Something unexpected

973 84 4
                                    

"Harusnya Papa gak perlu pusing mikirin, masalahnya udah selesai juga. Tapi kalo masih mau belain mereka, ya terserah."

Vernon tengah berbincang serius setelah sang ayah diberi laporan oleh orang kepercayaannya, bahwa perusahaan mereka mengalami penurunan keuntungan. Vernon telah mengatasi hal tersebut beberapa waktu lalu, namun pemegang saham lain tak setuju dengan keputusan yang diambil pewaris sah perusahaan itu. Ayahnya kebingungan untuk memihak, sementara sudah jelas data di tangannya menunjukkan pihak-pihak kotor yang mempersulit keadaan.

"Mungkin ini cuma salah paham," jawab sang ayah singkat, dan Vernon semakin tak habis pikir.

"Aku di rumah emang cuma nurut apa yang disuruh. Tapi kalo kerjaan udah terlanjur dikasih ke Nonie, entah Mama atau Papa, semua harus gantian nurut sama keputusanku," tegas Vernon, yang membuat ayahnya tak bisa lagi berargumen.

"Udah, Papa diem aja. Dengerin apa kata dokter sama Mama."

Vernon mulanya tak enak hati untuk berbicara keras kepada sang ayah yang dalam keadaan sakit. Tapi komunikasi keduanya memang selalu seperti itu, dan cara bicara ayahnya yang membuat kesal juga tak banyak berubah selama sakit. Vernon jadi tak segan untuk menegur segala omong kosong serta keluhan sang ayah.

"Nonie mau ke kantor sebentar, abis itu nengokin Seungkwan. Nanti malem pulang."

"Mama titip oleh-oleh buat Hannie, ya? Sama tolong, bunga yang ada di dalem kamarnya Seungkwan diganti," pesan sang ibu, dan Vernon dengan berat hati menurutinya.

"Nanti, kalo Papa udah mulai bahas sesuatu gak jelas, langsung ditinggal aja. Biar sama suster, Mom."

"Kamu kalo lagi ngobrol sama Papa gak bisa pelan-pelan aja, sayang?"

"Males."

Vernon berpamitan kepada sang ibu, lalu kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan kemudian pergi mengunjungi Seungkwan. Tapi saat ia sudah jauh-jauh datang, hal yang pertama Vernon lihat di dalam ruangan tersebut adalah orang lain yang tak membuatnya senang, Joshua. Bahkan di saat Seungkwan tengah tak berdaya, Vernon tetap bisa merasakan dekatnya hubungan mereka. Joshua tengah memanjatkan doa di sisi ranjang Seungkwan, dengan tenang dan seksama.

Tapi Vernon tetaplah Vernon. Rasa cemburu yang berusaha diredam membuatnya gugup, hingga bunga yang ada di genggamannya jatuh. Joshua langsung menghentikan doanya dan akhirnya mengetahui kedatangan Vernon. Keduanya berada dalam diam yang teramat canggung.

"I'm sorry..." ucap Vernon saat mengambil buketnya yang jatuh. "Kirain tadi gak ada orang."

"Gue bisa keluar kalo kiranya lo mau nunggu di sini," ucap Joshua spontan.

"No... It's okay. Lanjutin aja, Kak. Gue kesini lagi nanti."

"Wait... Are you..." Joshua kebingungan untuk menanyakan siapa Vernon sebenarnya. Namun mengingat bayi mungil yang beberapa waktu lalu diperlihatkan Jeonghan, ia bisa menyimpulkan bahwa Vernon merupakan ayah dari bayi yang Seungkwan lahirkan. Dan Vernon memberinya senyuman, seolah mengiyakan pertanyaan yang urung terucap itu.

"Pasti karena bayinya bule ya, Kak?" tanya Vernon dengan senyum, dan dijawab Joshua dengan senyuman pula.

"Maaf ya, gue belom kenal soalnya," jawab Joshua yang kemudian mencoba mengajak Vernon untuk berkenalan. "Kaya pernah liat sih, tapi ragu aja mau tanya. Liat di sekitar ruangan sini maksudnya."

"Emang sering ke sini sih, cuma jarang masuk. Kakak kalo mau lanjut, silakan. Beneran."

