⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️
Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.
Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
____Sekarung benda berharga telah siap untuk dibawa ke atas dermaga, bahkan itu baru bagian kecil dari milik Zale. Zale bersyukur masih ada kotak kayu dan karung goni tak terpakai bekas jarahannya kala itu, sehingga dapat memasuki benda-benda tersebut ke sana.
Di sisi lain. Jemma menyentuh langit-langit goa yang lembab. Ia sempat takjub karena goa ini tidak gelap, malahan cahaya matahari seperti menyelinap masuk kemari tanpa halangan yang dibantu pantulan air.
Kemudian Zale menghampirinya, Zale menaiki bebatuan tempat Jemma duduk. Dirinya berdeham kecil hingga Jemma menoleh seraya menunjukkan raut wajah bingung. Tangan Zale membawa tas usang, entah apa isinya, namun pria itu memberikannya kepada Jemma.
Tangan Jemma terulur dan memandang heran model tas pemberian Zale. Ia menghela napas serta mendorong benda itu kembali ke arah Zale sendiri. Tetapi isi tasnya hampir saja jatuh ke dalam air, kalau Zale tak langsung meraihnya dengan cepat.
"Jemma, kau benar-benar!" geram Zale sambil merebut kembali tasnya.
"Lagi pula kau aneh sekali, mana zaman tas model seperti itu aku pakai? Kau ada-ada saja!" ketus Jemma membalas. Ia menatap perubahan drastis ekspresi muka Zale, pria itu mengalihkan pandangannya dan memandang tasnya penuh pedih. "Memang ini punya siapa Zale? Ini milik manusia, makhluk daratan."
Zale merasa tertusuk di relung hatinya, sebab ia juga pernah menjadi manusia utuh tanpa menjalani kehidupan pahit begini, walau terlahir di keluarga sederhana. Matanya setengah melirik sosok Jemma di sampingnya.
Ia sulit sekali mengatakan hal ini. Padahal sudah sadari lama ingin dirinya sampaikan, sayangnya tiada kondisi atau momen tepat untuk sekedar mengeluarkan beberapa kata saja dari mulutnya sendiri.
"Kenapa kau diam? Apa kau ingin mengatakan sesuatu? Bicaralah Zale, diammu membuat semuanya semakin rumit!" tanya Jemma dan setelahnya menyentak.
Zale mempertahankan wajah datarnya sebaik mungkin. Ia tak menatap Jemma langsung. "Aku tahu itu milik manusia."
"Lalu— apa ada hubungannya denganmu?" tanya Jemma sedikit ragu yang dibalas anggukkan kepala oleh Zale.
"Ada benda lain di dalamnya, jangan sampai terkena air, aku takut milikku rusak," ujar Zale dan pergi meninggalkan Jemma.
Sebelum itu Zale meraih kotak kayu dan karung goni berwarna coklat bersamanya. Sedangkan Jemma mulai membuka tas tersebut. Untung saja tangannya tidak begitu basah, membuat Jemma lebih leluasa melihat isi tas itu.
Ada uang jadul berbentuk kertas lusuh juga koin tua, ditambah ada topi bergaya eropa keluaran lama yang Jemma sendiri tak tahu kapan tahun pengeluarannya. Sampai di mana Jemma menemukan selembar lukisan, dua orang tergambar gagah.
Familiar, itulah yang terbesit dibenak Jemma.
Lalu Jemma membalik lukisan tadi. Ternyata ada tulisan di belakangnya, ada nama Zale Marvile beserta nama pria lain— Rikkard Carrington Featherson yang ditulis memakai pena lama menurut Jemma. Di bagian bawah juga tak luput dari mata tajam Jemma. Sebuah kalimat singkat menambah beban dipikirannya ini.
"Putra angkat dan kandungnya."
Jemma membalik lagi lukisan itu, menatap dengan cermat kedua pria di dalam lukisan tersebut. Bertepatan dengan Zale muncul di depannya. Netra Jemma memicing menajamkan penglihatannya, membanding sosok Zale. Yang jodohnya ia baru ingat nama salah satu pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [on going]
Fantasy___ Gadis ini menjalani hari dengan rasa lapang dada. Tiada hari tanpa cobaan melanda dirinya. Walau dicap sebagai orang aneh dan buruk rupa serta perlakuannya yang tergolong kasar, ia akui dirinya hebat bertahan sampai sekarang. Langkahnya memang s...