Hello, again (1)

1.5K 106 7
                                    

"Kak!"

Seungkwan melambaikan tangan saat mobil Joshua masuk ke area parkir, seolah memberitahu bahwa ia juga sudah tiba di tempat pertemuan mereka.

"Cutie..." batin Joshua saat perlahan berjalan mendekat ke arah kafe, Seungkwan tengah berdiri tepat di samping pintu masuk. Belum genap satu bulan keduanya tak bertemu, namun Seungkwan terlihat lebih sehat juga ceria dibanding kondisinya belakangan setelah dinyatakan hamil. Joshua amat merindukan senyuman manis itu.

"Gue gak tau kalo ternyata jual kue juga disini, malah bawa roti nih..." ucap Joshua saat masuk ke dalam kafe dan mendapati sebuah etalase kaca dengan beberapa kue.

"Gak papa kak, disini gak ada croissant."

Seungkwan mempersilakan Joshua untuk duduk di salah satu sudut favoritnya di kafe tersebut, dekat dengan jendela juga terasing dari beberapa tempat duduk lain. Ia juga membuatkan minuman, bukan kopi maupun teh, tetapi minuman segar sederhana yang bisa Seungkwan buat dan pelajari.

"Pasti ada maksud kan dibikinin ini?" tanya Joshua dan Seungkwan mengangguk.

"Itu satu-satunya menu yang bisa gue bikin kak, hehe. Tapi, udah pesen kopi juga kok, buat kakak bawa pulang nanti."

"Okey kalo gitu, makasih ya."

Seungkwan menata piring kecil untuk alas makan roti yang dibawa Joshua, kesukaan Seungkwan tentunya. Keduanya menikmati cemilan tersebut dengan santai, sambil sesekali bercengkrama. Menanyakan kabar keluarga satu sama lain, juga kesibukan keduanya akhir-akhir ini.

"Kakak tuh gak kerja? Pas pindahan itu juga weekday..."

"Jadi, di kantor tuh minggu terakhir ada libur dua hari, sabtu minggu.  Nah, libur sabtu gue biasanya dituker sama yang udah berkeluarga..."

"Dituker? Kenapa?"

"Katanya pengen pergi sama anak, hehe. Jadi gue tukeran di weekdays gini sama mereka."

Seungkwan sedikit keheranan, namun alasan yang dikemukakan Joshua memang masuk akal. Terlebih, Joshua sudah ia kenal baik hati, jadi tak heran jika sahabatnya itu mau menukar waktu liburnya begitu saja.

"Mau diajak berumahtangga gak?" tanya Joshua spontan.

"Biar hari libur kakak gak dituker gitu?" goda Seungkwan dan Joshua tersenyum lebar. Percuma juga ia merasa terlarut dalam kesedihan akan hubungannya dengan Seungkwan. Karena bahkan ketika ia berbicara terang-terangan tentang apa yang menjadi harapannya, Seungkwan tak menganggapnya serius.

"Betah gak di tempat baru? Lo kerja di sini juga atau gimana? Apa jangan-jangan gue yang ganggu kerja lo nih..."

"Kak, pelan-pelan aja..." jawab Seungkwan yang kembali terhibur dengan antusiasme Joshua dalam memberinya pertanyaan.

"Betah kok, kak Jeonghan sama suaminya baik banget. Dan, gue gak dibolehin kerja kak, cuma bantu-bantu doang di sini."

Seungkwan memang diperlakukan dan diterima dengan baik di keluarga kecil Jeonghan, Seunghan juga mudah dekat dengannya. Di rumah, tugas Seungkwan hanya membantu Jeonghan dengan kuenya. Hal-hal sederhana seperti memisahkan telur, mengoles loyang dengan mentega, atau menghias beberapa kue. Ia juga membantu pekerjaan rumah yang ringan, seperti membersihkan ruangan, atau mencuci piring.

Untuk bekerja di kafe, ia jelas harus belajar banyak hal tentang membuat kopi serta cara melayani pelanggan dengan baik. Maka dari itu Seungkwan juga ragu untuk meminta pekerjaan di kafe tersebut. Sementara di rumah, ia belum berani untuk membantu lebih sebab takut merusak resep kue yang Jeonghan kembangkan sendiri. Seungkwan kerap merasa bimbang dengan keberadaan dirinya di rumah sang kakak.

Our mistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang