"Mama mau ngobrol sebentar deh, ada waktu gak sayang?"
"Ngobrol apa ma? Sini, masuk aja," jawab Vernon membuka pintu kamarnya lebih lebar dan membiarkan sang ibu masuk. Keduanya duduk di ranjang, Mama Vernon mengeluarkan sesuatu yang sedari tadi beliau genggam dan membuat Vernon sedikit waspada.
"Ini... Bayi siapa sayang?" tanya ibundanya saat menyerahkan sebuah foto USG yang tak asing di ingatan Vernon.
Asisten rumah tangganya menemukan foto tersebut dari jas yang dikenakan Vernon di hari pertemuannya dengan Seungkwan. Saat Vernon mencoba untuk menarik sejumlah uang, ia dengan tanpa sadar memasukkan foto dari bayinya ke dalam salah satu saku jas. Ia baru bisa mengingatnya hari ini, di saat sang ibu sudah menanti untuk meminta kejelasan lebih dari dua bulan lamanya.
"Ada orang yang ngaku kalo itu anak Nonie, dan aku gak percaya," ucapnya tanpa ekspresi yang berarti, sebab Vernon memang masih tak mempercayai hal tersebut.
"Tapi, kamu emang pernah berhubungan sama dia?" tanya ibundanya lagi dengan hati-hati.
Vernon mengakuinya, tapi juga tetap memberi pembelaan. Sementara sang ibu mencoba meredam kekecewaan atas perbuatan putranya, dan berusaha menggali informasi tentang foto USG janin tersebut sebanyak yang ia bisa.
"Terus, kenapa kamu kaya gitu sayang? Gimana kalo itu beneran anak kamu?"
Vernon menatap ibundanya dengan kecewa, sebab merasa tak dipercaya oleh orang terdekatnya sendiri. Ia menolak untuk berkomentar lebih mengenai hal tersebut, dan menyimpan foto tersebut kembali ke dalam salah satu laci di mejanya.
"I just want you to care about her feelings more. Being pregnant is not easy, Darling," bujuk Mama Vernon melihat putranya semakin diam.
"His feelings..."
"His?" tanya sang ibu sedikit terkejut, namun tak memberi komplain dan menerima hal tersebut.
"Okay... Mama gak masalah dia laki-laki atau perempuan, tapi dia butuh banyak perhatian sekarang. Kamu selama ini segitu bencinya sama Papa, jadi kamu juga jangan pernah coba lepas tanggung jawab, sayang."
"But, i never expect this!" jawab Vernon semakin ketus. "Belom lagi kalo Papa tau semuanya, bakalan respon gimana Papa nanti..."
Vernon duduk dengan lelah di lantai, bersandar pada tepian ranjangnya. Ia juga merasakan bimbang, namun tak tau apa yang harus dilakukan. Vernon juga tak bisa membayangkan reaksi sang ayah jika saja mengetahui perbuatan serta akibat dari kecerobohannya itu.
Sang ibu juga sama bimbangnya, tenggelam dalam kekecewaan yang tak terkira, serta rasa bersalah yang mungkin lebih dari yang Vernon rasakan. Di satu sisi beliau merasa khawatir karena membiarkan orang lain di luar sana tengah berjuang sendirian akibat perbuatan putra semata wayangnya. Tapi di sisi lain, beliau juga merasa gagal mendidik anaknya, hingga Vernon dirasa mulai mengadopsi sifat sang ayah yang arogan, enggan disalahkan, dan sulit diajak bicara.
"Kita harus cari tau dulu, ya? Barangkali nanti bisa diselesaiin bareng," bujuk Mama Vernon lagi.
"Cari tau apalagi sih ma? Udahlah!"
"Ya apapun itu!" jawab Mama Vernon tegas. "Kamu gak ngerasa aneh? Gimana bisa dia tetep diem di saat bisa aja nuntut keluarga kita, atau sebarin ini ke media? Kamu tuh salah, tapi malah santai aja!"
"Nonie udah ngancem dia bakal celaka kalo sampe orang lain tau."
"You said that?!?!"
