Di satu tempat yang tak terjamah oleh manusia awam, ada sebuah bangunan tak biasa yang langsung bersinggungan dengan sisi tenggara hutan Lunaria. Posisinya agak tersembunyi di balik pepohonan tua yang menjulang tinggi dan juga garis pegunungan yang berjajar rapi. Sepintas memandang, mata pasti terkecoh dan tak akan menemukan keberadaannya. Alam seolah tengah bersekongkol untuk merahasiakan eksistensinya dari dunia luar dengan amat apik.
Bangunan itu bukanlah rumah biasa. Serupa gedung pencakar langit, tetapi desainnya tak ubah kastil yang kerap disebut-sebut dalam dongeng pengantar tidur anak-anak. Pilar-pilar besar nan kokoh mengelilinginya, diberikannya kesan mewah dan antik. Berikut dengan halaman luas yang lebih tepat disebut taman tanpa batas.
Jalan setapak dibuat dengan rapi dan penuh teliti. Bebatuan kecil menjadi pembatasnya. Beraneka ragam tanaman bunga yang beraroma wangi membentuk jalur bewarna-warni. Ada pula kolam kecil dengan pancuran yang cantik.
Sepanjang memandang, rerumputan hijau menjadi permadani yang menyejukkan mata. Kicauan buruk tak ubah nyanyian merdu yang terus melantun tanpa putus. Langit biru membentang dan cahaya matahari menyinari. Semuanya menciptakan panorama agung yang tak akan pernah dibayangkan oleh manusia biasa mana pun.
Lebih menarik lagi, suasananya cenderung tenteram. Ketenangan dan kedamaian kerap menyelimuti berkat letaknya yang jauh dari jangkauan dunia luar. Terkesan hening, nyaris selalu sunyi, seolah di sana tak ada penghuninya.
Sampai tiba masanya matahari mulai tergelincir dan terang pun tergantikan gelap. Kesunyian terpecahkan oleh riuh dan gaduh. Tenang dan damai tak lagi terasa ketika kegelisahan mulai menguap dan memenuhi udara.
Tanggal 15, malam purnama kedua, semestinya memang akan selalu menjadi saat yang ditunggu-tunggu, persis seperti malam purnama lainnya. Namun, ada yang berbeda untuk kali ini. Tanpa ada sorak-sorai dan hiruk pikuk, wajah-wajah itu terlihat tegang dan penuh gelisah, seolah mereka tengah merasakan kekhawatiran yang serupa.
"Bagaimana kalau Ursa salah?"
"Mungkinkah ramalannya keliru?"
"Apa Alpha akan mengampuni Ursa lagi?"
Ada banyak tanya dan kegundahan yang mengudara. Semua bergumul dan membuat sesak hingga nyaris tak ada yang bisa bernapas. Mereka saling bertanya, tetapi tak ada seorang pun yang bisa menjawab. Mereka pun ingin menuntut, tetapi ada pihak lain yang lebih berhak untuk menggugat.
"Ada sesuatu yang mengikat jiwa serigalanya selama ini. Aku rasa sepertinya dia pun belum menyadari kalau dia adalah manusia serigala."
"Maksudmu, sihir?"
Ursa mengangguk. Dibenarkannya pertanyaan tersebut. "Begitulah yang kuduga, Philo."
Philo Celeste diam. Sekarang ia memilih tak mengatakan apa-apa, alih-alih ia hanya berani untuk melirik sedikit pada seorang pria yang duduk di singgasana dengan ekspresi wajah tak terbaca.
"Hanya itu satu-satunya alasan yang paling masuk akal mengapa kau tidak bisa menemukannya selama ini, Alpha."
Akhirnya Ursa mampu juga mengatakan kemungkinan yang sempat berputar-putar di kepalanya belakangan ini. Ia terus memikirkannya bermalam-malam. Rasanya mustahil sang alpha tak mampu menemukan pasangannya selama bertahun-tahun.
"Dugaanku terbukti, Alpha. Upacara yang kita lakukan semalam memberi jawaban untuk kegelisahan kita selama ini. Gadis itu, calon pasanganmu, calon luna untuk Kawanan Xylvaneth, telah ditemukan," lanjut Ursa menggebu. Diberikannya mimik penuh kesungguhan untuk meyakinkan sang alpha. "Malam ini, dia akan muncul di hutan Lunaria."
"Kalau kau salah lagi?"
Ursa terhenyak. Pertanyaan bernada datar itu membuat jantungnya seolah tak berdetak lagi. "A-aku siap menerima hukuman darimu, Alpha."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Alpha and Me 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Azera Cordelia Ross pikir hidupnya sudah mencapai batas maksimal kemalangan, tetapi ternyata takdir masih menyiapkan kejutan. Kemarin ia adalah mahasiswi miskin yang me...