Keesokan paginya, Alika langsung tergopoh-gopoh berlari ke bawah.
"Bi Ida!!! Bi... Bibi!!!" panggil Alika berteriak menghebohkan seluruh penghuni mansion.
"Eh, ada apa Non Alika? Kenapa? perut non sakit?" tanya Bi Ida khawatir menghampiri Alika bersama dengan maid-maid Calvin yang lain.
"Calvin kemarin malam ngga pulang, Bi?" tanya Alika hampir menangis.
"Non, sekarang tenang dulu. Tarik nafas... buang, tarik nafas... buang" ujar Bi Ida.
Alika pun mengikuti instruksi Bi Ida dan berusaha menenangkan dirinya. Meskipun, tidak bisa.
"Aden tadi malam pulang sebentar waktu Non Alika tidur" jawab Bi Ida memeluk Alika dari samping.
"Kenapa Calvin ngga bangunin Alika, Bi? Kan bisa bangunin Alika, toh Alika juga di bawah karena sengaja nungguin Calvin pulang" tanya Alika dengan suara bergetar.
"Aden memang ngga mau mengganggu tidur, Non. Makanya Aden pulang diam-diam, lalu berangkat lagi. Aden juga yang sudah memindahkan Non ke ranjang tadi malam" jelas Bi Ida mengusap punggung Alika.
"Padahal, ada yang harus Alika bicarain dengan Calvin, Bi" ujar Alika kecewa membuat Bi Ida menatapnya iba.
"Kalau Non mau, Non bisa ketemu sama aden sekarang di kantor. Kebetulan bibi juga lagi masakin makanan kesukaan Aden, buat di antar ke kantor. Jadi, Non aja yang anterin bagaimana?" tawar Bi ida.
Mata Alika seketika berbinar mendengar ide cemerlang Bi Ida. Akan terlalu lama, jika ia harus menunggu Calvin mengangkat telefonnya atau sekedar memberi kabar padanya sekarang. Yang ada Calvin akan tetap mencueki dirinya.
Lebih baik Alika datangi kantornya saja. Agar masalah diantara mereka berdua cepat selesai.
"Alika mau, Bi!" teriak Alika semangat menghapus air matanya.
"Baik, Non. Kalau begitu bibi siapin sekarang ya makanannnya. Non juga jangan lupa makan disana" jawab Bi Ida.
"SIAP BI TERIMAKASIH!"
Setelah menerima rantang makanan yang dibawakan bibi, Alika langsung menuju ke kantor Calvin. Alika berjalan dengan begitu riang gembira, menantikan pertemuan dengan suaminya itu.
Setibanya di pintu lobby, Alika langsung disambut dengan penuh hormat oleh para pegawai Calvin. Alika pun menebarkan senyumnya untuk menyapa mereka semua.
"Pagi, Apa suami saya ada di dalam?" tanya Alika pada seorang respsionis.
"Selamat pagi, Nyonya Alika. Saat ini Bapak ada di dalam, namuan beliau sedang ada meeting dengan para client" jawab resepsionis itu.
"Oh, begitu ya? Tapi, ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan suami saya" timpal Alika menunduk sedih.
Resepsionis Calvin itupun seperti ketar-ketir, dia tidak ingin mencari masalah dengan membuat sedih istri bosnya itu.
"Em... Nyonya bisa tetap kedalam. Silahkan saya antar" ujar respsionis itu menghormati Alika.
"Oke, terima kasih ya" jawabnya.
Alika pun langsung masuk kedalam ditemani dengan resepsionis Calvin. Memang benar, Calvin sedang memimpin sebuah meeting. Resepsionis itu pun masuk lebih dulu dan memberi tahu keberadaan Alika yang ada diluar.
"Maaf sekali, Nyonya. Tapi, kata Bapak Calvin anda disuruh menunggu sebentar di ruang tunggu" ujar resepsionis itu.
"Apa dia tidak mengatakan sesuatu?" tanya Alika.
"Mohon maaf Nyonya, Bapak Calvin tidak menyampaikan apapun kepada anda" ujar respesionis itu menunduk ketakutan.
"Baiklah kalau begitu, kamu bisa kembali ke meja kamu. Saya akan urus ini sendiri" timpal Alika.
YOU ARE READING
My Untouchable CEO [Sedang REVISI]
De TodoCalvin laki-laki blasteran Inggris-Indonesia yang merupakan pewaris utama keluarga Dimitry, merasa kehilangan penyangga hidupnya setelah sahabat sekaligus cinta pertama Calvin, Lancaster meninggalkannya. Kepergian Lancaster telah membuat lubang yang...