We did it

1.2K 94 5
                                    

"Mau pulang, Om?"

"Enggak, baru dateng. Kamu ngusir saya?" tanya Papa Boo, yang benar-benar tidak bisa ditebak Vernon. Ia kemudian meminta maaf dan kembali merasa canggung. Baru kali ini ia bisa bertemu seseorang yang membuatnya tak ingin banyak mendebat melebihi Seungcheol.

Seungkwan sudah diperbolehkan pulang setelah seminggu dirawat pasca tersadar dari koma. Keluarga memutuskan untuknya tinggal di rumah Seungcheol sementara waktu, agar tidak terlalu jauh bagi Seungkwan jika diminta kontrol rutin ke rumah sakit.

"Kesini mau ngapain?" tanya Papa Boo lagi, melihat Vernon begitu grogi.

"Mau ketemu sama Seungkwan, Om. Tapi kalo gak dibolehin, saya pamit pulang."

"Seungkwan ada di dalem, kok malah ngajak saya ngobrol..." jawab Papa Boo sembari berlalu pergi, dan Vernon kembali kebingungan meski akhirnya bisa bernafas lega. Ia segera menuju ke kamar yang dulunya ia persiapkan untuk Seungkwan. Seungcheol yang mengurus segalanya, dan mewujudkan keinginan Vernon untuk mengalih fungsikan kamar tersebut.

"Mau kemana, sayang?" tanya Vernon di depan pintu. Seungkwan hendak ke dapur, tapi Vernon tak mengijinkan. Padahal jarak kamar Seungkwan yang baru dengan dapur sangat dekat. "Sini dulu dong, kangen..."

"Ini botolnya mau aku cuci, bentar doang sayang," jawab Seungkwan, dan Vernon tetap menahan tangannya.

"Nanti biar aku beliin lagi, selusin kalo perlu," ucap Vernon, dan Seungkwan jadi menatapnya heran. "Hehe, biar kamu gak bolak-balik nyuci terus."

"Kamu beliin selusin nanti juga jatohnya tetep aku cuci, kan?" tanya Seungkwan dan Vernon hanya tersenyum aneh. Ia kemudian tetap pergi ke dapur dan membereskan peralatan serta botol susu milik Sky.

"Eh, Nonie!" sapa ibunda Seungkwan dengan ramah, beliau masuk dengan menggendong cucunya. "Tadi Sky tante ajak jalan-jalan, maaf ya..."

"Gak papa, Tante. Saya juga baru dateng kok..."

Mama Boo kemudian menyerahkan Sky yang tengah terlelap ke dalam pelukan Vernon dan meninggalkan keduanya di kamar.

"Kamu yang ngasih nama, sayang?" tanya Seungkwan saat masuk, dan mendapati Vernon tengah berjongkok di tepi box bayinya. Vernon tidak langsung menjawab, dan masih membagi perhatian kepada Seungkwan juga putranya, seolah tengah memikirkan sesuatu.

"Aku bahkan gak tau bayi kita dimana waktu itu. Papa yang ngurus semua, dan ngasih nama buat ditulis di board nya," jawab Vernon yang membuat Seungkwan sedikit tak percaya.

"Aku gak bercanda ya..." lanjut Vernon lagi dan Seungkwan hanya bisa tersenyum. "Kalo kamu mau ganti, gak papa sayang."

"Kayanya cuma kak Jeonghan yang tau ini, tapi aku sempet bilang mau namain anak kita "Haneul"," jelas Seungkwan dan Vernon jadi mengingat saat dimana Jeonghan memang terkejut juga antusias mendengar nama yang diberikan oleh Papa Vernon. "Aku gak pengen ganti namanya, buat kenangan kita sama Papa kamu. Lagian, artinya juga sama kan?"

Vernon mengangguk, dan bersyukur karena Seungkwan bisa menerima nama yang diberikan oleh sang ayah.

