Faint

28 3 0
                                    

Dua orang remaja berbeda gender tengah menikmati waktu mereka bersua foto di tengah acara festival. Tidak, mereka tidak gila dengan memotret diri di tengah keramaian. Maksudnya bersua foto di spot foto dalam festival tersebut, festival Sakura. Meski beberapa pengunjung memang nekat mengabadikan momen di tengah keramaian. Sebagian dari mereka membawa kamera canggih, kemungkinan adalah jurnalis. Sementara yang terparah ialah mereka yang membuat konten di tengah akses jalan sehingga pengunjung lain terpaksa harus menepi untuk bisa lewat. Mereka yang tanpa segan membuat kemacetan manusia.

Jangan berbaik sangka pada dua manusia berpendidikan namun tidak berakhlak ini. Mereka tentu berdiri bersebelahan sambil menunjukkan berbagai pose pada ponsel yang dipegang oleh sang pemuda di bawah pohon sakura buatan. Tentu mengingat negara ini tidak strategis untuk ditumbuhi sakura. Sehingga dalam acara festival seperti ini, hanya terdapat pohon sakura replika dengan kepala berwarna oranye dan pink cerah.

"Smirk! "

"Lagi-lagi! Finger heart! "

Berbagai pose dan ekspresi dua anak baru remaja itu coba. Entah bagaimana kabar galeri ponsel dengan body berwarna hijau tosca itu nantinya.

Selama mereka masih asyik dengan dunianya, seorang gadis lain juga terus mengambil foto untuk para pengikut di laman media sosialnya. Maklum, akunnya lumayan terkenal dengan pengikut bejibun. Jadi pasti gadis itu akan mengabadikan momen disetiap celah kesempatan. Meski terbilang jarang update—bahkan dalam satu bulan bisa menghasilkan hanya dua postingan—tapi pengikutnya justru semakin bertambah, bukan berkurang.

Dari arah gapura berisikan kalimat sapaan dan judul festival, dua pemuda dengan paras tak jauh berbeda masuk dan melihat-lihat sekitar, tepatnya mencari keberadaan tiga adik mereka. Begitu yang lebih muda menemukan salah dua diantara mereka, pemuda itu langsung melesat meninggalkan sang kakak yang masih celingak-celinguk.

Ketika tersadar, pemuda itu semakin memperluas arah pandangan dengan masuk ke area foto sebelah kiri untuk mencari para buronan. Hampir saja ia panik jika tidak mengingat perilaku adik-adiknya yang seolah lupa diberi akhlak oleh tuhan namun kelebihan energi. Maksudnya, walaupun ada orang yang berniat jahat, orang itu akan segera tobat setelah mendapat serangan mental dari calon korbannya. Lagipula, mereka bukan anak-anak usia sekolah dasar sama sekali.

"Guys, ikutan foto dong!"

"Sini, bang!"

Biru mendekati dua remaja itu dan berdiri dibelakang Aghamora. Nathan berada sedikit lebih depan sebab lengan panjangnya sangat berguna sebagai tripod.

"Bikin triple heart! "

Dua pemuda yang lebih tua seketika menuruti arahan Aghamora. Masing-masing dari mereka menyerahkan setengah bentuk hati menggunakan tangan sementara Aghamora yang berada di tengah memasukkan dua tangan dengan kondisi menyilang. Kemudian mereka mengkondisikan ekspresi agar layak di upload dan tidak menghantui mimpi para viewers.

Masih asyik mengambil puluhan gambar, tiba-tiba saja seseorang menarik telinga Biru hingga si empunya reflek berteriak kaget. Ketika berbalik badan, seperti yang sudah diduga bahwa Sorin penyebab puluhan pasang mata tertuju pada mereka.

"Bagus lu main tinggal? Untung gue ga jadi panik!"

"Ampun, bang! Gue liat Mora sama Nathan tadi makanya langsung jurus seribu bayangan"

"Kalo nemu adek tuh kasih tau! Bukan ikut ngilang!"

Sorin melepaskan jawilan sayangnya dari telinga Biru

"Aw...baper deh dikhawatirin abang"

"Dih, mana ada? Gue takutnya HP mahal gue lu gadai. Siniin!"

Raut wajah Biru yang sebelumnya memasang senyum salting seketika berubah begitu tangan Sorin terjulur dihadapannya. Sambil misuh-misuh, pemuda itu merogoh saku jaketnya menyerahkan ponsel dengan case hitam.

House Of EightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang