BAB 3 [Perkenalan]

754 12 0
                                    


"AWWWHSSSS!!!"

Alika meringkih kesakitan tatkala kuda besi itu menyerempet lengan kanannnya. Darah berlumuran di sekujur tubuh Alika, membuatnya sontak memejamkan mata dan menahan nafas.

Sementara itu, pengendara sepeda motor dan para mahasiswa yang tengah berjalan di pinggir jalan yang menyaksikan kejadian langsung panik mengerumuni dosen mereka hendak berlomba-lomba memberi bantuan. 

Dari jarak lain, pandangan Calvin yang tidak lepas dari Alika sedari tadi berhasil menangkap kejadian itu dengan jelas di depan matanya. Ia langsung berlari meninggalkan kepala prodi yang baru saja berbincang dengannya dan berlari menuju Alika cepat.

Bau darah yang menyengat dari lengan kanannya semakin menusuk di hidung Alika. Ditambah, ia juga tak bisa mencoba menggerakkan tangannya. Sampai ia kini akhirnya hanya bisa pasrah dan menangisi keadannya.

Sejak kecil Alika sangat takut melihat banyak darah. Ia bisa-bisa langsung pingsan karena melihat darah. Jika mamanya ada disana sudah pasti mamanya akan menutup matanya.

Alika menangis dan berteriak kesakitan, sedangkan Calvin sangat terlihat dari raut wajahnya begitu panik saat melihat keadaan Alika.

Ini merupakan kali pertama di hidupnya bagi seorang Calvin Waymond Dimitry merasa sangat khawatir pada orang lain. Bahkan, sebelumnya Calvin juga tidak pernah peduli tentang kesulitan dan kesedihan orang lain sedikitpun. Tapi, kini gadis garang didepannya ini berhasil membuatnya merasa ketakutan setengah mati. 

Calvin memecah kerumunan itu dengan satu kibasan tangannya.

"Minggir!!! Minggir semua!!!" teriaknya menggelegar.

Tak menunggu waktu lama, Calvin langsung mengangkat tubuh Alika dan menggendongnya menuju mobilnya.

"Saya bawa kamu kerumah sakit, semuanya akan baik-baik saja, percayalah pada saya," katanya.

Alika yang sedang kesakitan, merasa tubuhnya terangkat masih tidak memiliki keberanian untuk membuka matanya karena indra penciumannya yang mencium bau darah menyengat.

Alika terus saja menangis, sedangkan Calvin yang semakin panik membuat pikirannya tak karuan. Ia bergegas menyetir mobilnya untuk membawa Alika kerumah sakit secepatnya.

"Tolong, tangan saya sakit sekali!!!" tangis Alika.

"Tolong kamu tahan sebentar. Saat ini kita sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu pasti akan baik-baik saja! Jangan tidur dulu kalau kamu merasa mengantuk," 

"Saya tidak kuat,"

"Jangan berkata seperti itu! Buka mata kamu lebar-lebar dan tetap bersama saya! Ingat saya belum meminta maaf kepada kamu, kan?" katanya berusaha mengalihkan fokus Alika dari rasa sakit.

"Kenapa kamu meminta maaf?"

"Saya pria brengsek yang menabrak kamu tadi pagi tadi. Kamu ingin saya meminta maaf pada kamu, kan? Sadarlah, saya akan meminta maaf sekarang!"

"Iya, saya maafkan..." lirih Alika langsung pingsan saat itu juga. 

Calvin semakin kelimpungan, ia mengusap wajah Alika dan menambah kecepatannya agar lebih cepat sampai.

Setibanya di Rumah sakit, Calvin berteriak pada para dokter dan perawat yang ada di lobby untuk membantunya mengobati Alika. 

"Mana dokternya?! Suruh semua dokter turun sekarang juga!!!" titahnya tak terbantahkan. 

Mereka semua pun langsung sigap meraih Alika yang terluka dari tangan Calvin, lalu memindahkannya ke bed rumah sakit. Calvin pun mengikuti mereka semua menuju ruangan UGD, sampai akhirnya ia diberhentikan oleh salah seorang dokter.

My Untouchable CEO [Sedang REVISI]Where stories live. Discover now