Vernon's world
"Mom, i want to tell you something," ujar Vernon saat hendak berangkat bekerja. Sang ibu yang tengah menyiapkan sarapan diminta untuk duduk sejenak.
"Apa sayang?" tanya Mama Vernon saat menerima berkas tersebut. "Yang waktu itu Mama suruh cari ya?"
Vernon tak menjawab, seolah membantah secara halus atas perintah serta pertanyaan sang ibu. Beberapa waktu lalu, ia memang mencari kabar lanjutan dari Seungkwan, namun dihentikan setelah gagal menemukan tempatnya bekerja.
Lagi-lagi, hanya foto dari Seungkwan tengah berada di sebuah kafe, yang kali ini milik Jeonghan. Mengingat memang Seungkwan tak bekerja di tempat tersebut, sulit bagi orang suruhannya memastikan apa tujuan Seungkwan berada di sana, dan Vernon tak melanjutkan rasa penasarannya.
"Resort? Kok bisa ada yang mau kelola lagi?" tanya Mama Vernon saat yang beliau terima merupakan sebuah kontrak kerja untuk bisnis yang ia miliki.
"Ya bisa. Tempatnya bagus."
"Tapi udah lama gak diurus kan? Masih ada yang mau?"
Vernon tak menjawab bagaimana ia bisa menemukan investor untuk usaha milik sang ibu, dan tetap diam. Sebab jika ia mengatakan yang sebenarnya, keadaan akan menjadi sulit untuknya.
Klien lama dari ayahnya mencoba untuk membuat kesepakatan lain, dan ingin bekerja sama di bidang yang berbeda dari biasanya, yaitu pariwisata. Namun ayahnya tidak tertarik dengan tawaran tersebut, dan jelas menolak untuk menawarkan bisnis milik istrinya sendiri. Vernon yang mengetahui hal itu berusaha keras mengambil kesempatan untuk sang ibu, dan berhasil.
"Kamu masih ngurus ini sayang? Nanti kalo Papa tau gimana?"
"Vernon gak ngurus apapun. Ada yang dateng dan nanya resort itu, dan aku suruh sekretaris Mama buat ngurusin. Udah."
Mama Vernon membaca dengan seksama materi serta kontrak tersebut, dan masih sulit untuk percaya. Meski bisnisnya memang punya potensi, beliau sudah lama tak diberi ruang serta ijin untuk mengelolanya. Vernon kini juga disibukkan dengan perusahaan milik sang ayah, yang membuat beliau pasrah jika semua yang ia miliki harus terbengkalai.
"Now, you have your own money after a while. Use it for anything you want, Mom."
Vernon menyantap sarapannya dengan antusias melihat sang ibu begitu bahagia dengan kabar yang ia sampaikan. Dan saat ia hendak beranjak membereskan piring makannya, ibundanya memberikan pelukan haru.
"Mama gak tau harus bilang apa, tapi makasih ya nak..."
Seungkwan's world
"Nanti, kalo mau telfon tapi gak diangkat, telfon Tante aja. Papa mu suka lupa bawa hape soalnya," jelas ibu sambung Seungkwan. Ia sebenarnya masih merasa canggung untuk menelfon sang ibu terlebih dahulu, namun tak banyak yang kini bisa ia lakukan sebab ayahnya juga punya pekerjaan.
"Ngomong dulu kalo mau telfon gitu, biar Papa angkat."
"Iyaaaa, ntar Seungkwan ingetin sehari 5 kali kalo mau telfon," jawabnya kepada sang ayah dengan senyum.
"Ati-ati, jaga diri ya Kak? Jaga makan juga."
"Makasih, Tante. Seungkwan permisi dulu, salam buat adek-adek."
Seungkwan mencium tangan sang ibu sambung, dan kemudian dihadiahi pelukan hangat. Ia bisa merasakan kasih sayang yang tulus dari beliau, meski belum banyak yang bisa ia lakukan untuk membalas kasih itu.
"Nurut sama kakaknya, jangan ngerepotin," pinta Papa Boo sembari mengusap rambut Seungkwan perlahan.
"Iyaaa Papa bawel, bye..."
Seungkwan masuk ke dalam mobil setelah melambaikan tangan, kedua orangtuanya nampak melepasnya dengan haru. Bagaimana tidak, anak tertua mereka yang telah lama merantau, pulang dengan kabar akan semakin jarang berkunjung untuk sementara waktu.
"Berhasil kan?" tanya Jeonghan setelah Seungkwan selesai memasang seatbelt.
Seungkwan memberi alasan kepada kedua orangtuanya bahwa ia akan ikut bekerja dengan Seungcheol, yang sudah dikenal keluarga sering melakukan perjalanan bisnis keluar kota, dan orangtuanya bisa mempercayai hal tersebut.
"Berhasil kak, makasih."
"Abis ini, gak perlu banyak pikiran ya? Rileks, sama fokus jaga kesehatan aja..." ujar Seungcheol dengan senyum, dan Seungkwan mengangguk. Seperti pesan dari sang ayah, ia akan patuh dan menurut pada kakaknya itu. Meski Seungkwan masih merasa sungkan, dan kebingungan untuk membalas jasa keduanya, setidaknya ia berusaha akan mendengarkan segala saran yang diterima dari mereka.
Seungcheol juga bersedia untuk menjadi mediator, jika kelak Seungkwan akan memberitahukan pasal kehadiran bayinya kepada sang ayah. Ia siap menjadi tameng atas sang adik, meski mengetahui bahwa hal tersebut juga salah. Seungcheol serta Jeonghan hanya ingin Seungkwan melewati fase yang berat ini dengan nyaman dan sehat, masalah konsekuensi bisa dipikirkan nanti saat bayinya sudah terlahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our mistake
FanfictionVernon dan Seungkwan baru pertama kali bertemu, namun sudah melakukan kesalahan saat keduanya dalam keadaan cukup sadar. Lalu, mengapa hanya salah satu diantara mereka yang berani mengakui, dan diminta bertanggung jawab atas hal tersebut?