"Boleh gak kalo kita ngobrol di luar?" tanya Joshua dan Vernon butuh beberapa detik untuk berpikir hingga akhirnya mengangguk. "Okay, bentar ya. Gue pamitan dulu."

Vernon menaruh bunganya di meja tamu, sebab yang berada di atas nakas sudah diganti oleh Joshua. Ia keluar dari ruang inap tersebut, dan tak lama Joshua pun menyusul. Keduanya duduk di kursi tunggu tak jauh dari ruangan tempat Seungkwan dirawat, dan kebetulan memang tak banyak orang berlalu lalang di jajaran ruang vip tersebut.

"Gue ke sini lagi soalnya Han bilang, katanya Seungkwan mau dipindahin ke rumah sakit lain," jelas Joshua yang merasa segan akan kedatangannya di hari itu.

"Bokap kemaren sempet minta gitu, tapi kasian kak kalo keadaannya belom stabil harus pindah pindah tempat. Biarin di sini aja, fasilitas juga udah lengkap."

"Emang kemaren mau dipindahin kenapa?"

Vernon menjelaskan bahwa jarak kediamannya menuju rumah sakit tersebut memakan waktu yang tak sebentar. Vernon punya banyak pekerjaan, namun juga tak ingin melepas tanggung jawabnya untuk selalu memastikan keadaan Seungkwan dan bayi mereka. Sang ayah memberi saran untuk memindahkan keduanya ke rumah sakit di lingkungan tempat tinggal Vernon, tapi usulan tersebut perlu banyak sekali pertimbangan.

"Hampir dua jam? Wah... Gak capek bolak-balik?" tanya Joshua, dan Vernon hanya bisa tersenyum.

"Kakak kesini juga jauh kan? Paling beda tipis."

"Kenapa gak cari tempat tinggal di sini aja? Kerjaannya banyak ya di sana?"

"Bokap lagi kemo terapi, Kak. Kerjaan sebenernya bisa dikasih ke asisten lah sekali-kali, tapi kalo bokap gak bisa. Susah diatur soalnya," jelas Vernon santai, sementara lawan bicaranya terkejut bukan main.

"Makanya disuruh pindah biar mereka bisa dirawat di satu rumah sakit yang sama," jawab Vernon lagi. "Tapi rencananya sekarang, nunggu bayinya biar sehat dulu kak, baru Seungkwan dibawa sekalian ke sana."

Joshua sebelumnya telah meminta ijin kepada Jeonghan untuk menjenguk Seungkwan, dan diberi tau mengenai kemungkinan ia akan bertemu dengan salah satu dari beberapa pihak yang paling bertanggungjawab atas Seungkwan dan bayinya. Ini bahkan kali pertamanya bertemu dengan Vernon, sosok yang dulu sempat Seungkwan ragukan kehadirannya. Namun Joshua bisa merasakan, juga mengerti mengapa Seungkwan dan Vernon bisa menjalin hubungan yang tak akan pernah ia bisa masuki celahnya.

"Stay strong, ya. Sekali lagi, gue minta maaf buat yang tadi."

"Gak papa, Kak. Makasih udah mau jauh-jauh dateng kesini. Seungkwan pasti seneng banget..."

"Gue titip Seungkwan, ya?" ucap Joshua tiba-tiba, tangannya menepuk pundak Vernon dengan perlahan. "Kita mungkin udah pernah denger cerita tentang satu sama lain, walau cuma sedikit. Dan, rasanya waktu gue buat jagain dia udah harus diserahin ke lo..."

Vernon merasakan hatinya semakin melunak. Kekesalan yang ia pendam sejak pagi hari, yang membuat pikirannya suntuk dan mudah terbawa emosi, kini sirna setelah mendengar pesan dari Joshua. Vernon memang seringkali terpaksa didewasakan oleh keadaan, namun kali ini ia akan menjalani tugasnya dengan lebih tenang dan ikhlas.

"Doain aja ya, Kak. Mudah-mudahan Seungkwan sama anak kami bisa segera sehat. And, I'll do my best for them."

















Nanti kalo dunia udah baik-baik aja, kita intip dikit ya rupa si bayi bule wkwk ;))

Our mistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang