I Love You (1)

1.7K 114 2
                                    


"Ada perlu apa nih ngajak ketemu, Kak?" tanya Seungkwan, entah mengapa. Mungkin ia hanya terlalu gugup sebab keadaannya kini berbeda. Seungkwan tiba lebih dulu, tak seperti biasanya dimana Joshua yang kerap kali menunggu kedatangannya.

"Kan kita biasanya emang begini. Apa bener perasaan gue kalo lo menghindar?"

Seungkwan tak menjawab atau memberi pembelaan. Ia kemudian tersenyum dan mengalihkan pembicaraan sebelum rasa canggung akan menjebaknya.

"Anyway, gimana kerjaan kakak? Lancar kan?"

"Lancar sih. Cuma emang kadang ngerjain kerjaan orang lain, dengan alasan yang hmmm... Gitu deh. Tapi selebihnya aman."

Joshua juga bercerita tentang hal tersebut kepada sang ibu, dan membuat Seungkwan tergelak. Sebab temannya itu memang datang dari keluarga yang berkecukupan, dan Joshua kerap kali berganti pekerjaan hanya karena ibundanya merasa ada yang tak beres. Beliau memperingatkan sang putra untuk memiliki pekerjaan yang membuatnya diperlakukan seperti pegawai atau lebih baik memiliki pekerjaan atas dasar hobinya saja.

"Katanya, jaman nyokap kerja ya sesuai kontrak dan deskjob, gak tau aja si Mama kalo jaman sekarang udah berubah."

"Tapi kakak gak ada niatan buat resign lagi kan?"

"Gak ada sih. Tunjangannya banyak Kwan, lembur juga dibayar layak. Biarin deh kalo masih sekali dua kali bantuin temen. Lo sendiri gimana?"

"Biasalah kak, ya gitu gitu aja..."

Seungkwan memang tetap bekerja seperti biasa, dan berusaha menjalani hidup seolah tak terpengaruh dengan kenyataan yang belum lama ini ia terima. Entah siang atau malam, tak ada kontrak pekerjaan yang ia lewatkan. Terkadang rasa tak nyaman atau lelah berlebihan ia rasakan, namun Seungkwan masih bisa bertahan.

Ia juga lebih sering mengunjungi sang ayah, dan keluarga barunya akhir-akhir ini. Seungkwan berusaha menabung untuk keperluannya ketika nanti sudah memasuki masa dimana ia tak mungkin bekerja seperti biasa, sebab usia kandungannya. Membagi penghasilan untuk dirinya sendiri dan hadiah untuk orang tua serta adiknya kelak, saat ia tak mungkin berkunjung dengan perut yang semakin membuncit.

Untuk saat ini, tak banyak yang menyadari perbedaan pada dirinya. Kandungannya baru berumur 15 minggu, belum terlalu mengundang kecurigaan orang. Bayinya juga dalam kondisi yang sehat, dan Seungkwan tak merasakan keluhan yang berarti hingga mengganggu aktivitasnya kini. Mual yang pernah ia rasakan dulu juga perlahan mulai mereda.

"Masih ngerasa gak enak buat makan? Disini juga ada salad kayanya, biar gue pastiin," tanya Joshua menanyakan pesanan makanan lain jika Seungkwan ingin. Keduanya baru memesan minuman, juga cemilan ringan seperti biasa.

"Kalo mau makan berat, kita cari tempat lain aja kak. Gue minta ketemu disini karena ini, wkwk" jawab Seungkwan yang tengah menikmati cheesecake nya.

"Ohh, kirain masih suka gak nyaman perutnya."

"Kakak sebenernya juga udah tau kan?" tanya Seungkwan tiba-tiba yang membuat Joshua kebingungan. "Tau kalo hamil maksudnya... Kakak ngerasa kasian ya?"

Seungkwan menanyakan hal tersebut dengan tenang, itu sebabnya Joshua merasa tak enak hati.

"Gak gitu, Kwan. Beneran."

Seungkwan belum lama ini memeriksakan kembali kandungannya, dan perawat di tempat praktek dokter tersebut menanyakan mengenai absennya Joshua. Seungkwan memang tak keberatan jika akhirnya Joshua mengetahui tentang kehamilannya, ia hanya ingin mengetahui alasan dibalik Joshua memilih bungkam akan hal tersebut.

"Kakak kenapa diem waktu tau itu?"

"Bingung aja sih. Gak enak juga mau bilang apa..."

"Gue cuma hamil kok kak, bukan sekarat. Biasa aja, gak perlu ngerasa bingung, atau kasian segitunya..."

Joshua merasa tak nyaman dengan pernyataan Seungkwan tersebut. Memang benar bahwa Seungkwan tak terlihat mengkhawatirkan, namun bukan itu yang ia maksud. Ia merasa semakin tersudut.

"I love you," ucap Joshua sambil menatap Seungkwan dengan seksama setelah berpikir ulang beberapa kali.

"I love you, since long ago..." Joshua mengulang pernyataannya lagi, dengan lebih serius dari sebelumnya. Ia hanya ingin menghentikan Seungkwan dan pemikirannya yang hanya mengira Joshua mengasihaninya.

Our mistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang