dua puluh enam

81 7 0
                                    

Atmosfer di tribun Stadion Kyocera dipenuhi oleh berbagai fans dari dua kubu klub itu yang tengah melakukan pertandingan sengit. Indira sesekali meringis ngilu dan berteriak kesal saat melihat Nicolaas jatuh terjungkal, apalagi saat pria itu beberapa kali dijatuhkan ketika hendak mencetak gol.

Pandangan Indira pun tak lepas dari pemain se-tim Nicolaas yang bernama Kilian Benjamin, si selingkuhan Irina yang baru dimasukkan ke dalam permainan saat waktu sisa sepuluh menit lagi. Indira duga hal itu pasti dikarenakan keegoisan pria itu saat bertanding beberapa saat lalu.

Indira datang tanpa memberitahu Nicolaas, sengaja agar pria itu tidak perlu repot-repot harus menjemput dan mengantarnya. Pandangannya kini terus memelototi lapangan yang semakin sengit karena waktu hanya tersisa tiga menit lagi. Ia sudah berancang-ancang untuk berdiri dan akan berteriak, tapi tidak jadi, ia urungkan saat melihat teman se-tim Nicolaas yang tidak Indira ketahui siapa namanya itu terjatuh diseleding lawan saat hendak mencetak gol. Memang benar-benar permainan sengit.

Tangan Indira terkepal erat, menghitung waktu yang tersisa tidak sampai dua menit lagi. Menggigit bibirnya cemas saat waktu terus berjalan dan di satu menit terakhir, Indira berjingat segera berdiri dari duduknya,

“GOL!!!!”

“AAA KASIAN AAA!! GOL WOI! NICOLAAS!!!” teriaknya heboh, tangannya sengaja ia bentuk teropong.

Indira bertepuk tangan brutal.

Peluit panjang ditiupkan sebagai penanda bahwa pertandingan berakhir. Indira melihat suka cita para fans klub Nicolaas yang berjingkrak-jingkrak bahagia merayakan kemenangan mereka. Netra Indira mengikuti segala gerak-gerik Nicolaas.

Indira segera meraih ponsel, menyusuri aplikasi pesan untuk mengirimi pesan kepada Nicolaas saat kebetulan pria itu tengah mencekal ponsel sambil duduk di kursi yang sengaja disediakan di pinggir lapangan.

Indira to Nicolaas : aku di tribun.

Nicolaas langsung mendongak, pria itu butuh waktu beberapa detik untuk mencari eksistensi Indira di tengah lautan manusia. Tak sampai membutuhkan waktu lama, akhirnya pria itu bisa menangkap sosok Indira yang tengah tersenyum menatapnya sambil menggoyang-goyangkan yangan di udara.

Nicolaas to Indira : tunggu saya. Beberapa menit lagi saya keluar dari lapangan.

Indira tersenyum lalu mengguk, mengangkat jempolnya tinggi-tinggi di udara supaya Nicolaas melihatnya.

Beberapa menit seperti yang dikatakan Nicolaas tadi, kini pria itu sudah berdiri di hadapan Indira sambil tersenyum manis.

Congratulations, Nic!! Gol mu tadi indah sekalii!!” ucapnya excited.

Nicolaas menggaruk ujung alisnya sambil terkekeh canggung, “Dank u.” telinga pria itu bahkan memerah membuat Indira turut terkekeh.

“Kamu tidak bilang kalau ingin kesini?”

“Sengaja. Biar bisa liat kamu berangkat pakai bus.”

“Ada-ada saja kamu,” jedanya. “Tapi saya tidak bisa mengantar kamu, bagaimana? Soalnya saya ada jadwal makan bersama?” tanya Nicolaas hati-hati.

Indira mengibaskan tangannya di udara, “Nggak apa-apa, nggak masalah! Aku kesini cuma mau nonton, bukan mau minta di anter pulang.” Indira menoleh saat mendengar nama Nicolaas dipanggil oleh teman se-timnya, ia kembali menatap Nicolaas, “Kamu bebersih, gih! Aku juga mau pulang ini.”

Alis Nicolaas terangkat, “Kamu mau pulang sekarang? Buru-buru sekali?”

Hehe, pengen rebahan aja di kamar.” Indira mendorong lengan Nicolaas, “Udah sana bebersih! Udah ditungguin tuh!” suruhnya kepada Nicolaas.

Hello in NetherlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang