Plan

21 3 0
                                    

Suasana sarapan tidak seperti biasanya. Tiga kursi kosong masih dibiarkan membersamai tujuh kakak-beradik disana. Bukan karena tidak adanya tempat untuk menyingkirkan kursi atau terlalu malas melakukan, tapi masing-masing dari mereka perlu meminimalisir aktivitas agar bisa kembali dengan cepat.

Hari gelap itu baru terjadi kemarin, tapi para makhluk di meja makan sudah kembali bercengkrama. Seolah kosongnya tiga bangku disana membuat suasana hangat semakin terasa. Padahal nyatanya, masing-masing dari mereka hanya berfikiran agar bisa terlihat kuat dan menguatkan saudaranya. Tapi gambaran pertama memang tidak ada salahnya. Tujuh muda-mudi itu jadi bisa lebih ekspresif sembari menghabiskan santap pagi mereka.

Makanan yang dibuat Aghamora sama sederhananya dengan menu sarapan mereka di hari lain, nasi goreng. Hebatnya, gadis itu sama sekali tak melupakan detail kecil yang selalu ia dan dua kakaknya lakukan. Diantara hadiah sederhana berupa teh earl gray, terdapat dua gelas yang tampak berbeda. Gelas itu berwarna putih, tentu berisi susu segar. Sesuatu yang memang wajib didapatkan oleh remaja yang masih dalam masa pertumbuhan seperti dirinya dan Nathan.

Biasanya ada tiga gelas susu, Aghamora tersenyum simpul

Masakan Aghamora mungkin tidak seenak buatan Mitena yang mereka santap sedari kecil. Tapi effort gadis itu tentu perlu diberi apresiasi. Seperti apa yang terjadi ketika satu per satu memasuki ruang makan.

"Wih...Mora yang bikin semuanya?" – Zayan

"Iya dong! Adek gue effort, bangun lebih pagi. Gak kayak kalian!" – Biru

"Untung gue ganteng" – Nathan

"Apa hubungannya?" – Hunter

"Orang ganteng pasti sabar" – Nathan

"Yang ada juga 'orang sabar pundaknya lebar'" – Zayan

"Biarin lebar, biar doi nyaman sandaran" – Nathan

"Gak ada doi-doian! Fokus belajar aja sono!" – Hunter

"Lo sengaja bangun pagi buat siapin ini semua?" – Sorin

"Iya, bang! Gue jadi satu-satunya cewek disini" – Aghamora

"Cool girl! Adeknya siapa dulu dong?" – Tristan

Ditengah hangatnya senyum yang anggota tertua dan termuda disana bagikan, Tristan mengacau hanya dengan sekali gerakan, mengusak surai Aghamora. Namun rasa sayang yang ditunjukkan tidak seperti belaian sayang sama sekali. Tristan melakukannya dengan tidak santai hingga jepit yang menahan cepol gadis itu terjatuh saking gemasnya. Bisa dibayangkan bagaimana berantakannya penampilan Aghamora sekarang.

Tak cukup sampai disitu, Tristan yang kepalang gemas dengan Aghamora yang tidak berusaha melawan langsung membawa gadis itu ke dalam dekapan. Bukan dekapan biasa atau dekapan hangat, tapi pemuda itu mendekapnya menggunakan tenaga dalam hingga Aghamora harus menepuk-nepuk punggung sang kakak agar segera dilepaskan.

1 vote = 1 kesabaran Aghamora

"Apa rencana kalian kedepannya?"

Merasa suasana terlalu sepi, Sorin memberanikan diri membuka percakapan. Jangan heran sebab biasanya Noah yang akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan basic layaknya seorang kepala keluarga. Tujuh insan itu biasanya hanya menyimak interaksi tiga anggota dari sisi lain meja. Mereka hanya akan bersuara jika pertanyaan itu sudah bersifat lebih spesifik. Itupun tidak semuanya akan mengeluarkan suara. Kecuali jika Elysa mulai berulah atau obrolan yang disajikan mulai menyinggung dan melayang menjauhi fakta.

