Sepanjang perjalanan kembali menuju Netherland, Indira hanya menatapi jendela yang menampilkan pemandangan gumpalan awan putih, ia tidak menoleh sama sekali untuk menatap Nicolaas yang ada di sisinya. Kedua manusia itu hening. Nicolaas tak banyak menegur sebab pria itu sudah merasa cukup, ia sudah bahagia melihat Indira di sisinya, bersamanya untuk kembali ke Netherland.
Nicolaas dan Indira masih sangat hening bahkan saat keduanya berada di dalam taxi menuju gedung apartement mereka.
“Apartement kamu masih bisa ditempati.” Nicolaas akhirnya bersuara saat melihat gelagat Indira yang seperti hendak menanyakan sesuatu tapi tidak jadi.
Nicolaas mengikuti Indira untuk masuk ke dalam unit gadis itu.
Indira terhenti dalam langkahnya. Tiba-tiba ia berbalik badan membuat Nicolaas yang ada di belakangnya terkejut dan tak sempat menghentikan langkah membuat keduanya terlibat dalam benturan kecil. Indira mengaduh membuat Nicolaas langsung menunduk,
“Kamu tidak apa?” jempol pria itu refleks mengusap-usap lembut kening Indira yang baru saja tertabrak dada bidangnya.
Indira terpaku, terdiam sambil merasakan desiran-desiran darah yang perlahan naik ke pipinya. “Nggak apa-apa.” ia memalingkan pandangan saat merasa pipinya merona.
Indira berdehem, bergerak mundur satu langkah membuat usapan Nicolaas terhenti saat akhirnya jemari pria itu terapung di udara. Nicolaas menatap Indira tidak banyak bicara, tapi wajah pria itu terlihat sangat sendu setelah mendapat penolakan dari Indira.
“Nic, aku harap kamu nggak bohong tentang ucapan kamu mau bantu aku.”
Nicolaas menatap sendu Indira yang bahkan enggan untuk membalas tatapan darinya, “Saya tidak pernah berbohong kepada kamu.”
“Kalau gitu, ayo kita sekarang ke apart Melissa!”
“Saya tidak bisa mengiyakan kalau begitu,” jeda sambil menatap kantong mata Indira yang cukup tebal. “Kamu kelelahan, saya juga. Sebaiknya kita beristirahat terlebih dahulu. Besok baru saya temani kamu, kalau kamu mau besok akan saya temani.”
Jemari Indira terkepal di sisi tubuh, “Katanya kamu mau bantu aku!”
Nicolaas menghela nafas, “Tapi saya tidak berkata untuk pergi saat ini juga, Indira.”
Melihat Indira yang hendak menyela lagi membuat Nicolaas berucap terlebih dahulu,
“Saya bantu, tapi kita pergi besok. Iya atau tidak sama sekali?” mutlak Nicolaas.
Indira memandang Nicolaas sekilas sebelum beralih untuk melangkah pergi menuju kamarnya, meninggalkan Nicolaas yang hanya mampu menatapi lamat kepergian gadis itu sampai pintu kamar kemudian sudah tertutup barulah Nicolaas mengalihkan pandangan.
Nicolaas mendesah sebelum akhirnya dia berbalik badan dan berjalan pergi menuju unitnya sendiri.
•ʚɞ•
Nicolaas meraih jemari Indira saat melihat jemari mungil itu bergetar, melindunginya dalam genggaman jemarinya yang lebih besar.
Kini mereka berdua sudah berdiri di depan pintu masuk unit Melissa, tapi Indira sama sekali tidak bergeming. Gadis itu tak bereaksi apa pun membuat Nicolaas menatap khawatir.
“Kamu tidak apa-apa?”
Nicolaas menunduk sedikit membungkuk, “Indira? Kalau tidak bisa jangan dipaksakan.” jemari Nicolaas menyentuh dagu Indira membuat gadis itu akhirnya tersadar dan mampu membalas tatapan Nicolaas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello in Netherland
ChickLitSebuah pertemuan adalah ikatan takdir dan Indira Prisa mempercayainya. Sampai akhirnya pertemuan berkali-kali dengan Nicolaas Sebastiaan menyadarkan Indira bahwa mungkin mereka terikat benang merah yang kuat. start : 01/01/24 end : 20/01/24 A cover...