"I have no clue," jawab Vernon dengan penyesalan. "Aku gak bisa mikir apa-apa. Ngeliat kamu sama anak kita sama-sama kritis, udah gak kepikiran apapun. Apalagi nama..."

"I'm sorry..." ucap Seungkwan. Ia kemudian ikut duduk di hadapan Vernon, dan menggenggam tangannya untuk memberi sedikit kenyamanan.

"No, baby. Gak perlu minta maaf," jawab Vernon pasti. "Aku yang gak bisa ngelindungin kamu dari awal, dan bikin semuanya jadi gak jelas kaya gini."

"Papa ada alasan tertentu buat ngasih nama itu, sayang?" tanya Seungkwan lagi. "Jujur gak cuma kak Han yang kaget, aku juga penasaran."

"Agak panjang sih sebenernya, gak papa?" tanya Vernon dan Seungkwan mengangguk.

"Jadi di hari itu, Papa dibolehin keluar dari rumah sakit. Aku sebenernya mau ikut pulang, tapi Papa suruh nemuin kamu, dan kalo bisa sekalian dikenalin ke rumah. Ya udah, kesempatan sebesar itu jelas langsung aku ambil..."

Vernon terlihat berusaha keras untuk terlihat rileks, tapi Seungkwan juga menyadari bahwa Vernon sudah bisa menata kalimatnya dengan baik dan seolah kembali mempercayai Seungkwan untuk mencurahkan isi hatinya.

Vernon menjelaskan tentang awal mula perjodohannya yang kini sudah dibatalkan. 8 tahun lalu, sang ayah didiagnosa kanker stadium awal, namun disembunyikan dari seluruh anggota keluarga. Ia berusaha menjodohkan sang putri untuk segera mendapatkan keturunan sebagai satu dari beberapa ahli waris serta penerus perusahaan yang ia miliki. Namun, takdir berkata lain. Sang putri harus mendahuluinya pergi, dan beliau justru masih diberikan kesembuhan serta umur yang lebih panjang.

Tapi beberapa waktu lalu, sel kankernya kembali tumbuh dan menyebar lebih cepat. Itu sebabnya beliau berulang kali meminta Vernon bergabung dengan perusahaannya juga mempersiapkan perjodohan. Seperti yang Vernon sendiri ketahui, bahwa sang ayah membangun bisnisnya sedemikian rupa hingga sebesar sekarang. Ayahnya hanya ingin, kerja kerasnya selama ini bisa dinikmati garis keturunannya, terlebih bila beliau sudah tak lagi ada.

"Setelah sekitaran 5 minggu dirawat beliau ngerasa lebih sehat, seneng juga akhirnya bisa keluar ruangan. I still remember, he said that the sky is pretty at those day," lanjut Vernon lagi.

"Semuanya jadi hectic emang, tapi di sisi lain Papa bahagia akhirnya bisa punya cucu. Makanya beliau yang mau urus semuanya di NICU, terus kasih nama."

Semua begitu rumit juga menyedihkan di saat yang sama, tapi Seungkwan berusaha mendengarkan dengan baik. Ia benar-benar bisa mengerti dan menerima bahwa keluarga Vernon memang punya hubungan yang tidak begitu baik, yang akan selalu membuatnya bertanya. Tapi semua sudah terjadi, sudah bisa terlewati meski meninggalkan luka yang abadi.

"I want to tell you, that we did it. But, everything suddenly fall apart, i can't even stand with my feet. All i want just to be with you, am i too greedy?" lanjut Vernon lagi. Ia hanya ingin Seungkwan tau, bagaimanapun keadaan keluarganya, Vernon selalu ingin bersama Seungkwan, satu-satunya orang yang bisa ia jadikan tempat pulang.

Seungkwan memeluk Vernon dengan erat. Membawanya dalam dekapan yang hangat, menentramkan hati sang kekasih yang sedang berusaha keras untuk pulih dari kesedihan yang datang bertubi-tubi.

"We did it, baby. We did it."

Our mistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang