Era pikir, pergi dari Desa Avaluna dan tak bertemu lagi dengan Amias adalah akhir dari semua kekacauan hidupnya. Namun, agaknya dia keliru. Nyatanya takdir masih senang memberikannya kekacauan-kekacauan lain. Masalah baru muncul, tak ubah bayangan yang berjanji untuk terus mengikutinya.
Mulanya hal itu tak terlalu mengusik Era. Pengalaman selama hidup membuatnya tak takut menghadapi masalah. Dia yakin, apa pun masalahnya, semua akan berakhir pada waktunya.
Sayangnya, hal itu tak berlaku sekarang. Sebabnya, Era menyadari bahwa masalah yang menimpanya turut melibatkan orang-orang di sekitar. Amias dan Dree adalah dua contohnya.
Era tak ingin berpikiran buruk, tetapi kekhawatiran itu muncul dengan begitu saja. Pada akhirnya, dia pun terombang-ambing dalam satu pertanyaan. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada orang-orang di sekitarku?
Hati Era gelisah. Pikirannya tak tenang. Setiap detik yang berlalu terasa menyiksa. Dia terus berharap semoga Philo segera memberi informasi yang mereka butuhkan. Namun, agaknya tidak semudah itu untuk Philo menyelidiki yang tengah terjadi.
Era mengembuskan napas, lalu memaksa diri untuk bangkit dari duduk. Dia menggeleng, jelas menyadari bahwa kesunyian dan tak melakukan apa-apa adalah umpan yang sangat bagus untuk rasa gelisahnya. Kekhawatiran dan kekalutannya semakin menjadi-jadi. Maka dari itu dia pun memutuskan untuk melakukan sesuatu agar fokusnya bisa teralihkan.
Pilihan pertama Era adalah mendatangi arena latihan. Pikirnya, mungkin dengan melihat para guard dan warrior berlatih bisa menyegarkan pikiran. Terlebih kalau dia pun berniat untuk turut berlatih pula. Aktivitas fisik dan keringat jelas adalah kombinasi yang bagus untuk memulihkan suasana hati yang gelisah.
Pemandangan tak biasa menyambut kedatangan Era di arena latihan. Dia masuk dengan langkah tak yakin, dahinya pun mengerut. Bersamaan dengan itu, Thad pun berlari dan menghampirinya.
"Luna."
Era berhenti berjalan. Dia berpaling dan melihat Thad dengan wajah bingung. "Apakah kalian sedang latihan besar-besaran? Ehm. Kupikir sekarang belum jadwalnya."
"Oh, itu," lirih Thad sesaat sembari memutar otak. Dia yakin, Oscar tak ingin membuat Era khawatir. Jadilah dia terpaksa berbohong. "Memang, Luna. Sekarang belum jadwal latihan besar, tetapi kami memang sesekali berlatih ketika waktu luang. Bisa dianggap ini adalah cara kami bersenang-senang."
"Ehm. Kalian memiliki cara yang cukup unik untuk bersenang-senang."
Thad tersenyum dan mengangguk. "Oh ya. Ada apa kau datang kemari, Luna? Apakah ada sesuatu?"
"Tidak," jawab Era buru-buru sembari menggeleng. Diputuskannya untuk tak jadi berlatih. Dia tak ingin mengganggu latihan mereka. "Aku hanya sekadar berjalan-jalan. Belakangan ini tak banyak yang kulakukan. Jadi, aku sekadar mencari suasana baru."
Thad mengangguk walau sedikit bingung. Agaknya tak banyak orang yang ingin mencari suasana baru dengan berjalan-jalan ke arena latihan. Lebih masuk akal bila Era berjalan-jalan ke taman Istana, pemandangan di sana jelas bisa memberikannya suasana baru.
"Baiklah kalau begitu. Silakan lanjutkan latihan kalian."
Era pergi dari arena latihan sembari menelan kekecawaan. Rencananya gagal dan dia tak berniat untuk kembali ke kamar. Dia suntuk, dia butuh sesuatu yang bisa menyibukkan pikirannya dari kecemasan tak berujung.
Langkah Era terhenti ketika terlihat olehnya Dom dari kejauhan. Dom tampak ceria seperti biasa, menyapa semua omega yang sedang bekerja di sekitar bangunan Istana. Lalu tiba-tiba saja Dom berpaling padanya dan tersenyum.
Era membalas senyuman itu dan jadilah Dom bergegas menghampirinya. Dom tampak begitu penuh semangat ketika menyapanya.
"Selamat pagi, Luna."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Alpha and Me 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Azera Cordelia Ross pikir hidupnya sudah mencapai batas maksimal kemalangan, tetapi ternyata takdir masih menyiapkan kejutan. Kemarin ia adalah mahasiswi miskin yang me...