Aku pasti bermimpi. Ini semua pasti tak nyata.
Itulah yang Era pikirkan ketika ia membuka mata. Dilihatnya langit-langit dan ia membutuhkan waktu beberapa saat untuk mencerna keadaan.
Pertama, Era berada di kamarnya. Ini bukanlah kamar Oscar dan ingatannya berbalik ke tiga puluh hari sebelumnya, di mana ia diselamatkan oleh Philo dan berakhir dengan beristirahat di tempat tidur sang alpha. Selang sehari berlalu, ia berhasil membujuk Aaron untuk menyiapkan kamar pribadi. Jadilah ia berhasil memupuskan harapan Oscar yang ingin bermalam bersama dan memanfaatkan keadaan untuk merayunya.
Kedua, Era yakin ada sesuatu yang terlewatkan olehnya. Seingatnya ia bersiap untuk mengikuti Upacara Suci. Ursa mendandaninya dan mereka pergi. Ia sempat bertatapan dengan Oscar sebelum ....
Era meringis. Mata terpejam rapat dan ia memegang kepala. Beragam kilasan tak pasti memenuhi benak dan membuatnya kesakitan.
"Kau sudah bangun."
Era membuka mata. "Landon."
"Aku harap kita bisa bertemu dengan situasi berbeda," ujar Landon sambil memeriksa keadaan Era. Diperiksanya mata Era dengan bantuan senter kecil, lalu ia pun mengecek detak jantungnya. "Kau baik-baik saja."
Era mengerang ketika berusaha bangun. Landon membantunya untuk menyandarkan punggung di kepala tempat tidur.
"Aku juga berharap kita bisa bertemu dengan situasi berbeda. Entah mengapa, tetapi rasa-rasanya aku sering sekali sakit," keluh Era sambil melirik sekilas pada cairan infus yang menetes dengan teratur. "Jadi, apa yang terjadi padaku? Seingatku, aku mengikuti Upacara Suci. Badanku panas dan tulang belulangku serasa remuk. Setelahnya, aku tidak ingat apa pun."
Landon tersenyum. "Begitulah yang terjadi pada perubahan pertama. Tubuhmu nanti akan beradaptasi. Kau tak perlu cemas."
Jawaban Landon justru membuat Era cemas. Dilihatnya Landon dengan sorot penuh tanya, lalu Lanton mengangguk.
Era membeku. "Tidak mungkin."
Landon ingin menenangkan Era, tetapi pintu membuka di waktu yang tepat. Ia tahu siapa yang datang bahkan tanpa berpaling. Sebisa mungkin, ia langsung menyingkir dan menyapa dengan sopan.
"Dia sudah bangun, Alpha."
Oscar membalas acuh tak acuh. "Aku tahu."
Landon putuskan untuk tak mengatakan apa-apa lagi. Ia bergabung dengan Ursa dan Aaron yang turut datang.
"Bagaimana keadaanmu?"
Oscar duduk di tepi tempat tidur. Diraihnya tangan Era dan dipejamkannya mata, ia merasakan suhu Era.
"Kau baik-baik saja."
Era mengerjap, lalu buru-buru menarik tangan. Situasi terasa canggung dan ia tak tahu harus bersikap seperti apa.
"Y-ya. Aku baik-baik saja."
Oscar menyipitkan mata. Ditangkapnya gelagat tak biasa Era, gadis itu menghindari tatapannya. Jadilah ia mendeham.
"Jadi, sekarang kau sudah percaya kalau kau adalah manusia serigala? Kuharap kau tidak lupa dengan apa yang terjadi sebelum kau mengamuk dan akhirnya pingsan."
Bola mata Era membesar. "Aku mengamuk?"
"Mungkin tidak bisa dikatakan mengamuk. Lebih tepatnya kau seperti anak anjing yang kegirangan karena lepas dari kandang. Kau melompat ke mana-mana dan nyaris berlari jauh kalau tidak kukejar."
"Be-benarkah?"
"Menurutmu, sebagai alpha, aku akan berbohong?"
Era tak menjawab. Ia pun ragu. Jadilah ia beralih pada Landon, Ursa, dan Aaron. Sayangnya mereka tidak memberikan indikasi yang diharapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Alpha and Me 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Azera Cordelia Ross pikir hidupnya sudah mencapai batas maksimal kemalangan, tetapi ternyata takdir masih menyiapkan kejutan. Kemarin ia adalah mahasiswi miskin yang me...