Sweet little things

1.1K 86 7
                                    

"Nonie... Ada tamu di bawah..."

Vernon dengan susah payah membuka matanya. Setelah beberapa saat lalu ia mengurus bayinya, Vernon kelelahan dan tertidur bersama dengan sang putra. Dan mengetahui bahwa ia terbangun sendiri, Vernon sedikit panik.

"Mama pindahin, sayang. Lagi bobo di boxnya," jelas sang ibu yang akhirnya membuat Vernon lega. Ia duduk di ranjangnya dengan sedikit kantuk tersisa.

"Tamu siapa, ma?"

"Nanti kamu juga tau. Dia minta kenalan langsung soalnya..." ucap Mama Vernon yang sedikit ambigu, tapi Vernon juga tak menaruh kecurigaan apapun. Ia hanya butuh waktu sejenak untuk memulihkan tenaga.

"Besok ada baby sitter yang bakalan dateng. Jangan digalakin lagi, ya?"

"Kan udah dibilangin gak usah. Nonie masih bisa bantuin Mama jaga kok," jawab Vernon dengan yakin. Ia seketika mendapatkan kesadaran penuh setelah sang ibu kembali membahas hal tersebut.

"Mama tau kalo kamu pengen selalu sama bayi kamu, tapi yang tadi itu agak bahaya. Co sleeping harus ada aturannya, sayang..."

Vernon menyadari bahwa akhir-akhir ini memang sering tertidur bersama putranya. Mulanya memang ia melakukan hal tersebut karena disarankan oleh dokter, untuk menjalin kedekatan sebab bayinya juga belum bisa bertemu sang ibu kandung. Tapi kesibukannya membuat Vernon sering merasa lelah, hingga tak jarang ikut terlelap dengan posisi yang ia pun pasti tak sadar seperti apa, dan hal tersebut berbahaya untuk bayinya.

"Mama bayar baby sitter supaya misal kamu ketiduran kaya tadi, ada yang liat dan bayinya bisa dipindahin. Atau kalo kamu kerepotan sama gendongan, bikin susu, ada yang bantuin. Udah gitu aja."

"I'm sorry, Mom," sesalnya.

"Cuci muka dulu, trus temuin tamunya, ya?" pinta sang ibu dan Vernon menurut.

Rupanya, seorang pemuda berusia di awal 20-an yang menanti Vernon. Mengenakan setelan santai dengan sebuah tas ransel, pemuda tersebut tak terlihat akrab di matanya.

"Siapa?" tanya Vernon singkat. Mulanya ia ingin menyapa dengan formal, namun gagal menemukan kalimat yang tepat.

"Choi Soobin."

"Adeknya Kak Seungcheol?"

"Adeknya Kak Seungkwan, Kak. Adek tiri," jawab Soobin, dan Vernon seketika tersadar. Beberapa saat setelah Seungkwan dinyatakan koma, Vernon dan keluarganya datang ke kediaman Seungkwan untuk memberitahukan segalanya. Namun Vernon hanya bertemu dengan ayah, ibu serta adik sambung Seungkwan yang pertama. Sementara Soobin yang merupakan mahasiswa baru tinggal di asrama milik kampusnya, wajar jika Vernon tak dapat mengenalinya.

"Oh... I'm sorry," jawabnya dengan lebih rileks. Vernon kembali mempersilakan tamunya untuk duduk. Dan dengan canggung, ia memulai percakapan.

"Jauh pasti kesini ya? Sama siapa?"

"Sendiri, Kak."

"Pulang kuliah?" tanya Vernon lagi, dan Soobin menggeleng.

"Abis dari rumah, mau balik asrama."

Suasana kembali hening, keduanya seolah sama-sama tak punya pembahasan lanjutan. Terlebih lagi, Vernon sempat dihujani kata-kata kasar oleh adik pertama Seungkwan saat dulu berkunjung, hingga ia mencoba memilah pertanyaan dengan sedemikian rupa. Khawatir jika akan menerima perlakuan yang sama dari Soobin.

"Mau ngasih ini..." ucap Soobin tiba-tiba, ia terlihat sangat gugup. Ia menyerahkan sebuah tas belanja berukuran sedang dengan sebuah pita biru sebagai hiasannya. "Mama pengen ngasih sesuatu buat dedeknya, tapi maaf kalo harganya gak seberapa."

Our mistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang