Era yakin sepenuhnya bahwa cedera di kepalanya bukan main-main, malah bisa dikatakan lebih parah dari yang sempat ia duga. Batu tadi pastilah menyebabkan pembuluh darah di kepalanya pecah dan hasilnya adalah ia jadi tak waras.
Alpha? Jadi alpha yang dimaksud bukanlah nama? Alih-alih adalah gelar untuk pemimpin kawanan manusia serigala? Oh, yang benar saja.
Era memejamkan mata. Tangan naik dan memegang kepala, lantas ia menggeleng. "Aku pasti masih pingsan."
Oscar berpaling pada Landon. "Mengapa dia?"
"Sebentar," ujar Landon seraya mendekat. Dihampirinya Era. "Tenanglah, Alpha. Aku akan memeriksanya."
Oscar terpaksa menyingkir dan memberikan tempat sehingga Landon bisa memeriksa Era. Ia melihat dengan tangan bersedekap di dada dan wajahnya menyiratkan ketidaktenanganan.
"Bagaimana? Apakah dia baik-baik saja?"
Landon memeriksa aliran infus dan mendeham sejenak. "Aku yakin dia baik-baik saja. Sepertinya dia hanya ... syok."
"Syok?"
Landon mengangguk. Dilihatnya ekspresi Era seraya membuang napas. "Wajahnya terlihat seperti manusia biasa yang sedang syok."
"Kau jangan mengada-ada, Landon," gerutu Oscar sembari beranjak dan duduk kembali di tempat tidur. "Tidak mungkin dia—"
"Luna? Alpha? Oh, Tuhan. Apakah aku gila atau sebenarnya aku masih pingsan dan sekarang sedang bermimpi aneh?"
Ucapan Oscar terputus dan ia melongo. "Sepertinya kau benar, Landon. Dia memang sedang syok."
"Aku bisa memahami kebingungannya."
Landon berusaha untuk menahan geli. Ia beralih membuka perlengkapan medis dan mengambil sebotol kecil obat. Diperiksanya label obat tersebut dengan penuh cermat sebelum berpindah pada jarum suntik yang masih tersegel.
"Sepertinya dia membutuhkan lebih banyak istirahat. Tubuhnya terluka dan ia pun lelah. Tidur yang cukup pasti akan memulihkannya dengan cepat. Lagi pula begitulah manusia serigala."
Era tertegun. Ucapan Landon membuat membuat syoknya terjeda. Tangannya jatuh meninggalkan kepala, lalu ia melihat pada infus.
"Apa itu?"
Landon baru saja menyuntikkan obat di kantung infus. "Hanya obat agar kau bisa beristirahat dengan tenang."
"Obat?"
Bola mata Era membesar seiring dengan ketakutan yang mulai timbul. Kegelisahannya semakin menjadi-jadi dan ia memaksa diri untuk beranjak. Ia berniat turun dari tempat tidur, tetapi Oscar mencegahnya dengan cepat.
"Kau tidak boleh pergi ke mana pun, Azera. Kau harus beristirahat."
Era membeku. "Kau tahu namaku?"
"Tentu saja aku tahu."
"Dari mana kau tahu?"
Oscar melirik tas ransel Era yang tergeletak di meja. "Sebagai warga negara yang taat, kau mempunyai tanda pengenal."
Mata Era terpejam dramatis. Namun, itu tak mengendurkan niatnya semula. Ia mencoba menepis tangan Oscar.
"Aku harus pergi."
Oscar bergeming. "Kau tidak akan pergi ke mana pun. Di sinilah tempat seharusnya kau berada. Di dekatku. Luna harus selalu bersama alpha."
"Tidak," tolak Era sembari menggeleng, terus ditepisnya tangan Oscar yang kerap berusaha menahannya. "Aku bukan luna siapa-siapa. Seperti yang kau tahu, namaku adalah Azera. Azera Cordelia Ross. Aku adalah Era dan aku harus pergi sekarang juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Alpha and Me 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Azera Cordelia Ross pikir hidupnya sudah mencapai batas maksimal kemalangan, tetapi ternyata takdir masih menyiapkan kejutan. Kemarin ia adalah mahasiswi miskin yang me...