Mohon maaf sebelumnya, ada beberapa kalimat yg sedikit vulgar dan mungkin sensitif bagi beberapa orang di bab ini, untuk yg ga nyaman silakan skip bagian paragraf atau salah satu dialog di bawah yaa.
Ok, selamat membaca~
___⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️
Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.
Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___Tak!
Zale melirik sekilas benda pipih yang memutarkan video di dalamnya, matanya tadi hampir saja keluar dari tempatnya jika ia tidak mengalihkan pandangannya. Sama halnya dengan Jemma. Matanya terbuka lebar, di saat sosok Zale menggendong dirinya bertelanjang dada. Sehingga gadis itu terpaku di tempatnya duduk.
Plak!
"Kau bodoh atau apa, hah? Mata Jemma ternodai karena melihat video itu, Tom!" omel Pamela amat marah setelah melayangkan tamparan di lengan kekar si Tom.
Semburat merah muda tergambar jelas di wajah Jemma. Ia menahan napasnya melihat milik Zale yang bergelayutan kala video barusan berputar menampilkan Zale berjalan santai. Sedangkan Pamela sibuk memarahi Tom, Tom juga lupa kalau Jemma memiliki kesucian tinggi. Dia merasa berdosa sekali menjerumuskan Jemma di lingkaran sesat.
Kini Jemma menutup mulutnya yang terbuka, ia masih tak percaya ukuran milik Zale. Ia menarik dagu Zale sangat agresif dan menyipitkan matanya, mengindikasikan segala ekspresi di wajahnya saat ini. Tercantum sudah kejelasan di sana dapat tergambar.
"Apa itu sungguhan?" Pamela dan Tom berhenti berdebat ketika mendengar suara Jemma yang bertanya ambigu.
Mengerti arah pembicaraan itu, Zale malu bukan kepalang. Tangan Jemma ditepis kasar. "Apanya?" ketusnya.
"Kau bodoh? Jelas-jelas ukuran mu—apa itu sungguhan? Jika iya, ukurannya hampir mirip dengan kuda jantan!" seru Jemma lantang seolah tak punya malu. Kedua tangannya menangkup pipinya yang kian memanas setelah mengatakan hal tersebut.
Hais ... Pamela pening sekarang. Dia memijat pangkal hidungnya dan mendengus, "Jangan lanjutkan. Anak nakal, bisa-bisanya kau malah penasaran dengan hal mesum begitu!"
Jemma yang sadar hanya menggaruk ujung pelipisnya, ia mengulum senyum malu, sebab itu pertama kali bagi Jemma melihat milik seorang pria secara langsung. Ah, maksudnya belum langsung juga sih. Seperti milik Zale, contohnya. Ya, kembali kepada topik pembicaraan. Mau tidak mau Zale berdalih kalau bajunya hanyut ketika dirinya sedang berenang dan menemukan Jemma di bibir pantai. Kondisi Jemma dijelaskan, tatkala adegan pingsan dan demam tak terkecuali.
"Aku baik-baik saja," ungkap Jemma waktu Pamela memeriksa dahinya.
"Maafkan aku, aku terlalu khawatir," ucap Pamela dan Jemma memakluminya.
Tom pun bertanya, "Lalu—dari mana asal anda?" Mata pria itu beralih pada sosok Zale.
Jemma dan Zale sempat beradu pandang. Jemma khawatir Zale harus menjawab apa, tidak mungkin Zale bilang kalau dia berasal dari lautan. Tangan Jemma menggenggam tangan Zale dari bawah meja. "Apa perlu aku yang menjawabnya?" bisik Jemma seakan meminta izin.
Zale berkedip lama menandakan tak boleh. Lalu Zale dengan tenang menjawab, "Namaku Zale Merville. Aku tinggal di wilayah terpencil yang jauh dari pemukiman warga di daratan, aku terdampar di suatu pulau tidak berpenghuni selama beberapa tahun lamanya, beberapa hari sebelum bertemu Jemma aku meneguhkan hati untuk berenang mencari daratan sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [on going]
Fantasy___ Gadis ini menjalani hari dengan rasa lapang dada. Tiada hari tanpa cobaan melanda dirinya. Walau dicap sebagai orang aneh dan buruk rupa serta perlakuannya yang tergolong kasar, ia akui dirinya hebat bertahan sampai sekarang. Langkahnya memang s...