Day 27
Seungkwan bangun sedikit terlambat dari biasa, dan tak ada siapapun di sisinya. Vernon tak terlihat, namun di atas mejanya sudah tersedia beberapa lembar roti dengan isi selai. Ia perlahan bangkit dari ranjang untuk sejenak pergi ke kamar mandi. Tak lama, Vernon kembali ke kamar dengan segelas susu di tangan.
"Maaf ya, aku gak bisa bikin sarapan," tutur Vernon. "Mau bangunin tadi, tapi kayanya kamu masih nyenyak tidur."
"It's okay..." jawab Seungkwan seadanya. "Tapi kamu udah makan?"
Vernon mengangguk, ia menikmati roti yang sama saat menyiapkannya untuk Seungkwan.
"Mataku keliatan bengkak gak?" tanya Seungkwan, Vernon mengusap sudut matanya dan menggeleng. "Takutnya nanti kak Han sadar kalo abis nangis semaleman..."
"Lebih tepatnya, aku bingung ngasih penjelasan sih..." lanjut Seungkwan dengan kekhawatiran yang terdengar dari nada bicaranya.
Vernon tersenyum tipis, "yaudah, rahasiain aja yang semalem kalo gitu sayang."
Seungkwan masih terlihat canggung dengan semua perhatian Vernon, apalagi setelah pembicaraan berat mereka semalam. Kedua kakaknya tentu juga akan merasakan hal yang sama, jadi mungkin lebih baik jika Vernon dan Seungkwan bersikap seperti hari-hari sebelumnya.
"Emang kamu beneran mau kita biasa aja?" tanya Seungkwan lebih serius. Tangannya menahan Vernon untuk berhenti bergerak, seolah tak mengijinkannya keluar dari kamar tersebut.
"Aku ngikut, senyamannya kamu," ucap Vernon yang akhirnya memilih kembali duduk di tepian ranjang.
"Kalo kamu belom terbiasa sama perasaanku, dan mau kita berhubungan kaya biasanya ya gak papa. Aku bakalan jaga sikap, biar kak Seungcheol sama kak Han juga gak terlalu kaget," lanjut Vernon lagi.
"Kirain kamu gengsi..."
"Kenapa harus gengsi? tanya Vernon. "Aku maunya ya gak perlu dirahasiain, biar bisa bebas peluk kamu sama dedek..." ucapnya sambil mengusap baby bump Seungkwan perlahan.
"Tunggu dulu ya? Sampe aku bisa bilang ke kak Jeonghan tentang kita..." ucap Seungkwan dan Vernon menyetujuinya. Vernon membereskan alat makan yang Seungkwan gunakan, lalu memberikannya kecupan hangat di kening sebelum beranjak. Banyak tugas pagi yang harus Vernon kerjakan sebelum tuan rumahnya pulang. Ia tentu juga tak ingin kedua kakaknya tau jika semalam ia tidur bersama di kamar Seungkwan.
---
"Hannie kok cemberut? Kenapa sayang?" tanya Jeonghan kepada sang putra yang terlihat begitu termenung selama perjalanan pulang, padahal di tangannya kini terdapat sekantong penuh dengan oleh-oleh dari sang kakek juga mainan baru yang dibelikan ayahnya.
"Maunya beli mainan dua. Buat dedek juga..." jawab Seunghan singkat sambil menatap hampa ke luar jendela mobil.
"Tapi kan dedeknya belom lahir sayang," bujuk Jeonghan. "Kita tunggu dulu adeknya lahir cewek atau cowok nanti, jadi Seunghan bisa beliin mainan yang cocok. Okay?"
"Tapi, Om Vernon udah bilang kalo dedeknya cowok!" jawab Seunghan lagi, kali ini dengan penuh penekanan.
Seungcheol tak memberi respon, sementara Jeonghan terlihat sangat terkejut sebab Seungkwan belum mengatakan apapun tentang hal tersebut.
"Ayah kok diem aja sih?" tanya Jeonghan kepada sang suami, tapi hanya mendapat senyuman sebagai balasnya. "Jangan-jangan... udah tau ya?"
"Seungkwan belom bilang? Vernon udah..." jawab Seungcheol dengan santai, dan Jeonghan masih cukup heran dengan informasi tersebut.
"Iya kan, yah? Dedeknya cowok kan?" tanya Seunghan lagi, dan sang ayah mengangguk.
Seungcheol sudah seringkali menanyakan tentang usaha Vernon mengenal Seungkwan lebih dekat, juga terkadang memberinya beberapa nasehat. Jadi tak heran jika banyak informasi yang ia terima, sebab memastikan sang adik diperlakukan dengan baik oleh Vernon merupakan bagian dari tanggung jawabnya.
"Kamu juga ngerasa gak sih kalo Vernon tuh udah mulai perhatian sama Seungkwan?"
"Dikit, dan aneh." jawab Seungcheol. "Aneh banget, gak cocok sama muka datarnya itu."
"Kamu kalo lagi manja juga gak cocok sama muka yang garang banget itu, yang..." jawab Jeonghan dan Seungcheol seketika merona.
"Beda. Pokoknya, dia kalo lagi sok manis mikirin Seungkwan gitu tuh aneh. Apa karena ngomongnya sama aku?" tanya Seungcheol yang merasa bahwa percakapan antara dirinya dan Vernon selama ini terlalu kaku juga serius.
"Gak gitu, sayang. Sama aku juga begitu, mungkin emang karakternya Vernon aja yang kita belom tau..."
Keduanya sepakat bahwa Vernon memang mencoba untuk berbuat baik kepada Seungkwan. Mungkin terlihat aneh sebab Vernon yang mereka kenal dari cerita Seungkwan menciptakan kesan pertama yang buruk, hingga sulit untuk mereka menerima perubahan serta usaha yang Vernon lakukan kini.
"Om! How are you?!?!" sapa Seunghan kepada Vernon dengan riang, padahal keduanya tak bertemu hanya satu malam. Seunghan meminta pelukan, dan Vernon menggendongnya masuk ke dalam rumah. Sementara Seungkwan menyambut sang kakak dan membantu membawa beberapa barang.
"Aman kan? Kok malah kaya dingin banget sama Vernon?" tanya Jeonghan. "Berantem lagi kalian semalem?"
Dengan pertanyaan semudah itu saja Seungkwan sudah kebingungan. Vernon masih bisa bersikap normal dengan ekspresi wajahnya yang tidak terbaca, sementara Seungkwan jelas kesulitan melakukan hal yang sama.
"Aman kak, tenang aja," jawab Seungkwan. "Nanti kalo Vernon tiba-tiba cerewet malah gawat gak sih?"
"Iya juga..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our mistake
FanfictionVernon dan Seungkwan baru pertama kali bertemu, namun sudah melakukan kesalahan saat keduanya dalam keadaan cukup sadar. Lalu, mengapa hanya salah satu diantara mereka yang berani mengakui, dan diminta bertanggung jawab atas hal tersebut?