Maaf baru bgt update ya guys, soalnya lagi riweh di rl. Kalo begitu selamat membaca para pembaca✨
___⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️
Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.
Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___Cerita tersebut lepas layaknya terpaan badai, menyentak hati juga menggoreskan sebuah sayatan menyakitkan. Leon menjaga emosinya mati-matian. Kim turut ikut ke dalam perbincangan berat tersebut, hingga terhanyut, memancing kerapuhannya kembali yang terkoyak karena suatu cerita membingungkan, serta penjelasan Jemma yang amat jelas di telinga. Bahkan, Jemma tidak mengurangi atau menambahkan untuk menjadi bumbu penguat ceritanya itu.
Sedangkan Zale, ini kedua kalinya mendengar cerita memilukan Jemma, walau sebelumnya sudah menjadi orang pertama yang mendengar. Tetap saja Zale sulit menepis rasa menyesakkan di dada, ketika Jemma bersuara semakin parau, kala ceritanya telah sanggup dia selesaikan sendiri. Berat sekali.
"Permasalahan tidak hanya sampai disitu, Leon," terang Zale menghela napas dan membuat Leon menoleh sejenak. Menampilkan alis bertautan sembari menajamkan pendengaran. "Dia masih memiliki urusan dengan seorang wanita bernama Myra, ibu tirinya, dan begitu pula kita. Rikkard pasti mengetahui hal ini, cepat atau lambat."
"Ya, kau benar—"
"Tidak. Aku tampaknya memiliki urusan juga dengan seseorang bernama Mirdin dan satu orang pria asing." Semua orang di sana kompak menautkan alisnya, terutama Zale. Perhatian mereka tertuju pada sosok gadis berwajah sembab. Suara Jemma mengoreksi ucapan Zale barusan, ada gambaran ambigu lain bermunculan di kilas balik ingatan.
Setahu Zale, Mirdin tak ada sangkut pautnya bersama Jemma secara langsung. Justru dirinya 'lah orang yang terlibat penuh sejak hidup di lautan sana, dengan makhluk penguasa perairan barat tersebut. "Kau yakin ada urusan dengan Mirdin, Jemma?"
Jemma melirik ke arah Zale dan mengangguk tanpa keraguan. "Aku merasakan hal aneh, kala melihat sosoknya saat sempat mengintip kau berdebat dengannya kala kita ke goa bawa laut. Baunya sama seperti kita Zale, aroma lautan yang berbeda. Itu amat familiar. Anehnya aku malah dapat merasakannya, walau di dalam perairan."
"Mungkin kau salah kira, dia memang makhluk asli—"
"Tidak, dia terkena kutukan!" seru seseorang muncul dari arah dapur.
Zale reflek bangkit dan memasang badan di depan Leon dan lainnya. Ia menatap tajam pria itu yang nyaris dirinya tak bisa merasakan kehadiran makhluk tersebut sejak tadi. Barulah dirinya sadar, kalau ada orang lain di dalam rumah Jemma. Seorang pria berjalan santai dengan kedua kaki telanjangnya menapaki lantai, terhenti dan memilih bersandar ke dinding, menghadap semua orang sembari bersedekap dada.
Kepalanya menggeleng saat menatap Zale yang begitu waspada terhadap dirinya, seolah di depan matanya, Zale menganggap dirinya dapat menghancurkan mereka semua atas kehadirannya secara mendadak. Detik berikutnya, helaan napas terdengar. Pria tersebut mengubah raut wajahnya menjadi serius tak sesantai barusan. Kedua netra tajam bak hewan buas membalas tatapan menusuk seorang Zale Merville.
"Apa kau tetap diam saja, ketika wanita itu berhasil mempengaruhi satu manusia bodoh?" Pertanyaan itu mengarah kepada Zale.
Zale tidak mengerti pembicaraan ini. Ansen, atau bisa dibilang si penguasa perairan selatan dan kini berhasil merebut daerah utara. Makhluk itu tampak terkekeh geli mendapati Zale yang sama bodohnya dengan manusia lain, perjalanan masih di tempat sama, sedangkan dirinya sudah sampai ke utara. Sungguh tidak ada perkembangan atau kemajuan. Baginya, itu menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [on going]
Fantasy___ Gadis ini menjalani hari dengan rasa lapang dada. Tiada hari tanpa cobaan melanda dirinya. Walau dicap sebagai orang aneh dan buruk rupa serta perlakuannya yang tergolong kasar, ia akui dirinya hebat bertahan sampai sekarang. Langkahnya memang s...