8. Selenophile: Delapan

1.3K 91 17
                                    

Era hanya berharap bisa menjalani hidup dengan normal. Setidaknya, ia tak ingin mendapatkan kilasan-kilasan aneh setiap bangun dari tidur.

Persis seperti yang terjadi sekarang. Era membuka mata dan ia jadi membeku ketika ada ingatan yang melintas di benak.

"Lepaskan aku, Oscar! Kubilang lepaskan aku! Biarkan aku pergi!"

"Kau boleh berencana, kau boleh berusaha, tetapi kau tak akan bisa pergi dariku. Tempat dan takdirmu ada di sini, bersama denganku!"

Jadilah Era kembali memejamkan mata. Ia tak ingin mengingat hal memalukan itu. Padahal ia sudah mengumpulkan semua keberanian untuk menerjang jendela dan menghadapi batu-batu terjal di bawah sana, tetapi apa yang terjadi? Oscar menggagalkan rencananya dengan teramat mudah.

"Oscar sialan."

Suara mendeham memenuhi indra pendengaran Era, diikuti oleh sebuah pertanyaan.

"Apa kau baru saja mengumpatiku?"

Mata Era seketika membelalak. Ia menoleh dan matanya semakin membesar. Ada Oscar berbaring di sebelahnya, bertelanjang dada, dan bertumpu pada satu siku.

"Oscar. A-apa yang kau lakukan di sini?"

Oscar mendengkus melihat reaksi Era. Dilihatnya Era yang menarik selimut dengan wajah memucat. Ia menyeringai.

"Apa yang kulakukan di sini? Ehm. Tentu saja aku tidur."

"Ti-tidur? Di sini? Ini kamarku."

"Sepertinya kau memang harus segera belajar dengan Ursa. Ada banyak hal yang perlu kau ketahui mengenai manusia serigala, salah satunya adalah ..." Oscar bangkit. Ia merenggangkan otot-otot tanpa memedulikan jengah yang timbul di pipi Era. "... sebagai seorang alpha, aku bebas melakukan apa pun. Aku tidak butuh alasan ataupun izin, termasuk kalau aku ingin tidur di sini."

Pipi Era telah memerah seperti kepiting rebus. Ia bangkit dan disadarinya bahwa pakaiannya masih lengkap, jadilah ia membuang napas sementara Oscar tertawa.

"Mengapa? Apa kau berpikir aku melakukan sesuatu padamu?"

Era kesampingkan rasa malu ketika Oscar turut bangkit seraya terus melihatnya dengan geli. "Tentu saja. Melihat dari penyakit gilamu yang telah parah, siapa yang bisa menjamin kau tidak akan melakukan sesuatu di luar batas?"

"Ck. Seharusnya aku memang melakukannya semalam selagi kau tidur."

"Oscar."

Oscar tertawa samar melihat wajah memucat Era yang semakin menjadi-jadi. Diputuskannya untuk turun dari tempat tidur dan Era dapati bahwa Oscar hanya mengenakan celana dalam di balik selimut.

Era menjerit tertahan dan memalingkan wajah, tetapi tak urung juga tampilan tubuh penuh otot dengan kulit bewarna perunggu itu terbidik oleh retina matanya. Jadilah sekarang rekaman sesaat itu berputar-putar di dalam kepala. Ia menggeram.

"Sudahlah, Era. Kau baru bangun setelah melewati malam melelahkan. Jadi lebih baik kau sekarang bergabung denganku, kita sarapan dulu."

Baru disadari oleh Era bahwa perutnya kosong. Ia berpaling dan melihat meja telah penuh oleh makanan. Oscar duduk di sana, ia menyiapkan sarapan di piring dan lalu mengangkat garpu sebagai isyarat agar Era bergabung.

Era mencoba untuk tidak menerima tawaran Oscar, tetapi perutnya bergemuruh. Rasa-rasanya ia sangat lapar karena Upacara Suci dan pemberontakan gagal itu.

Oscar menyeringai melihat pergolakan batin Era. Namun, ia semakin menyeringai lagi ketika akhirnya Era menarik kursi di depannya dan duduk.

"Sebenarnya aku ingin melihat sesuatu."

The Alpha and Me 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang