Usai Lancaster dan Anderson tertangkap. Calvin dan Yasha kembali ke rumah sakit untuk menjaga Alika dan Tomi. Calvin menyerahkan urusan Lancaster dan Ayahnya sepenuhnya kepada pihak kepolisian.
Bukan hanya itu, dia juga menuntut keluarga Anderson atas tuduhan penipuan. Tak kurang-kurang, Calvin juga bahkan membekukan kartu perusahaan William n co. Sehingga, perusahaan itu bangkrut dan tidak bisa beroperasi kembali.
Itu saja rasanya masih belum cukup bagi Calvin. Ia akan terus menyakiti Lancaster dengan ayahnya secara perlahan sebagai hukuman. Karena Alika dan Tomi hingga kini juga masih belum siuman.
Di sebuah ruangan rumah sakit yang didominasi warna hitam itu, Alika terbaring lemah di ranjangnya. Sementara, Calvin selalu setia disamping Alika untuk menjaganya dan menunggunya sadar.
Tak lama, Alika bangun meregangkan tubuhnya perlahan. Ia sedikit merasa tidak nyaman dengan gelang infus yang menempel di pergelangan tangannya.
"Sssshhh" desah Alika kesakitan berusaha melepaskan gelang infusnya.
Mendengar hal itu, membuat Calvin langsung terbangun dari tidurnya. Ia mendekat ke ranjang Alika dan berusaha menahan Alika agar tidak melepaskan gelang infus ditangannya.
"Jangan dilepas" ujar Calvin lembut pada Alika.
"Apa Tomi sudah sadar, Vin?" tanya Alika khawatir.
Calvin merasa iba melihat Alika yang langsung mengkhawatirkan Tomi ketika sadar. Alika pasti menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Tomi, pikirnya.
"Tomi sudah sadar tadi pagi. Kemarin malam dia sempat koma setelah operasi" jawab Calvin memberi tahu sembari mengelus puncuk rambut Alika.
Tangis Alika langsung pecah saat itu juga, akhirnya Tomi baik-baik saja. Ia mungkin tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada Tomi.
"Tolong bawa aku kesana, Vin. Aku mau ketemu Tomi" pinta Alika mengangkat kedua tangannya meminta Calvin gendong.
"Kamu baru saja sadar. Apa kamu yakin mau menemui Tomi sekarang?" tanya Calvin khawatir.
"Aku udah nggak apa-apa, Vin. Tolong bawa aku kesana sekarang, aku mohon" parau Alika.
"Baiklah, kalau begitu. Tapi, kamu tidak boleh jalan dulu. Saya ambilkan kursi roda sebentar" ujar Calvin sigap langsung keluar mengambil kursi roda untuk Alika.
Setelah kembali membawa kursi roda, Calvin langsung menggendong Alika dan mendudukkannya ke kursi roda. Ia mendorong Alika menuju ke ruangan Tomi.
Setibanya disana, Alika dikejutkan dengan kehadiran Dian, Putri, dan Dio yang menunggu di depan ruangan Tomi. Saat melihat kedatangan Alika, mereka semua langsung berhamburan memeluk Alika.
"Alikaaa, syukur lo baik-baik ajaa. Kita khawatir banget sama lo" ujar Dian memeluk Alika erat.
"Gue baik-baik aja, guys. Thank you ya kalian udah bela-belain jenguk kita di London" jawab Alika membalas pelukan mereka semua.
"Sama-sama, Al. Kita seneng kok bisa nemenin lo disini" timpal Putri.
"Lo kenapa ngga bilang ke kita kalo lo sakit di sini sih, Al. Bikin orang jantungan aja tau?!" marah Dio bertubi-tubi hingga mendapat tatapan tajam dari Calvin.
"Gue dari mulai naik pesawat dari Indonesia sampai kesini gue baca wirid tau!" kesal Dio pada Alika.
"Lo juga! Kalo ada apa-apa tuh kabarin gue. Emang lo udah lupa sama temen lo sendiri?!" tambah Dio berbalik memarahi Yasha.
"Iya, maaf ya aku ngabarin kalian semua telat. Maaf juga wes ngerepotin kalian buat datang kesini. Karena aku ndak mau bikin kalian semua khawatir" jawab Yasha mengalah pada Dio.
YOU ARE READING
My Untouchable CEO [Sedang REVISI]
SonstigesCalvin laki-laki blasteran Inggris-Indonesia yang merupakan pewaris utama keluarga Dimitry, merasa kehilangan penyangga hidupnya setelah sahabat sekaligus cinta pertama Calvin, Lancaster meninggalkannya. Kepergian Lancaster telah membuat lubang yang...