Messy

19 3 0
                                    

Mitena menggedor pintu dengan sedikit lebih keras. Dalam hati ia tahu, kedua penghuni kamar itu sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Entah bersiap untuk pergi ke kampus atau mengerjakan tugas. Tapi menurutnya, hal yang ia bawa lebih penting daripada privasi kedua pemuda itu.

Masih berusaha tenang, Mitena menghela nafas kemudian kembali mengetuk papan kayu itu setelah tiga detik belum ada jawaban. Yang tidak diketahuinya adalah kedua pemuda di dalam sana memang sengaja tak ingin membuka pintu apalagi ikut campur masalah yang hanya akan membuat kondisi adiknya semakin terjerumus.

Siapa kira semalam Hunter akan langsung tidur begitu selesai dengan urusannya di toilet? Setidaknya jika suara dari kasur tingkat lantai dua tidak menggubrisnya.

Biru belum tidur kala itu. Ia dapat mendengar sekilas kalimat adik kembarnya mengingat kamar mereka dan milik Sorin terletak bersebrangan. Mulutnya tentu tak tahan untuk tidak bertanya dan mengkaji informasi lebih dalam.

"Mora tidur bareng bang Sorin?"

"Iya, lagi mode manja tuh bocah"

"Ketahuan Lisa?"

Hunter terkekeh

"Kalo mama tau Lisa hobinya ngintip sama nguping gimana ya?"

"Mana bakal percaya? Mama papa udah di pelet sama tuh bocah supaya jadi budak dia"

"Kedengeran berlebihan, tapi gue setuju"

Hunter tak menjawab, ia malah menghela nafas keras

"Btw Han, sekarang Lisa dimana?"

"Tadi gue liat sih masuk ke kamarnya Mora"

"Seriusan di kamar lampir?"

"Paling lagi tantrum tuh di dalem"

"Kunciin pintu gih sebelum mama dateng tanya-tanya ke kita"

"Dih ogah! Lo aja yang kunci! Gue udah pewe"

"Kasur gue diatas, mesti turun dulu"

"Terus gue gimana? Ngesot?"

"Lu kan tinggal jalan dikit"

"Males"

"Heh, gue lebih tua, ya!"

"Cuma tujuh menit juga"

"Tetep aja gue lahir duluan, jadi lo mesti nurut"

"Mana ada aturan kayak gitu?"

"Ada, gue yang bikin"

"Lo yang bikin, lo yang lakuin"

"Heh! Woy, Han! Lo mau kita dibawa-bawa?"

Hunter menurunkan selimut yang semula menutupi wajah menampilkan raut betenya

"Inget, Han! Ini soal Aghamora!"

Dengan sebuah decakan malas, Hunter akhirnya mengalah dan mengunci pintu kamar mereka.

Kini kembar seiras itu saling melempar pandangan takut. Takut jika orangtua mereka nekat sekaligus takut dengan apa yang akan terjadi kedepannya.

"Ru, menurut lo, Mora bakal lolos ga?"

"Jawaban dari cina si lampir bisa lolos?"

"Mama gak ngira kita yang lindungin Mora 'kan?"

"Menurut gue sih, mama cuma mau tanya-tanya doang"

"Berarti mama harap kita tau sesuatu"

"Atau mama berharap kita ikut andil dan mau ungkap semuanya"

House Of EightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang