Day 20
"Nonie, capek ya? Kasian..." goda Jeonghan saat membawakan air minum, dan Vernon hanya tersenyum sebab sudah mulai terbiasa dengan kejahilannya. Sang suami tengah mengurus pengiriman barang, dan meminta Vernon untuk membantu mengosongkan gudang.
"Lo mau tidur di sini aja gimana? Sekarang udah ada gudang baru, jadi yang ini gak kepake lagi..." lanjut Jeonghan, dan kini keduanya memperhatikan setiap sudut gudang tersebut.
"Ini lebih gedhe daripada kamarnya Seungkwan gak sih, Kak?"
"Kayanya iya deh... dulu dibikin gedhe soalnya sekali bongkar muat barang lebih banyak dari yang tadi. Kenapa?"
"Sebenernya... pengen Seungkwan gak naik turun tangga gitu. Bisa gak ini buat kamar dia aja?" tanya Vernon, dan Jeonghan cukup heran dengan pemikirannya. "Gue tidur dimanapun gak masalah kak."
"Eh... Kalo gak boleh juga gak papa kok, beneran," lanjut Vernon saat mengetahui Jeonghan belum juga merespon, ia khawatir tuan rumahnya itu menganggapnya berlebihan dan meminta terlalu banyak hal. "Bercanda doang kak, gak perlu dilaporin kak Seungcheol kan ya? Maaf...."
Jeonghan mulai mempertimbangkan pendapat Vernon, mengingat kandungan Seungkwan sudah semakin besar. Meski tak memiliki toilet, ruangan tersebut tetap dekat dengan kamar mandi tamu dan juga dapur.
"Ntar coba gue tanyain ayahnya Seunghan, enaknya gimana," ucap Jeonghan dan Vernon bisa mengerti. "Bersihin aja dulu, yang bersih pake banget. Gue gak mau tau ya..."
---
"Kata kak Seungcheol, ada jadwal periksa ke dokter sore ini?"
"Iya, sejam lagi. Kenapa?" tanya Seungkwan, dan Vernon terlihat kebingungan untuk berbicara. "Disuruh nganterin ya?"
"Kalo kamu gak mau, gak papa. Biar aku bilang kak Seungcheol nanti, aku bisa berangkat sendiri."
"Sama gue aja!" ucap Vernon pasti. "Gue siapin mobil dulu, trus mandi. Nanti tungguin di depan ya?" lanjutnya lagi sebelum kemudian pergi dengan pipi yang memerah, Seungkwan bahkan tak sempat memberi jawaban. Seungkwan kembali ke kamar, dan mempersiapkan keperluan untuk pemeriksaan nya nanti.
"Ati-ati ya dek..." ucap Jeonghan sambil melambaikan tangan saat kedua adiknya berpamitan.
"Digandeng, kalo gak ya dituntun," perintah Seungcheol diiringi tatapan sinis ke arah Vernon. "Jangan mau enaknya aja lo."
"Sayang, udah ih! Takutnya Seungkwan gak nyaman," Jeonghan memukul pundak suaminya yang masih mengamati Seungkwan dan Vernon. Ia juga ingin Vernon bisa berbuat baik kepada Seungkwan, tapi bukan seperti itu caranya.
"Biarin deh, biar terbuka dikit pikirannya."
Vernon tak mampu memulai percakapan kali ini, sepanjang perjalanan ia hanya menanyakan arah jalan kepada Seungkwan dan tak memiliki topik lain. Vernon merasa sangat gugup. Seungkwan juga sama, memilih diam sebab tak menyangka akan datang hari dimana ia bisa ke dokter dengan ayah biologis dari bayinya.
"Mau ikut?" tanya Seungkwan sebab Vernon juga bersiap keluar dari mobil.
"Ya kan disuruh nganter. Masa cuma sampe parkiran?"
Seungkwan melangkah dengan hati-hati, diikuti juga diawasi Vernon dari belakang. Di depan ruangan, Seungkwan duduk dengan pasien lain yang menunggu antrian. Sementara Vernon memilih untuk berdiri di sampingnya, khawatir akan mengambil tempat duduk untuk yang lebih membutuhkan.
Saat nama Seungkwan disebutkan, Vernon menahan tangannya sebelum masuk ruang pemeriksaan, "gak bakal disuntik kan? Lo gak bakal diapa-apain kan?"
"Ya gak lah! Aku belom pernah disuntik juga selama hamil," jawab Seungkwan dengan tawa. "Kamu takut? Tunggu di kursi itu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our mistake
FanfictionVernon dan Seungkwan baru pertama kali bertemu, namun sudah melakukan kesalahan saat keduanya dalam keadaan cukup sadar. Lalu, mengapa hanya salah satu diantara mereka yang berani mengakui, dan diminta bertanggung jawab atas hal tersebut?