Dua pemuda berdiri bersandar di tembok, tepat dihadapan pintu toilet wanita. Jangan dulu berfikir yang tidak-tidak, mereka berdua anak baik. Buktinya, antara akses ruangan dengan posisi mereka diberi jarak sepuluh langkah...langkah barbie. Tidak, dua hal tersebut terletak berseberangan di dua sisi berbeda koridor. Jadi jarak yang tercipta tergantung seberapa luas koridor dalam bayangan kalian.
Mulanya, dua pemuda tersebut bermain gunting-kertas-batu sampai salah satunya mendapat kemenangan lima kali. Setiap selesai satu ronde, pemenang akan memukul pucuk kepala pemain lain menggunakan botol plastik yang sudah tak berisi. Sengaja tidak dibuat satu kemenangan-satu pukulan agar tidak mengundang begitu banyak perhatian mahasiswa yang berlalu lalang. Tapi tetap saja, dua pemuda heboh di pinggir koridor hanya karena tidak ingin kepalanya dipukul dengan dendam tentu mendapat banyak atensi.
Apakah kedua pemuda itu peduli? Jelas tidak! Meski salah satunya cukup terkenal dikalangan mahasiswa, tapi perlu diketahui atas dasar apa ia menjadi populer. Apakah karena visual yang bak dewa atau perilaku diluar nalar. Keduanya bahkan sempat berdebat tanpa peduli dimana mereka berada kini.
"Lah? Abang baru menang empat kali, main pukul aja!"
"Eh, tadi apa? Gue yang menang 'kan? Nah, itu kemenangan kelima gue!"
"Tadi gue ngeluarin elang, harusnya gue yang menang!"
"Elang tetep kalah sama gunting, dong! Kan bulunya bisa dirontokkin tuh pake gunting"
"Tapi 'kan gunting yang dipake disini gunting kertas, bukan gunting cukur atau gunting rumput"
"Ya...yang penting gesturnya gunting. Soal gunting apa, terserah yang buat pose"
"Tapi peraturannya dari awal 'kan gunting kertas, karena ada kertas yang ngeluarin lima jari. Bang Biru aja pengen nambahin elemen elang. Bingung lagi 'kan peraturannya gimana!?"
"Ya peraturannya elang kalah sama gunting, soalnya bulunya bisa dirontokkin"
"Tapi ayam aja cabutin bulunya pake tangan, gak pake alat"
"Elang 'kan lebih gede, kakak sepupunya ayam, jadi bakal lebih susah ngulitinnya kalo cuma dicabut pake tenaga dalam"
"Tapi kalo pake gunting gak kecabut sampe ke akar, gampang tumbuhnya lagi ntar"
"Biarin, yang penting botak dulu!"
"Berarti tetep elang dong yang menang! Kan bentar juga tumbuh lagi bulunya!"
"Gak secepet bulu ketek elu, Nat!"
Dirasa perdebatan mereka semakin random, Nathan memutuskan untuk menyudahi obrolan sekaligus menyudahi permainan. Begitulah akibat menambah instrumen permainan tanpa peraturan jelas. Ujung-ujungnya pasti berakhir pada perdebatan.
"Abang gak asik, nyerangnya fisik! Terserah deh, intinya gue ganteng gue ngalah!"
Pemuda itu kemudian menyebrang, memutuskan untuk menunggu disamping pintu toilet. Dilihat dari plang berwarna merah yang tergantung diatas pintu, tentu bisa langsung diasumsikan siapa yang sedang dua pemuda itu tunggu hingga memicu perdebatan.
Dilain sisi, Biru merasakan hawa tak enak semakin dekat kearahnya. Pemuda itu mengedarkan pandangan, mencari dimana sekiranya sumber hawa tak mengenakan tersebut.
Sampai ketika netranya menoleh ke kanan, barulah ia mengerti mengapa bulu kuduknya meremang. Segera pemuda itu beranjak hendak berpindah ke sisi lain, namun belum sempat berlindung dibalik punggung sang adik yang nyatanya lebih tinggi dan tegap dibanding miliknya, sesuatu sudah lebih dulu menahan pergelangan tangan pemuda itu. Pelakunya adalah seorang gadis dengan setelan rok berwarna pink cerah dan rambut diikat ekor kuda. Dari ciri-ciri yang disebutkan, semoga kalian bisa tahu spesies seperti apa gadis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
House Of Eight
Teen FictionLo udah punya apa yang enggak mungkin gue punya, masih juga mau rebut apa yang gue punya? [Aghamora × abangs || Elysa × parents] Menyephobic dan uwuphobic dilarang datang ⛔ Harsh word bertebaran❕❗ 1 chapter = 800-1800 word