Dad's Give

24 3 0
                                    

Seorang gadis kecil menyusuri taman samping rumahnya yang penuh dengan bunga dan tanaman hias lainnya. Sesekali gadis itu membungkuk dan berjongkok untuk melihat lebih dekat berbagai serangga yang tengah hinggap di daun-daun hijau. Ketika ia kembali tegak, seekor capung terbang di depan wajahnya. Gadis itu menjulurkan tangan, mendekatkan jari pada si capung. Seolah mengerti apa yang diinginkan, capung itu hinggap tepat di jari telunjuk gadis itu. Dengan suara lembut, si gadis berusaha mengajak capungnya berbicara. Namun tentu saja tidak ada balasan. Setelah lebih dari lima detik hinggap disana, capung itu kembali terbang mengarungi udara yang tak dapat ditempuh kaki manusia. Si gadis melepaskan capungnya dengan sebuah lambaian.

Cara sederhana Aghamora kecil untuk menenangkan diri. Pasalnya, tiga puluh menit lalu sang ayah baru saja pulang dari perusahaan yang usianya hampir sama dengan usia pernikahan ia dan sang istri. Tak heran mengapa perusahaan itu sudah mulai berkembang sekarang. Bahkan kini penghasilan sang ayah dalam kurang dari satu bulan sudah cukup untuk membeli sebuah kendaraan roda dua.

Pria itu tidak pulang dengan tangan kosong sementara keluarganya di rumah sudah rela menunggu kedatangannya. Hari itu adalah hari sabtu, Noah akan pulang lebih awal dari biasanya. Tapi minggu lalu pria itu sudah mendatangi sebuah pertemuan diluar kota yang menewaskan waktu selama tiga hari tanpa keluarga. Jadi hari ini, Noah hanya akan berada di kantor sampai pukul tiga sore. Itu yang dikatakannya pagi tadi, namun berhasil membuat Elysa menunggu seharian penuh.

Sepanjang hari, Elysa terus bertanya pada sang ibu, kapan jam akan menunjukkan pukul tiga? Dan Mitena hanya akan menjawab seadanya, memberi tahu pukul berapa sekarang.
"Ini baru jam sembilan, sayang!"
"Papa baru berangkat dua jam lalu"
"Sabar, baru jam sebelas"
"Sekarang pukul dua belas, sayang!"

Seperti kebiasaan Elysa pada hari lainnya, setiap tengah hari selepas makan siang, gadis itu akan ditemani Mitena menuju kamar untuk tidur siang. Sama dengan hari itu dimana Mitena menggendong Elysa dari meja makan ke kamarnya di lantai dua. Sementara urusan piring kotor selalu ia serahkan pada Biru atau Hunter, agar mereka terbiasa dan mandiri katanya. Tentu siapapun yang disebut Mitena hari itu tidak akan melakukan semuanya sendiri. Selalu ada tangan-tangan penolong seperti Tristan dan Zayan dibelakang mereka. Terkadang Nathan juga ikut memmbantu, jika tidak langsung ditarik Sorin untuk segera tidur siang.

Sementara Elysa terlelap ditemani Mitena, Aghamora dan Nathan biasa tidur bersama di kamar Sorin. Kemudian setelah memastikan kedua adiknya benar-benar terlelap, Sorin akan tetap disana sambil belajar atau menonton. Lagipula, tengah hari seperti itu tidak akan ada kegiatan untuknya. Selain menyusul sang adik ke alam mimpi, meja belajar dan laptop atau buku yang menemaninya.

Meski begitu, tidak menutup kemungkinan mereka akan tidur di ruang tengah. Seperti hari ini. Terlalu asyik bermain bersama buku gambar dan pensil warna setelah makan siang, Aghamora dan Nathan tanpa sadar terlelap begitu saja diatas karpet merah ruang tengah. Jika kalian bertanya, apa Sorin tidak mendorong mereka agar segera masuk kamar? Jawabannya, sebab Sorin sedang tidak di rumah kala itu. Ia menyelesaikan makan siang lebih cepat dari yang lain kemudian langsung pamit untuk belajar kelompok di rumah temannya. Sementara empat bocah laki-laki lain tengah berkutat dengan cucian piring, dua termuda diantara mereka dibiarkan bermain di ruang tengah. Ketika sampai, dua bocah itu sudah terkapar dengan dengkuran halus bersahutan memenuhi seisi ruangan.

Ketika terbangun, jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Segera dengan semangat, Elysa menuruni anak tangga dan menghampiri Mitena yang tengah berada di taman. Sambil digenggam oleh sang ibu menuju kamar mandi, Elysa terus mengatakan bahwa Noah akan pulang tak lama lagi.

Benar saja, belum tepat pukul tiga, deru mesin mobil Noah terdengar memasuki halaman rumah. Elysa langsung berlari meninggalkan siaran kartun yang tengah ditontonnya bersama Mitena. Yang gadis itu inginkan sebetulnya hanya kehadiran sang ayah—agar bisa bermain dan bercanda dengannya—jadi lima paper bag yang digenggam Noah begitu keluar dari mobil hanyalah bonus.

House Of EightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang