Bab 23 (Waktu Bersama)

961 21 0
                                    

Alika mengangguk

"Yuk, kita pulang," jawab Alika

Setibanya di rumah Bu Cit

Calvin menghentikan mobilnya,

Alika melihat di depan rumah Bu Cit sudah banyak sekali warga berkumpul, termasuk Dio

Calvin mengulurkan tangan, menggendong Alika turun dari pijakan mobil offroad yang cukup tinggi

"Alikaaaa... yaampun, Nak. Kamu baik-baik saja?" tanya Bu Cit yang berlari menuju kearah Alika.

"Alika sahabat gue! Lo gapapa? Hah? ada yang luka?" panik Dio memutar-mutar tubuh sahabatnya 180°.

"Alika, tidak apa-apa Bu Cit, Dio, dan Bapak-Ibu semuanya untung Calvin datang tepat waktu untuk menolong saya," jawab Alika menenangkan mereka semua

"Apa mereka menyakiti kamu, Alika?" tanya Bu Cit yang masih saja khawatir.

Alika tiba-tiba langsung mengingat saat menakutkan waktu preman-preman itu mengejar dan hampir memojokkan Alika.

"Maaf, Bu Cit, Dio, Bapak-bapak dan Ibu-ibu semua. Saya rasa Alika perlu istirahat. Saya yakin dia kelelahan setelah kejadian ini," ujar Calvin menghentikan seluruh pertanyaan-pertanyaan yang tertuju pada Alika.

(Terimakasih Calvin), batin Alika menatap kearah Calvin

Seakan mengerti maksud Alika, Calvin mengangguk dan menuntun Alika masuk ke dalam rumah Bu Cit,

"Kamu istirahat dulu sekarang, Alika. Besok saya jemput kamu," ujar Calvin sambil tetap menuntun Alika masuk ke dalam kamar.

"Iya, Calvin terimakasih ya?" Calvin mengangguk dan tersenyum tipis.

Calvin pun langsung berdiri dan hendak beranjak pergi.

"Tunggu, Vin?!" seketika Calvin pun langsung berbalik khawatir pada Alika.

"Kenapa? Ada yang sakit?" paniknya.

Padahal, sebenarnya Alika memanggilnya karena ia kira Calvin akan langsung beranjak pulang, tanpa menemani dirinya disini untuk sementara waktu.

"Kamu langsunh pulang ke Jakarta?" tanya Alika.

"Enggak, saya akan tunggu kamu. Bukannya tadi saya sudah bilang?"

"Terus kamu tinggal dimana waktu disini?"

"Mudah saja, saya dan bodyguard saya masing-masing memiliki Hanoi disini,"

"Oh, ya?"

"Iya,"

"Biasanya kalau kami ke Jakarta, kami persilahkan para warga untuk menempatinya sebagai tempat ibadah karena ukurannya juga cukup besar. Biar ada yang merawat juga. Jadi, kalau kami datang kita bisa tinggali lagi,"

"Oooh, begitu. mm,"

Calvin mengangguk dan tersenyum, seakan mengerti ketakutan wanita didepannya. Pasti kejadian tadi sangat mengguncang pikiran dan mentalnya.

"Jangan takut, Alika. Saya akan disini, selama kamu masih disini. Saya tidak akan pergi kemana-mana,"

Alika berusaha menaikkan kakinya yang terluka ke atas, dengan kesusahan. Karena rasa perih yang dirasakannya. "Awhsss!" rintih Alika lirih.

Namun, Calvin langsung keluar dan tiba-tiba datang kembali dengan membawa sebaskom air di tangannya. Lalu, Calvin berlutut dan membantu Alika menaikkan kakinya di lututnya.

"Jangan banyak digerakkan dulu kakinya, kalau masih perih," ujar Calvin meletakkan kaki Alika dengan sangat hati-hati.

Calvin berusaha melipat celana baby doll Alika keatas, namun berhenti. Ia menatap Alika.

"Permisi," ujarnya sebelum menggulung celana Alika. Alika mengangguk, dan membiarkan Calvin mengobati kakinya.

Calvin mengompres kaki Alika dengan lembut. Membersihkan lumpur-lumpur yang ada di Kaki Alika saat ia terjatuh di hutan tadi dengan begitu hati-hati.

Rahang Calvin mengeras mengingat kejadian itu. Dia bersumpah tidak akan membiarkan mereka semua preman itu lepas.

Setelah, Calvin membersihkan kaki Alika. Calvin meletakkan kaki Alika diatas kasur. Dan membantu Alika untuk berbaring.

Saat Calvin beranjak, Alika menahan tangan Calvin. "Kamu bisa temani sebentar, sampai aku tidur? " pinta Alika.

"A...Ak...Aku masih takut," lirih Alika hampir tak terdengar.

Calvin tersenyum, dan memegang tangan Alika. "Saya akan tunggu kamu sampai tertidur," ujar Calvin berusaha menenangkan Alika.

Tangan Alika sepertinya masih gemetar walaupun sudah berbaring. Sehingga, Calvin menggenggamnya.

"Bodyguard saya juga akan berjaga diluar semalaman penuh. Jadi, kamu aman," bisiknya.

Alika berusaha memejamkan matanya. Calvin mengusap telapak tangan Alika, agar Alika lekas tertidur.

(Terimakasih, Vin) batin Alika merasa tenang.

***

Setelah menunggu Alika tertidur. Calvin kembali keluar menemui Bu Cit, Dio, dan warga-warga lain yang ada di depan dan menceritakan hal yang sebenarnya terjadi pada Alika.

"Maka dari itu, persoalan ini akan saya bawa ke jalur hukum. Tapi, saya juga minta tolong kepada kalian semua untuk tidak membicarakan hal ini dengan Alika akhir-akhir ini. Dia telah mengalami waktu yang berat, saya tidak mau pikirannya terganggu hanya karena hal ini" ujar Calvin memperingatkan

Mereka semua akhirnya memahami dan menyetujui apa yang dikatakan Calvin. Selain itu, mereka juga akan berusaha memperkuat keamanan desa ini agar hal-hal seperti ini tidak pernah terjadi lagi kedepannya

"Tenang saja, Nak. Kami akan bergantian menjaga Alika disini" ujar salah satu warga yang diangguki oleh Calvin

"Terimakasih" jawab Calvin tetap dengan wajah datarnya

Tanpa disadari, di balik pintu Rumah Bu Cit. Alika masih bisa mendengar sayup-sayup percakapan Calvin dengan para warga desa,Bu Cit, dan Dio. Untuk pertama kalinya Alika mendengar Calvin berterimakasih pada orang lain. 

"Terimakasih, karena kamu sudah benar-benar peduli dan mengerti keadaan aku, Vin" 

My Untouchable CEO [Sedang REVISI]Where stories live. Discover now