"Gue pengen ngoleksi action figure" – Nathan

"Nabung, nyet!" – Biru

"Kan emang biasanya juga gue beli sendiri. Emang ada satu dari lima abang gue yang bersedia beliin sesuatu buat gue?" – Nathan

"Beli buat nambahin koleksi lo doang buat apa? Jangan playing victim seolah kita gak pernah kasih apa-apa, ya! Tiap taun alat-alat sekolah lo siapa yang beliin? Tiap datang festival siapa yang jajanin?" – Hunter

"Mampus di gas" – Aghamora

"Hehe...minggu depan ada event, traktiran aman 'kan?" – Nathan

"Giliran gini aja nyengir" – Hunter

"Bukan gitu! Maksud gue, rencana hidup kalian kedepannya mau gimana?" – Sorin

"Gue pengen nikah sama IU, bang!" – Zayan

Sorin speechless

"Bodo amat! Gue mau resign jadi abang!" – Sorin

"Yaudah gih! Nasi goreng lu jadi jatah gue" – Tristan

"Gak jadi resign, jabatannya seumur hidup" – Sorin

"Seenak itukah nasi goreng gue?" – Aghamora

Disela gelak tawa yang membuat atmosfer semakin hangat, ada satu tawa bangga yang membuat tingkat kepercayaan diri salah satu insan disana meningkat.

"Gue sama Hunter bakal berhenti kuliah buat bantu lo urus perusahaan" – Biru

"Bukannya kalian emang udah selesai sidang?" – Sorin

"Iya, tapi kita bakal ambil gelar lebih awal, jadi lo ga perlu pikirin biaya wisuda" – Hunter

"Kalian kuliah capek-capek tapi gak bakal nikmatin momen wisuda?" – Sorin

"Duit kita udah kepake lumayan banyak buat acara pemakaman, lo gak perlu ngorek duit simpanan cuma buat biaya kita wisuda" – Biru

"Tapi tinggal dua minggu lagi" – Sorin

"Justru itu! Karena insiden mama papa gak jauh dari acara wisuda kita, jadi kayaknya kita ngalah aja" – Biru

Sorin mengelap cepat air matanya yang turun tanpa dikomando

"Eh, jangan nangis, bang! Nasi gorengnya jadi asin lho ntar!" – Nathan

"Mana ada?" – Sorin

Menyadari kakaknya memerlukan waktu, Tristan membuka mulut mengambil alih konversasi

"Lo sendiri gimana, Nat?" – Tristan

"Gue tahun ini juga lulus SMA" – Nathan

"Terus? Mau lanjut kuliah?" – Zayan

Nathan tampak berfikir sejenak

"Kalo gak ngeberatin sih gapapa" – Nathan

"Masih ada satu perusahaan inti sama dua perusahaan cabang. Lo mesti lanjut studi pokoknya!" – Sorin

"Tenang, otak gue masih bisa nampung" – Nathan

Gelak tawa kembali memenuhi ruang makan tersebut

"Kalo kalian gimana?" – Biru

"Kita bakal lanjut ambil S2" – Tristan

"Gak tinggal dulu aja? Semester depan baru kalian kejar" – Hunter

"Gapapa, Han! Kalo emang mereka mau, gue bakal handle" – Sorin

"Gak usah, bang! Kita sengaja bikin simpenan dari awal kuliah. Pake itu aja!" – Zayan

"Wah...kalian diem-diem punya saldo" – Biru

"Kita sadar diri mama papa kayak gimana. Takutnya sewaktu-waktu biaya kuliah kita mogok tengah jalan, makanya gue sama bang Tristan nyimpen duit diem-diem. Ternyata emang kepake buat kuliah!" – Zayan

"Oke! Gue, Hunter, Zayan, Tristan, sama Nathan udah jelas arahnya. Lo gimana, Ra?" – Biru

Aghamora menatap malas kakaknya yang kini tersenyum jahil. Makhluk lain disana juga tampak berusaha menahan tawa. Pasalnya, mereka tidak mungkin tidak tahu apa yang bisa dilakukan Aghamora jika hanya bertitel kelas 11 SMA. Bukan rahasia juga jika saldo tabungan Aghamora mempu membuat tawon masuk ke dalam mulut.

"Kamu nanya?"

House Of EightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang