Day 14
"Kak, kata gurunya Seunghan tadi, hari ini gak jadi renang. Jemput jam berapa?"
"Eh, iya?" tanya Jeonghan pada Vernon yang baru pulang mengantar Seunghan ke sekolah. "Bentar deh, gue cek grup kelas dulu."
Jeonghan mencari ponselnya untuk memastikan informasi yang Vernon sampaikan, namun ternyata tertinggal di kamar. Ia meninggalkan Seungkwan yang tengah membuat kue di dapur, bersama Vernon.
"Wait wait... Seungkwan, stop!"
Seungkwan menjatuhkan kuasnya saat mendengar perintah Vernon yang tiba-tiba, tapi ia menurut dan berhenti bergerak. Beberapa detik lalu, ia tengah memisahkan dua bagian telur untuk olesan akhir di kuenya dan malah berakhir jatuh ke lantai. Seungkwan berupaya akan membersihkannya, namun Vernon melarang.
"Just stop, okay? Biar gue aja yang beresin, itu licin."
Vernon mengambil beberapa lembar tisu untuk mengambil kuning telur yang jatuh tersebut, namun justru membuatnya semakin sulit membersihkan. Butuh waktu juga kesabaran ekstra karena ia juga harus menghilangkan bau amisnya. Bahkan Seungkwan juga ikut merasa tak tahan dengan cara yang Vernon lakukan.
"Aku kayanya lebih terbiasa bersihin itu daripada kamu deh..."
"Iya, tau. Cuma pasti rasanya gak enak harus bungkuk bersihin ginian doang dengan perut segedhe itu," jawab Vernon yang mulai memberikan beberapa tetes sabun juga cairan pel untuk menyelesaikan tugasnya.
"Bisa bersih kan?" tanya Vernon kemudian. "Lain kali mecahin telor tuh ati-ati. Tapi kalo udah terlanjur jatoh, biar gue aja yang bersihin."
Vernon membuang sisa tisunya, juga membereskan peralatan pel. Ia keluar dari dapur untuk mengerjakan pekerjaan lain dan meninggalkan Seungkwan dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan.
"Pasti abis berantem lagi ama Vernon?" tanya Jeonghan saat melihat Seungkwan masih terpaku dengan berlalunya Vernon dari dapur.
"Gak kok kak. Tapi dia emang kayanya kesambet sih..."
Seungkwan menyelesaikan hiasan kuenya, begitu pula Jeonghan mempersiapkan sisanya. Kue mulai ditata satu persatu, peralatan masak lain mulai disingkirkan untuk selanjutnya dicuci. Seperti biasa, Vernon dan Seungkwan yang akan mengantarnya. Ada hari dimana Seungkwan absen untuk ikut, tapi pagi ini ia ada janji temu dengan Joshua.
"Oh, kamu pulang duluan aja. Aku ada urusan sebentar," ujar Seungkwan dan Vernon menaruh curiga. Kafe sudah dibuka, pekerjaan keduanya juga bisa dibilang selesai, apalagi kegiatan Seungkwan di luar rumah hingga menyuruhnya pulang?
"Urusan apa? Sama siapa? Dimana?"
"Ada deh..." jawab Seungkwan seadanya, dan Vernon tak terima.
"Urusan apa? Sama siapa? Dimana? Kalo kak Seungcheol tau gue pulang sendirian dan gue gak tau posisi lo ada dimana, gimana?"
Seungkwan terdiam dengan Vernon yang mendadak jadi sangat penasaran terhadap apa yang akan ia lakukan, padahal biasanya tidak seperti itu.
"Aku mau ketemu sama temen, di sini. Udah puas?" jawabnya singkat, dan Vernon masih saja menatapnya dengan berbagai pertanyaan di kepala yang seolah dianggap belum terjawab.
"Temen siapa?"
Seungkwan menolak memberikan penjelasan lebih lanjut, dan mendorong Vernon agar menjauh darinya segera.
"Byeee, ati-ati di jalan Nonie..." ucap Seungkwan sambil melambaikan tangan, berharap Vernon segera pulang. Dengan senyum jahilnya, Seungkwan terus meminta Vernon agar menjauh dan berhenti memperhatikannya.
