Bab 38 (Masa Lalu)

566 11 0
                                    

Alika tidak bisa lagi menahan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya, 

"Apa yang kamu lakukan, Vin?" 

Calvin memegang tangan Alika, "Alika tolong kamu minta maaf. Kamu tidak sengaja mendorong Lancaster, Kan?" ujar Calvin melunak masih berusaha membujuk Alika.

Air mata Alika menetes semakin deras, melihat Calvin bahkan memohon kepada dirinya untuk meminta maaf tentang kesalahan yang bahkan tidak ia perbuat. Alika mengibaskan tangan Calvin, 

"Tapi, aku nggak salah, Vin. Itu kesalahan dia sendiri. Kenapa harus aku yang minta maaf hah?" 

Calvin hanya diam menatap Alika, dan langsung buru-buru memberikan jasnya untuk menutupi tubuh  Lancaster yang basah karena tumpahan jus itu

Alika  merasa begitu sakit melihat perilaku Calvin yang lebih memprioritaskan Lancaster. Air matanya tidak bisa lagi ia kendalikan, ia benar-benar terluka, sakit, dan malu di acara yang seharusnya jadi hari terbaiknya.

Tak lama, Reza datang terburu-buru memecah kerumunan karena panik melihat Alika menjadi pusat tontonan.

 "Alika, kamu tidak apa-apa?" panik Reza 

Alika menggeleng-gelengkan kepala menjawab Reza, "Maaf, aku tadi lupa bawakan kamu minum pas aku buru-buru ke toilet tadi"

Namun, Alika tidak menggubris perkataan Reza sama sekali.

 "Aku perlu bicara sama kamu sebentar, Vin" ujar Alika yang langsung pergi menuju ke keluar, meninggalkan Lancaster dan orang-orang berada di dalam. Sementara, Calvin langsung mengikutinya dari belakang

Alika mengusap air matanya kasar.

 "Alika, saya tadi tidak bermaksud membela Lancaster" ujar Calvin membuka pembicaraan.

 Alika tertawa saat mendengar pernyataan Calvin dengan air mata yang masih deras mengalir di kedua pipinya. 

"Aku rasa, kamu sudah tidak perlu menjelaskan apapun, Vin. Semuanya sudah jelas" ujar Alika menggantung kata-katanya sambil mengambil nafas.

"Tadinya, aku berharap hubungan kita bisa lebih jauh kedepannya, Vin. Tapi, aku rasa aku salah. Kamu jangan khawatir, kamu tidak bertanggung jawab untuk semua ini" 

 "Alika, semua ini tidak seperti yang kamu pikirkan" jawab Calvin.

"Kamu benar, apa yang aku pikirkan memang salah. Aku salah, karena menganggap sikap dan kepedulian kamu sebagai cinta. Aku juga salah menaruh harapan pada orang yang salah, Vin"  Alika tidak bisa menerima kepahitan yang mungkin akan dikatakan Calvin. Lebih baik dirinya sendiri, yang mengakhiri ini semua terlebih dulu.

"Aku minta tolong, kamu jauhi aku sekarang. Kenyataan tentang wajahku yang mirip dengan tunangan kamu, Lancaster. Sudah benar-benar membuat aku hancur, Vin. Aku mohon jangan buat aku semakin hancur" pinta Alika sambil menangkupkan kedua tangannya memohon kepada Calvin dengan derai tangisan yang tidak bisa lagi ia kendalikan.

Calvin terkejut, dengan apa yang sudah dikatakan wanita yang ada di depannya. Calvin memegang tangan Alika 

"Alika, tolong dengarkan saya. Saya bisa menjelaskan ini semua. Saya dan Lancaster bertunangan sejak kami remaja. Dan, dia sudah meninggalkan saya sejak 10 tahun lalu" jelas Calvin yang masih tidak sanggup meneruskan ceritanya yang menjadi trauma mendalam dalam dirinya.

Alika tertawa, "Jadi, benar apa yang dikatakan media, kalian memang sudah bersama sejak kecil" saut Alika miris mengetahui fakta yang ternyata benar adanya dari mulut Calvin sendiri. 

"tapi itu semua sudah berakhir, Alika. Tolong kamu percaya dengan saya"

Itu semua terlambat. Alika sudah memberi Calvin waktu untuk menjelaskan. Dia juga seharusnya menjelaskan tanpa Alika harus minta seperti janji mereka berdua saat di Kosarek, "memberi kabar satu sama lain apapun, kapanpun, kemanapun, dan dimanapun".

Mungkin, disini Alika baru menyadari perbedaan dari kalimat antara, mau memberi kabar dengan perlu memberi kabar. Mana yang dinamakan prioritas dan bukan prioritas. Dan kenyataanya, Alika bukan prioritas Calvin, bahkan ia tidak akan pernah menjadi prioritasnya.

Belum lagi, ingatan tentang perlakuan Calvin tadi, yang lebih membela dan mempercayai Lancaster membuat hatinya semakin sakit. Hal itu, saja sudah jelas menunjukkan kalau Calvin masih mencintai Lancaster.

Alika menggelengkan kepalanya, "Apa kamu bisa percaya kalau aku bilang, bukan aku yang membuat Lancaster jatuh?" tanya Alika tajam yang kembali mencoba menguji Calvin. 

Calvin terdiam membisu, mengingat jika dirinya melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Alika mendorong Lancaster jatuh ke lantai.

 "lihat? kamu hanya diam. Sekarang bagaimana bisa aku mempercayai seseorang yang sama sekali ngga percaya sama aku. Kepercayaan itu udah hancur, Vin" jawab Alika sarkas

Alika menghirup nafasnya dalam, sebelum melanjutkan kalimatnya yang baginya begitu berat untuk diucapkan.

"Sebelum, kamu meminta aku untuk percaya. Tolong tanya hati kamu terlebih dulu. Siapa orang yang benar-benar hati kamu cari, apakah aku atau Lancaster? " jawab Alika mengakhiri pembicaraan sambil melepaskan genggaman tangan Calvin.

Calvin terdiam menatap Alika, tanpa memberikan jawaban apapun atas pertanyaan yang diajukan Alika. "Kamu nggak akan bisa menerima orang baru, kalau kamu belum selesai dengan masa lalu kamu, Vin"

My Untouchable CEO [Sedang REVISI]Where stories live. Discover now