Era bergeming seiring dengan dirasakannya perubahan atmosfer di ruangan itu. Dia mendeham, lalu menarik napas, dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dilihatnya Philo yang baru saja mengatakan sesuatu yang tak masuk akal untuknya. Aku adalah keturunan terakhir Kawanan Selunar? Tak mungkin.
Kemudian Era beralih pada Dom. Dia ingat, beberapa saat yang lalu, mungkin hanya berselang beberapa menit sebelumnya, Dom sempat menanyakan perihal kemungkinan bahwa orang tuanya bukanlah orang tua kandung. Bagaimana mungkin dia menanyakan hal aneh seperti itu.
Terakhir, Era menatap Oscar. Dia diam sejenak sebelum akhirnya bicara dengan suara lirih. "Bukan, Oscar." Dia menggeleng. "Itu bukan aku. Aku tak mengetahui apa-apa soal Kawanan Selunar. Itu adalah gosip yang tak mendasar sama sekali. Aku adalah putri dari Amiass Ross dan Sylvie Blair."
Kali ini Oscar yang tak mengatakan apa-apa. Hanya ditatapnya Era dengan lekat dan tanpa kedip. Sorot matanya tak terbaca hingga membuat Era menjadi tak nyaman.
Era menggigit bibir bawah. Dicobanya untuk mengendalikan diri ketika rasa tak nyaman itu menimbulkan gelagat aneh. Tepatnya, itu bukanlah sekilas gelisah yang bisa diabaikannya begitu saja.
Rasa tak nyaman itu muncul setitik. Lalu ia tumbuh dan menciptakan sulur-sulur yang merambati sekujur tubuh Era. Ia merengkuh setiap jalinan tali saraf dan meracuni setiap aliran darah di pembuluh darah Era. Ia tak melepaskan Era.
Era mengerjap dan tangannya refleks naik. Diusapnya setitik basah yang mendarat di pipi—air mata.
"Era."
Era merintih. "Oscar. Itu bukan aku."
"Kita akan mencari kebenarannya," ujar Oscar sembari menenangkan Era. "Kita akan mengetahui semua secepatnya. Aku berjanji."
Era memejamkan mata dengan dramatis. Sebabnya, mendadak ada satu hal menggema di benaknya. Bagaimana kalau aku yang tak ingin mengetahuinya?
"Sekarang, mungkin lebih baik kalau kau beristirahat, Era. Kau pucat dan berita ini membuat keadaan semakin lebih buruk."
Era tak menolak. Dia hanya mengangguk dan bangkit.
Oscar meraih tangan Era. Diajaknya Era untuk beranjak dari sana tanpa lupa memberikan isyarat mata pada Philo dan Dom—mereka akan bertemu nanti, paling tidak setelah Era beristirahat.
Tiba di kamar, Oscar segera membaringkan Era di tempat tidur. Diselimutinya Era dengan penuh perhatian. Dipastikannya Era untuk benar-benar merasa nyaman.
"Oscar."
Oscar mendapati Era meraih tangannya, lalu menariknya pelan, isyarat untuknya agar tidak pergi. Alhasil, dia pun duduk di tepi tempat tidur.
"Ada apa?" tanya Oscar sembari merapikan sejumput anak rambut di dahi Era. Lalu dibelainya tangan Era yang masih menggenggamnya. "Apakah kau menginginkan sesuatu?"
Era menggeleng. "Tidak. Aku hanya ...." Ucapannya menggantung. Sebagai ganti, dia malah mengembuskan napas panjang. "Apa yang dikatakan oleh Dom dan Philo benar-benar tak masuk akal. Mustahil Mama dan Papa bukan orang tua kandungku. Lebih mustahil lagi kalau aku adalah keturunan terakhir Kawanan Selunar."
Oscar diam. Tak dikomentarinya ucapan Era. Sebaliknya, dia hanya menatap Era.
"Aku tak tahu mengapa mereka mencariku hingga tega menculik Papa, tetapi aku yakin ada kesalahan di sini," ujar Era sembari terus menahan gelisah. Dia bergumam. "Mereka salah mengira. Aku bukanlah keturunan terakhir Kawanan Selunar."
Pada titik itu, Oscar hanya bisa mengangguk demi menenangkan Era. Tak dibantahnya dugaan serupa harapan yang Era suarakan. Sebabnya, firasatnya mengatakan yang sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Alpha and Me 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Azera Cordelia Ross pikir hidupnya sudah mencapai batas maksimal kemalangan, tetapi ternyata takdir masih menyiapkan kejutan. Kemarin ia adalah mahasiswi miskin yang me...