Gempar yang menyelimuti Istana Kawanan Xylvaneth dini hari itu menguarkan aura kebahagiaan. Orang-orang yang semula tidur sontak terbangun ketika kabar baik itu menyebar dari mulut ke mulut. Segera saja mereka keluar dari kamar dan dilihat oleh mereka Landon yang tergesa-gesa menuju ke kamar Oscar.
Kabar baik itu memang benar adanya. Era, calon luna dari Kawanan Xylvaneth, telah terbangun dari koma. Jadilah semua keresahan dan kekhawatiran yang selama ini terus menghantui hari-hari mereka langsung lenyap seketika, tanpa ada sisa.
"Jadi, bagaimana keadaannya, Landon? Dia baik-baik saja bukan?"
Landon menuntaskan pemeriksaannya pada Era. Lalu dia berpaling pada Oscar dengan senyum cerah. "Tentu saja, Alpha. Keadaan Era baik-baik saja. Sekarang kau tak perlu khawatir."
Tak terkira lagi betapa besarnya kelegaan yang menyeruak di dada Oscar. Matanya memejamkan terima kasih dan tanpa sadar memegang Landon. "Terima kasih banyak, Landon."
"Sama-sama, Alpha," ujar Landon sembari mengangguk sekali. Lalu dia beralih pada lagi pada Era. "Selamat datang kembali, Era."
Era tersenyum lemah, tetapi merasa bahagia. "Sepertinya aku sudah merepotkanmu untuk kesekian kalinya."
"Sebenarnya aku tidak merasa repot sama sekali, tetapi aku tetap berharap bahwa ini adalah yang terakhir kali."
Era sependapat sepenuhnya. "Aku juga berharap begitu."
Sesaat kemudian Landon, Aaron, Ursa, dan Philo keluar dari kamar Oscar. Sebagai orang-orang kepercayaan Oscar tentu saja mereka harus memastikan keadaan Era dengan mata kepala mereka sendiri. Sekarang setelah mengetahui bahwa Era sepenuhnya dalam keadaan baik maka mereka pun bersyukur tanpa henti.
Pintu kamar tertutup, jadilah Oscar dan Era berdua saja. Mereka saling menatap dan untuk sesaat, tak ada yang bicara di antara mereka.
Oscar meraih jemari Era dan meremasnya dengan perlahan. Nyatanya ada begitu banyak kelegaan dan kebahagiaan yang membuncah di dadanya, tak mampu untuk diucapkan olehnya satu percaya. Jadilah sebagai ganti, dia akan memandangi Era sampai merasa puas.
Era bisa melihat beragam emosi yang memenuhi mata Oscar dan bila dia menatap dengan lebih lekat lagi maka bisa ditemukannya sorak sorai jiwa serigala Oscar di dalam sana. Hatinya tersentuh, jiwa serigalanya meringik pilu. Mereka menyadari betapa Oscar amat lelah dalam penantian selama ini.
"Kau," ujar Era dengan terbata. Ada getir yang hadir di pangkal tenggorokannya, nyaris membuatnya tak bisa bernapas ketika berusaha untuk bicara. "Mengapa kau tidak tidur?" Dia melirik jam dinding dan menyadari bahwa saat itu telah dini hari. "Malam sudah terlalu larut. Seharusnya kau tidur. Bukankah kau akan bekerja pagi nanti?"
Oscar balas menatap Era. Dilihat olehnya mata Era berlinang, air matanya siap untuk tumpah dalam waktu dekat. Untuk itu dia pun menangkup satu pipi Era, lalu dibelainya dengan lembut. Dia tersenyum. "Sepertinya aku akan tidur sebentar lagi."
Kali ini buncahan kebahagiaan Oscar tak mampu dibendung lagi. Dia mencoba untuk bertahan, tetapi tak mampu. Jadilah dia menyerah dan mengambil risiko. Dipeluknya Era dengan meyakinkan diri bahwa satu tamparan atau dua kali tendangan akan sangat setimpal.
Namun, Oscar tak mendapati satu penolakan pun. Ketika Era tenggelam ke dalam pelukannya maka yang dirasakannya adalah penyerahdirian.
Era memejamkan mata dan dengan penuh kesadaran, dibalasnya pelukan Oscar. "Aku baik-baik saja, Oscar."
"Aku tahu. Aku tahu itu, Era," ujar Oscar berulang kali sembari mempererat pelukannya. "Terima kasih."
Pelukan Oscar makin menguat. Era sempat berusaha untuk menahannya, tetapi pada akhirnya dia tak kuasa menahan rintihan sakit. Jadilah Oscar tersentak dan melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Alpha and Me 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Azera Cordelia Ross pikir hidupnya sudah mencapai batas maksimal kemalangan, tetapi ternyata takdir masih menyiapkan kejutan. Kemarin ia adalah mahasiswi miskin yang me...