Apa yang dapat membuat seorang kerbau berhabitat tempat tidur keluar dari zona nyamannya yang disebut kamar pada hari minggu? Tentu saja suara bel rumah yang menggelegar ke seluruh penjuru atas panggilan dari seseorang di depan pintu yang meminta atensi. Tentunya bukan bel biasa sebab jika iya, dia akan tetap pada posisinya dan membiarkan penghuni lain melakukannya. Tapi bel kali ini tentu sangat spesial sehingga spesies pemalas sekalipun rela meninggalkan habitat.
Kerbau berwujud manusia itu tentu mengetahui jelas siapa yang menekan bel di sebelah pintu. Dua detik sebelumnya, ketika masih asyik menggeser layar ponsel dari bawah keatas untuk menyaksikan konten-konten berdurasi singkat, sebuah nontifikasi melayang dari kontak yang diberi nama Crazy B*tch mengirimi sebuah pesan yang memberitahu bahwa sosok dibalik chat itu sudah berada di halaman rumahnya.
Gadis dengan rambut diikat rapi itu bergegas menuruni tangga tanpa menghiraukan seorang pemuda dari pintu kamar lain yang hendak melakukan hal serupa. Pemuda itu membeku tatkala melihat si gadis kegirangan menuruni tangga. Tapi melihat penampilan gadis itu yang lebih rapi dari biasanya, si pemuda manis langsung memahami apa yang sedang terjadi. Dalam hati bersyukur sebab matanya masih normal mendapati matahari terbit dari timur pagi tadi.
Memang jika nontifikasi mengambang tadi dibuka dan tampilan beralih pada aplikasi chat, akan terlihat jelas seluruh percakapan dua remaja berbeda gender semalam. Rupanya mereka memang membuat rencana temu sebagai perayaan atas kepindahan tempat tinggal si lelaki yang menjadi lebih dekat dengan lawan mengobrolnya.
Si gadis membukakan pintu dan tampak seorang pemuda masih mengenakan jaket bomber hitam dengan surai agak berantakan sehabis memakai helm.
"Heyyo bitch! "
Keduanya melakukan tos kemudian beradu bahu setelahnya
Jasiel Ayanefelli, teman sekelas Aghamora sejak awal masuk SMA. Mereka sering berada di kelompok belajar yang sama atas izin alam. Sebab itu juga mereka menjadi semakin akrab dan pada akhirnya menjadi partner penambah dosa.
"Duduk dulu aja di teras, pintu keluar sebelah sana"
Ujar si gadis sembari menunjuk pagar rumah. Dengan segala reflek yang dimiliki, si pemuda justru malah mengikuti arah tunjuk Mora.
"Gausah repot-repot, gue bisa bakar rumah lo sendiri"
"Rumah ortu gue btw"
Keduanya memasuki ruang tamu dan tanpa dikomando, Jasiel langsung menempati salah satu sofa
"Tunggu bentar, jangan main jelangkung duluan, gue mau ambil minum"
"Gak nanya dulu gitu gue mau minum apa?"
"Yaudah lo pilih, mau air kloset apa air kolam renang?"
"Air mata cacing di taman lo aja"
"Cacingnya udah mati seminggu lalu"
"Oh...turut berduka deh! Tapi jangan lupa nasi kotaknya"
"Iya. Udah tunggu dulu, gue mau ambil otak lu"
Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu jawaban si pemuda yang akan berakhir pada adu bacot, Mora bergegas berbalik badan untuk mengambil minuman dan camilan sebagai teman menggibah nanti.
Baru lima detik Jasiel mengeluarkan ponsel karena bosan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan—ini bukan pertama kalinya ia mengunjungi rumah itu, jadi tak perlu menelisik setiap inci sebab ia bahkan sudah hafal apa saja isi rak kamar mandi lantai dua—seseorang tiba-tiba saja duduk disebelahnya. Reflek, Jasiel menoleh dan mendapati seorang gadis dengan rambut panjang terurai. Tentu itu bukanlah Aghamora sebab gadis itu selalu memiliki surai tak lebih dari bahu. Dan jika diperhatikan, Mora sering terlihat menguncir rambutnya. Jadi jelas gadis ini bukanlah sang sahabat, melainkan kembarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
House Of Eight
Teen FictionLo udah punya apa yang enggak mungkin gue punya, masih juga mau rebut apa yang gue punya? [Aghamora × abangs || Elysa × parents] Menyephobic dan uwuphobic dilarang datang ⛔ Harsh word bertebaran❕❗ 1 chapter = 800-1800 word