanya pulang tadi malam.
Alika terkirim kembali, dia akan serius mengejar Calvin mulai sekarang.
***
Alika langsung bergegas menuju kampus seperti biasa, hari ini jam mengajar nya sangat full. Jadi, hari ini ia mungkin hanya akan menghabiskan waktunya di Universitas
Alika menuju ke ruangan kelas T8 atas, tepat bersebrangan dengan taman dan gedung baru yang akan dibangun
"Ternyata kampus kalo diliat dari sini adem jugak ya" ujar Alika mengagumi pemandangan yang dilihatnya
Maklum saja, mungkin Alika kurang memperhatikan area sekeliling kampus saat berada di Universitas. Lagipula, ia juga tidak setiap hari datang ke kampus. Mungkin hanya pada saat Alika tidak ada job liputan, biasanya dia selalu mengajar mahasiswa nya via online
"Pagi, Bu Alika" sapa mahasiswa Alika membuyarkan lamunannya
"Pagi, Silahkan masuk" jawab Alika mempersilahkan mahasiswanya masuk dibarengi dengan dirinya
"Oke, Teman-teman sepertinya kita bisa langsung mulai kelas sekarang ya, biar nanti jam nya ngga molor" Ujar Alika sembari tersenyum kepada seluruh mahasiswa yang ada di seluruh ruang kelas itu
Mahasiswa Alika menjawab dengan semangat, "Baik, Bu Alika"
"Okay...Our material today is going to be about Intercultural communication guys. But, first of all I'd like to check your attendance list "
" Alright maaam", jawab para mahasiswa Alika menyetujui
Sebelum Alika menyebut nama salah satu mahasiswanya, Calvin datang menuju ruang kelas bersama pak Budi
"Calvin" panggil Alika kepada salah satu mahasiswanya
"Present ma'am" jawab salah satu mahasiswa Alika yang bernama Calvin itu sambil mengangkat tangannya
Alika melihat mahasiswa itu dan tersenyum, pikirannya langsung menuju kepada Calvin Dimitry
Tidak menyadari kehadiran Pak Budi dan Calvin yang sudah ada didepan pintu
Pak Budi pun langsung mengetuk pintu kelas yang sedari tadi terbuka,
"permisi"
Alika menoleh, melihat Pak Budi dan orang disampingnya
kamu...
Alika tersenyum, melihat kedatangan Calvin.
'aduh jantung gue. Baru aja gue mikirin dia, sekarang dia udah nongol aja didepan pintu', ujar Alika girang
Calvin mengangguk pada Alika,
"Maaf mengganggu jam kuliah kalian sebentar, saya kesini ada keperluan dengan Bu Alika" ujar Pak Budi.
Calvin yang tadinya berada di belakang Pak Budi, ikut menampakkan dirinya hingga mencuri seluruh perhatian para mahasiswa yang berada dikelas.
Seluruh mahasiswa Alika, khususnya Mahasiswi. Seketika langsung heboh dan berbisik tentang ketampanan Calvin.
Hampir 95% mahasiswi termasuk dosen yang ada di kampus begitu mengidolakan paras tampan nan tegas Calvin.
Alika yang mendengar hal tersebut bertanya-tanya pada dirinya.
(Calvin punya urusan lagi sama gue? bukannya masalah kemaren udah kelar?)
"Mari", ajak Pak Budi keluar dengan nada yang begitu sopan
dan jujur saja menurut Alika berbeda sekali dengan biasanya,
"Baik, Mari" jawab Alika mengiyakan
(Calvin, kenapa diem aja?) batinnya.
Mungkin, ia hanya sekedar berkeliling dan mengikuti Pak Budi pikirnya.
Memang apa juga keperluannya berada di sini, kecuali di ruangannya menandatangani segudang berkas investasi.
"Iya, Pak. Bagaimana?" tanya Alika pada Pak Budi. Matanya sekali-kali mencuri pandang pada Calvin.
Namun, Calvin sama sekali tidak meliriknya sedikitpun rupanya.
Pak Budi lantas memberikan beberapa berkas pada Alika dan membicarakan acara di rektorat yang akan dilaksanakan besok pagi.
Setelah, Pak Budi selesai menyelesaikan urusannya. Pak Budi, berpamitan lebih dulu, karena ia dipanggil oleh Rektor. Sehingga, meninggalkan Calvin dan Alika sendirian.
"Apa kabar?" tanya Alika basa basi.
"Baik," jawab Calvin singkat.
"Kamu mau makan siang bareng, nggak? Kebetulan aku abis ini gaada kelas lagi," ajak Alika begitu semangat.
Alika tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Calvin melirik jamnya sebentar.
"Jam setengah 12. Saya tunggu kamu di kafe sebelah," ujar Calvin tetap dengan wajah datarnya.
Mau apa Calvin sebenarnya. Ini hanya sekedar ajakan makan siang, kan. Kenapa jawaban Calvin, malah terdengar seperti pertemuan serius.
Namun, Alika tak ambil pikir panjang. Ia akan menyetujuinya, yang penting ia bisa berduaan dengan Calvin.
"Oke, Vin. Kalo gitu aku mungkin kosong sekitar jam 12 nanti", jawab Alika menyetujui.
"Oke" balas Calvin singkat, langsung berniat melenggang pergi.
"Calvin, tunggu. Aku boleh minta nomor kamu ngga ya? Barangkali, nanti aku ada perlu sama kamu di kampus hehehe," ujar Alika.
Calvin menghentikan langkahnya. Tapi, ia tidak menghiraukan permintaan Alika.
Ia bahkan, terus berjalan seakan-akan ia tidak mendengar apapun.
"VINNN!!! HALOOO," teriak Alika melambaikan tangan pada Calvin yang sudah berjalan meninggalkannya.
Melihat, Calvin sama sekali tidak menoleh kebelakang membuat Alika semakin gemas.
Alika langsung berlari kecil menyusul Calvin dan menahannya.
"Vin, minta nomer hape!" ujar Alika langsung menyodorkan handphonenya.
Calvin menaikkan alisnya sebelah.
Calvin mendorong handphone Alika, menolak memberikan nomornya.
Ia masih tetap berjalan tidak mendengar Alika yang sudah mencak-mencak dibelakangnya.
"Dasar sok misterius! Untung aku cinta," marah Alika yang bisa-bisanya tetap mengagumi Calvin bersamaan.
YOU ARE READING
My Untouchable CEO [Sedang REVISI]
De TodoCalvin laki-laki blasteran Inggris-Indonesia yang merupakan pewaris utama keluarga Dimitry, merasa kehilangan penyangga hidupnya setelah sahabat sekaligus cinta pertama Calvin, Lancaster meninggalkannya. Kepergian Lancaster telah membuat lubang yang...