Sang ibu lagi-lagi tak percaya bahwa Vernon bisa setega itu. Namun fakta lain pun belum ia ketahui, dan memutuskan tetap berpikir jernih untuk masalah rumit ini. Beliau berulang kali mengambil nafas dalam-dalam sebelum menimpali pernyataan sang anak.
"Entah kenapa, Mama rasa dia orang baik," lanjut Mama Vernon setelah beberapa saat dan merasa sedikit tenang. "Karena orang di luar sana banyak yang nunggu hal kaya gini buat ngejatuhin nama baik kita, tapi dia malah gak begitu. Kamu harusnya bersyukur."
Vernon memang mengancam Seungkwan untuk diam, tapi fakta bahwa Seungkwan juga bisa menghancurkan reputasi keluarganya dengan mengambil simpati dari media mengenai hal sebesar ini membuatnya berpikir ulang. Mungkin sang ibu benar, Seungkwan merupakan orang yang baik dan tidak punya maksud lain kecuali meminta pertanggungjawabannya.
"I'll figure it out later, Mom."
Sang ibu nampak tetap tak puas dengan pernyataan Vernon yang ambigu, beliau merasa putranya hanya ingin meredam emosinya saja.
"You just need one step ahead from your Dad, Nonie," ucap Mama Vernon sambil mengusap rambut sang anak dengan lembut. "Don't be ignorant."
"I'll try... just give me some time and space," ucap Vernon dengan berat hati. Ia telah lama menyingkirkan permasalahan itu dari pikirannya, tentu saja kini Vernon masih merasa terbebani. Ia akhirnya menyuruh beberapa orang untuk mencari keberadaan Seungkwan dengan petunjuk seadanya. Mencari apapun itu yang diinginkan sang ibunda, hanya untuk pembelaan diri jika sewaktu-waktu beliau kembali mempertanyakan hal tersebut, bukan karena benar-benar ingin peduli.
"Boo Seungkwan..." gumamnya sendiri. Satu-satunya petunjuk yang ia punya hanyalah acara ulang tahun ayahnya beberapa waktu lalu, saat Seungkwan menjadi pemandu acara tersebut. Dan Vernon baru bisa mengetahui namanya saat mengkonfirmasi petunjuk itu kepada pegawainya.
Tak butuh waktu lama, hingga orang suruhannya dapat menemukan keberadaan Seungkwan. Beberapa foto juga mereka ambil untuk memastikan bahwa orang tersebut benar yang dicari oleh Vernon.
"Is he okay?"
"Dari pantauan kami, yang bersangkutan terlihat baik, Tuan."
Seungkwan keluar dari sebuah kafe saat foto tersebut diambil, dan membuat Vernon merasakan sesuatu yang tak nyaman dalam hatinya. Dua bulan lalu, sosok ini telah ia perlakukan secara tidak terhormat dan juga kasar. Meski Vernon juga belum sepenuhnya menyesal, ia tetap merasa segan.
Cr on pic, source pinterest
"Ini gak ada foto rumahnya? Dia tinggal dimana gitu?"
"Tim kami akan mencari tau kalau anda berkenan menunggu, Tuan. Saya kemari hanya memberi kabar sementara,"
Vernon masih mengamati foto tersebut dengan seksama, juga sedikit bertanya dalam hati apakah Seungkwan benar-benar menuruti perintah Vernon untuk menggugurkan bayi dalam kandungannya beberapa bulan lalu.
"Nanti saya kabarin lagi kalo butuh yang lain. Makasih, Pak."
Btw, kan ini pertama kali aku nulis di wp, kalo aku lagi revisi tulisan, itu masuk di notif kalian yang baca kah? Atau, enggak? Soalnya ada beberapa yang udah dikasih gambar background gitu malah ilang gatau kenapa, jadi aku kasih ulang :((
KAMU SEDANG MEMBACA
Our mistake
FanfictionVernon dan Seungkwan baru pertama kali bertemu, namun sudah melakukan kesalahan saat keduanya dalam keadaan cukup sadar. Lalu, mengapa hanya salah satu diantara mereka yang berani mengakui, dan diminta bertanggung jawab atas hal tersebut?