Namun nyatanya, Vernon hanya berdiam tak jauh dari tempat parkir dan masih menanti Seungkwan. Detik demi detik berlalu, berganti menjadi puluhan menit tanpa sesuatu yang berarti. Tapi Vernon tetap enggan beranjak. Walau ia tak tau ingin berbuat apa di tempat itu, ia jauh lebih kebingungan jika harus pulang seorang diri. Ia juga masih menaruh rasa ingin tau akan kedatangan teman yang Seungkwan maksud. Seungkwan terlihat senang saat memberitahukan pasal urusannya tadi, sebuah hal yang berbanding terbalik dengan hubungan keduanya.
Tapi mungkin memang tak seharusnya Vernon menunggu, sebab apa yang akan ia saksikan hanya membuat iri hatinya saja. Seungkwan mengantarkan Joshua sampai ke parkiran seperti biasa, dan Vernon akhirnya bisa melihat dengan jelas rupa dari teman yang Seungkwan temui. Keduanya masih bercakap singkat dengan akrab, membuat Vernon merasa makin kesal saat menyaksikan sendiri betapa dekat hubungan mereka.
"Kak, gue bisa pulang sendiri deh kayanya..." ucap Seungkwan saat mengetahui bahwa mobil milik sang kakak yang dikemudikan Vernon masih berada di parkiran kafe, tak jauh dari mobil Joshua. Ia mengurungkan niat untuk diantar pulang oleh Joshua, sebab ingin menanyakan apa yang Vernon lakukan.
"Kenapa? Gue gak boleh tau rumah lo yang baru kah?" tanya Joshua yang akhirnya mengalihkan perhatian Seungkwan dari mobil kakaknya.
"Yeee... Kan kakak udah pernah kirim paket? Itu bukannya sama aja ngasih tau ya?" tanya Seungkwan.
"Lain kali deh kak, janji boleh nganter pulang. Hari ini gak dulu, maaf banget..." lanjut Seungkwan dan untungnya Joshua mau memaklumi tanpa bertanya mengenai alasannya.
"Yaudah kalo gitu, ati-ati kalo pulang ya? Salam buat orang di rumah, bye dedek," ucap Joshua mengusap rambut Seungkwan dengan lembut, juga memberi salam dari jauh untuk bayinya, dan Vernon masih memperhatikan semuanya dari dalam mobil.
"Bye, Kak. Makasih buat hari ini," jawab Seungkwan diiringi laju mobil Joshua meninggalkan parkiran tersebut perlahan. Setelahnya, Seungkwan bergegas menghampiri Vernon.
"Kenapa belom pulang? Ihhh..." tanya Seungkwan dari luar, Vernon hanya membuka jendela dan enggan keluar dari mobil. "Dua jam nunggu di sini? Beneran?"
"Kirain ada urusan apa, taunya pacaran..." jawab Vernon bernada kecewa.
Seungkwan tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Vernon sedari pagi. Ia masuk ke mobil sebab matahari semakin terik, dan menatap Vernon dengan kesal. Belum lagi dengan asumsi yang dinyatakan Vernon tentang dirinya dan Joshua, Seungkwan amat tidak menyukainya.
"Sehari aja kamu gak ngajakin ribut tuh meriang kali ya?" tanya Seungkwan ketus dan Vernon hanya diam.
"Aku gak pacaran, tolong diinget," lanjut Seungkwan. "Tapi kalopun aku pacaran, itu bukan urusan kamu gak sih? Perasaan aku tadi juga udah nyuruh pulang..."
Di dalam pikirannya, Vernon hanya mengingat bagian dimana Seungkwan mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki hubungan seperti yang Vernon kira. Kalimat selanjutnya hanya angin lalu bagi Vernon.
"Hehe, kalo pulang sendiri gak tau mau ngapain. Mana masih ada kak Seungcheol juga..." jawabnya polos, namun Seungkwan masih terlihat begitu kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our mistake
FanfictionVernon dan Seungkwan baru pertama kali bertemu, namun sudah melakukan kesalahan saat keduanya dalam keadaan cukup sadar. Lalu, mengapa hanya salah satu diantara mereka yang berani mengakui, dan diminta bertanggung jawab atas hal tersebut?