Alika kembali ke Indonesia usai beberapa hari menginap di London. Ia berpamitan pada Yasha dan Tomi untuk pulang bersama dengan teman-temannya lebih dulu.
Sementara itu, Calvin akan tetap berada di London bersama Yasha untuk menemani Tomi sampai keluar di rumah sakit. Mungkin barulah saat itu, Calvin akan pulang ke Indonesia kembali. Setelah sekian lama.
Di sudut kantor kedutaan itu, Alika membuat laporan di ruangannya mengenai hasil kerjanya selama mendampingi presiden dalam pertemuan bersama dengan Raja Inggris kemarin.
Ia meregangkan kedua tangannya, kala pekerjaannya hampir selesai. Ia hendak mengambil segelas cokelat dari pantry untuk menyegarkan pikirannya.
Namun, saat Ia kembali Ia melihat seseorang menggunakan jas hitam tengah menaruh sebuket bunga mawar putih di atas meja kerjanya. Apakah mungkin itu Reza, batin Alika bertanya-tanya.
Alika mengejar pria itu dari belakang. Lalu, menepuk bahunya pelan.
"Za... " panggil Alika meyakini bahwa dia Reza.
Namun, saat pria itu berbalik, ternyata dia bukan Reza. Tapi, Sando!
Alika terkejut bukan main. Karena baru kali ini Ia melihat Sando dengan setelan jas formal seperti ini. Biasanya dia selalu mengenakan baju hitam, jaket bomber hitam, atau kaca mata hitam. Layaknya bodyguard seperti biasa. Tapi, kini Sando benar-benar terlihat rapi.
"Kamu ngapain kesini, San? Saya kira siapa kamu tadi" tanya Alika mempersilahkan Sando duduk di sofa.
"Maaf, jika Saya sudah tidak sengaja mengganggu waktu anda, Nona Alika. Saya datang kemari untuk mengantarkan ini" jawab Sando menunjuk bunga yang ada di meja.
"Bunga mawar putih?"
Alika kembali menerawang masa lalu. Sempat, setahun yang lalu Ia juga mendapat kiriman bunga mawar putih dengan buket yang sama. Bunga itu bahkan dikirim setiap hari ke kantor dan kampus Alika.
Saat itu, Reza berkata bahwa Ia yang mengirimnya.
"Ini dari Reza?" tanya Alika polos.
"Ini dari Pak Calvin, Non" jawab Sando singkat membuat Alika membelalak.
"Apa setahun ke belakang ini Calvin juga yang kirim bunga mawar putih ke kantor saya?" tanya Alika memastikan.
"Benar, Non. Saya sendiri yang mengirimnya. Saya jugalah yang mengirim bunga untuk Nona Alika ke Qatar" jawab Sando tanpa ragu.
Alika terdiam sejenak, untuk apa Calvin mengiriminya bunga mawar putih setiap hari ke tempat kerjanya. Dan juga, kenapa Reza harus berbohong kalau sebenarnya bukan dia yang mengirim buket mawar putih itu.
Alika sedikit kecewa dengan Reza. Jika saja saat itu, dia tau kalau bunga itu dari Calvin, mungkin hubungannya dengan Calvin bisa membaik lebih cepat.
"Oke, saya terima ya bunganya, San. Terimakasih" ujar Alika mengulas senyumnya.
Sando pun langsung sigap berdiri dari sofa.
"Baik, Nona Alika. Kalau begitu saya kembali dulu. Silahkan melanjutkan pekerjaan anda kembali" jawab Sando.
Alika pun tersenyum menanggapinya.
Alika kemudian kembali ke meja kerjanya untuk mengerjakan laporannya. Lalu, ada seseorang yang kembali mengetuk pintunya.
"Iya, ada apa lagi, San? ada yang ketinggalan?" tanya Alika tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop didepannya.
Seorang pria paruh baya berjas, berwajah tampan, dan berperawakan tinggi masuk kedalam ruangan Alika.
YOU ARE READING
My Untouchable CEO [Sedang REVISI]
DiversosCalvin laki-laki blasteran Inggris-Indonesia yang merupakan pewaris utama keluarga Dimitry, merasa kehilangan penyangga hidupnya setelah sahabat sekaligus cinta pertama Calvin, Lancaster meninggalkannya. Kepergian Lancaster telah membuat lubang yang...