Ball

17 3 0
                                    

Lupakan soal taman dan museum. Akibat berpihak pada saudara ketimbang orangtua, kunci mobil Hunter dan Biru menjadi sasaran. Sementara itu, kuda besi si kembar Tristan dan Zayan sedang dalam masa perbaikan. Padahal mobil mereka akan aman dari terkaman majikan naga hitam andai tidak berada di bengkel. Kini yang tersisa di garasi hanya motor Nathan, sangat tidak mungkin bukan?

Sejak agenda itu dibuat, Sorin memang tidak masuk ke dalam daftar. Si sulung harus tetap datang ke perusahaan untuk mengontrol. Lagipula adegan perang dunia tadi pagi terjadi setelah Sorin berangkat. Jadi ia tidak tahu menahu dan tidak ada juga jalan lain untuk tahu.

Agenda pagi itu kemudian berganti menjadi mencari sarapan untuk Aghamora. Seperti hari-hari biasanya, aktivitas di meja makan memang selalu ada. Tapi tidak semua anggota keluarga terjamin kehadirannya disana. Entah karena muak atau sekedar punishment. Soal siapa yang mengalami, sepertinya sudah terlihat siapa yang paling sering.

Masih ingat Tristan menggendong Aghamora dalam mode lag ala karung beras? Pemuda itu tidak membawa sang adik ke kamarnya atau kamar siapapun. Misi penyelamatan itu akan percuma jika musuh mengetahui persembunyianmu. Jadi Tristan langsung mengambil langkah menuju lantai dasar, lebih tepatnya teras depan. Disana barulah Tristan berusaha mengunduh ulang total data otak Aghamora.

Bukan dalam prediksi sebetulnya penahanan kunci mobil Hunter dan Biru. Hanya saja Tristan mengira lag tadi karena gadis itu belum mendapat isi daya. Sebagai kakak yang baik, Tristan dengan inisiatifnya menawari Aghamora makanan apa yang gadis itu mau. Beruntung sebab efek dari mode lag membuatnya melupakan sejenak apa itu melunjak. Ucapkan selamat pada isi dompet Tristan.

Selama berada di gerai bubur, Tristan terus fokus pada ponselnya. Pemuda itu memang tidak memesan makanan karena hanya Aghamora yang mendapat forbidden di meja makan. Jadi pemuda itu lebih tertarik menyimak obrolan para saudaranya di grup chat. Biru yang penasaran akan adegan mana saja yang ia lewatkan, Hunter dengan rasa penasaran megapa kunci mobilnya ikut kena imbas, dan Sorin dengan culture shock nya dari luar sana. Bahkan username Tristan mendapat tag sebanyak tiga kali, tapi tetap pemuda itu abaikan sebab sudah dijelaskan semua oleh sang adik kembar tiga menit sebelum dirinya membuka ponsel.

Zayan mengetahui semuanya karena diam-diam ia memantau bersama Tristan. Bahkan ia juga yang menjadi saksi atas kegilaan Tristan yang dengan nekat menunjukkan batang hidung. Tidak seperti dirinya yang tetap menyembunyikan diri dibalik dinding. Aghamora memang memerlukan perisai, tapi tetap butuh seseorang untuk merekam semua, begitu pikir Zayan.

Sepulang dari gerai bubur, dua insan itu mendapati ramainya energi kinetik di halaman samping. Segera mereka menghampirinya tanpa menapaki rumah terlebih dulu. Enam anak manusia itu langsung dengan ceria saling merebut bola oranye dari tim lawan yang dapat dipastikan berasal dari kamar Nathan. Kiranya tak apa agenda mereka gagal, asalkan tetap bisa bermain.

Jika kalian bertanya, darimana mereka mendapat ring? Itu adalah properti yang jarang dipakai. Pekerjaannya sehari-hari hanya menganggur di sudut gudang. Bukan ring pendek alat permainan anak-anak, bukan juga setinggi ring pada umumnya. Tapi ring itu portabel dan mudah dipindahkan. Apapun itu asal bisa digunakan tidak akan dilewatkan.

Hunter berhasil menguasai bola selama tiga detik penuh. Didepannya salah seorang anggota lawan menghadang, Tristan.

"Bang, kalo lo kasih bolanya, gue traktir es krim!"

"Es krim cap boneka salju? Ogah! Bosen gue!"

Tak tergiur pada aliansi, Hunter melemparkan bulatan oranye itu melewati kepala Tristan ketika sang lawan lengah. Tujuannya adalah Zayan yang berdiri paling dekat dengan ring, namun dua anggota tim lawan berada tepat disampingnya.

House Of EightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang