Bookstore

17 2 0
                                    

Nathan mematut dirinya di depan cermin. Dengan penampilan casual dari kemeja lengan pendek dan celana jeans pendek membalut proporsi semampainya, tentu pemuda itu sedang memiliki janji dengan seseorang. Lagipula, siapa yang tidak mau dengan Nathan? Seorang idola sekolah sekaligus selebriti sosial media. Tapi untuk kali ini, bukan wanita asing atau kenalan yang akan menghabiskan waktu bersamanya, melainkan seorang gadis dibalik pintu bercat putih diujung lorong.

Nathan mengintip dari celah yang tersedia, mendapati adiknya tengah mengemas tas selempang hitam diatas meja belajar. Pemuda itu mendorong penuh papan kayu dihadapannya dan berhasil menarik seluruh atensi sang adik. Kekehan tipis meluncur dari pita suaranya begitu melihat penampilan Aghamora. Bukannya terpesona, tapi mungkin orang-orang akan mengira mereka sepasang kekasih dengan atasan kemeja putih serasi.

"Lo ngapain pake kemeja putih juga sih?"

"Gue udah siapin style gini dari sebelum mandi, bang!"

"Lo kan mandi baru sepuluh menit lalu"

"Ya gue udah nyiapin lima belas menit lalu"

"Gue udah rencana begini dari setengah jam lalu malah!"

"Eh, ralat deng! Gue udah pilih kemeja ini dari pagi. Sempet setrika dulu malah tadi!"

"Gue dari semalem!"

"Argh...udahlah, emang ngapa sih?"

"Tar gue dikira pacaran sama kurcaci!"

"Lambemu kurcaci! Sipaling dua meter emang dasar!"

"Dua meter gue udah mentok di pintu lo"

"Nah itu tau! Lo juga gak setinggi itu!"

"Gue tinggi, ya!"

"Masih tinggian bang Sorin tuh!"

"Liat aja! Bentar lagi juga gue ngalahin bongsornya abang"

"Yain"

"Yaiyalah! Tinggal tambah waktu olahraga sama minum susu-"

"Udah gede masih aja nyusu"

"Gak ngaca!"

"Nih gue lagi ngaca"

Nathan menghela nafas tak percaya argumennya telak hanya dengan sebuah fakta. Memang tak bisa dikatakan salah sebab sekarang Aghamora sedang berdiri dihadapan cermin merapikan surai yang ia biarkan menggantung tak ditarik ke dalam kuncir di sisi kirinya.

Si pemuda menghampiri Aghamora dan berdiri tepat dibelakangnya. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana dan membuka aplikasi kamera.

"Cis!"

Dalam sekejap mata, kedua kakak-beradik itu sudah memenuhi galeri Nathan dengan berbagai pose dan ekspresi. Jika kalian mengira ponsel Nathan sering mendapat peringatan akan penuhnya ruang, kalian salah! Tidak, bukan karena ponselnya adalah ponsel keluaran terbaru dengan limit memori infinity, tapi karena pemuda itu pandai mengeliminasi gambar. Dalam dua puluh menit, lima puluh foto bisa terkuras dan menyisakan tiga hingga lima terbaik saja. Lagipula, ia lebih sering memamerkan gambar pada media, jadi tidak khawatir akan kehilangan dokumentasi momen. Selain itu, Nathan juga suka memuat fotonya dalam bentuk polaroid yang nantinya akan disimpan pada album kenangan.

"Udah siap, Ra?"

"Udahlah, daritadi malah! Lu nya aja malah ngajak mirror selfie"

"Hehe...mumpung lagi good looking"

"Tiap detik juga good looking"

"Ya...gimana ya? Bawaan lahir udah susah!"

Aghamora mendecak kesal dan berlalu mendahului Nathan yang masih membetulkan posisi poninya. Niat mereka adalah menggunakan motor milik Nathan. Yup, kalian tidak salah! Nathan memang mendapat sepeda motor pada ulangtahunnya yang ke-17 tahun lalu. Tapi kendaraan roda dua itu jarang dipakai sebab biasanya ia dan adiknya akan diantar menggunakan mobil. Akan boros jika ia tetap membawa motor ke sekolah sementara kendaraan lain menggaet adiknya 'kan? Jadi motor itu lebih banyak menganggur di garasi dan hanya dipakai untuk keperluan yang tidak melibatkan orang lain atau paling banyak membawa satu orang seperti saat ini.

House Of EightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang