Prolog

620 39 5
                                    

◌⑅⃝●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅⃝◌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◌⑅⃝●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅⃝◌

Sebelumnya aku minta maaf karena untuk bulan April ini aku cuma update 2 cerita saja, soalnya aku keteteran selama bulan puasa. Jadi, harap dimaklumi ya.

Sebagai informasi, cerita ini murni fiksi. Semua karakter, nama tempat, dan yang lainnya adalah murni berasal dari imajinasi. Jadi semoga kalian menikmati :*

Note: Bacalah selagi on going, karena cerita bisa di-unpublish kapan pun setelah tamat nanti.

◌⑅⃝●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅⃝◌

Tanggal 14. Hutan Lunaria yang selama ini damai dan tenang menjadi penuh dengan riuh dan gegap gempita. Sebabnya adalah Kawanan Xylvaneth tengah bersuka cita melepaskan kekhawatiran selama bertahun-tahun lamanya.

Alam menjadi saksi bisu untuk kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh mereka. Di bawah cahaya bulan purnama, kedatangan Kawanan Xylvaneth disambut oleh lambaian pepohonan Lunaria. Para binatang malam pun berdendang, mengiringi langkah mereka yang penuh semangat. Setiap seruan kebahagiaan mereka seakan menjadi harmoni semesta yang mengalun indah di udara.

Tak ada lagi bayangan kegelisahan. Tak ada lagi belenggu keresahan. Semua kecemasan yang selama ini merantai kaki dan leher mereka seolah lenyap dan menghilang tanpa sisa. Semua tergantikan oleh senyum dan tawa kebahagiaan.

Suara nyanyian menggema merdu di antara pohon-pohon, disertai dengan dentingan perak dari alat musik yang dimainkan dengan penuh suka cita, diiringi dengan tabuhan genderang yang semakin memeriahkan suasana. Terciptalah alunan irama riang gembira sehingga setiap yang mendengarnya tak kuasa menahan desakan untuk menari. Mereka berputar dan bergoyang dengan penuh semangat.

Satu di antara semua yang berbahagia, adalah Azera Cordelia Ross yang menjadi bintang malam itu. Dia tak ubah poros yang menjadi pusat perhatian kawanan. Semua orang memberi selamat dan tak lupa menyapanya dengan panggilan 'Luna'.

Era menerima semua selamat dan doa dengan senyum tulus sementara hatinya diselimuti kehangatan yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Kebersamaan dan kepedulian yang mengalir di antara kawanan membuatnya merasakan kedamaian tak terlukiskan. Di momen itu, dia merasa terhubung secara mendalam dengan kawanan sehingga jadilah semua emosi dan kebahagiaan yang dirasakan mereka bisa dirasakan jelas olehnya.

Janji terpatri di dalam hati dengan sendirinya. Era bertekad untuk tak menyia-nyiakan kepercayaan yang telah tersemat padanya sekarang. Itu tak ubah naluri alamiah yang muncul begitu saja ketika tahu bahwa kehadiran dirinya amat penting bagi mereka.

Angin bertiup sehingga dedaunan bergemirisik. Era sontak memejamkan mata tatkala belaian angin menyapa pipinya. Terasa olehnya sekilas remasan yang menyentak jantung sehingga dia membuka mata dengan serta merta.

Era menahan udara di dada. Wajahnya refleks berpaling, dilihatnya kegelapan pekat di antara pohon-pohon tua yang menjulang tinggi dengan amat rimbun.

Ada perasaan tak enak, sesuatu yang membuat Era sontak memasang antisipasi. Dia bersiaga, tetapi tak ada yang terjadi.

Era membuang napas panjang. Bersamaan dengan itu, dirasakan olehnya ada yang menggenggam jemarinya. Lalu dia ditanya.

"Ada apa?"

Era tersenyum tipis dan menggeleng. "Tidak ada apa-apa," jawabnya singkat, lalu di dalam hati, dia lanjut bicara. Tenang saja, semua akan tetap terlewati.

*

bersambung ....

The Alpha and Me 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang