⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️
Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.
Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___Keesokan harinya di kediaman keluarga Delmare.
Jay mulai keluar dari kamarnya, dia berusaha tidak terpuruk oleh bayang-bayang sang ibu akan penyiksaan kejam yang sering dirinya terima dulu, sampai berbekas jelas dan pastinya tercantum baik dalam benaknya.
Melihat putranya itu membuat hati Zacharias menghangat, tatkala Jay mau berusaha terbebas dari rasa takutnya. Tak pernah Zacharias lewatkan memberi perawatan khusus kepada anaknya ini.
Entah demi kesehatan mental maupun fisik, semua harus terkendali baik dalam jangkauan secara langsung sekarang. Tiada lagi perantara tidak terpercaya seperti Myra. Sumber cahaya kehidupan tersisa anak-anaknya saja tanpa menyisakan Myra di kehidupan mereka.
Demi keberlangsungan hidup mereka, Zacharias berencana mengasingkan Myra ke suatu wilayah terpencil dan jauh dari pemukiman penduduk. Dia ingin membuat Myra menyesali sampai mati, serta menghabiskan sisa hidupnya di temani kesendirian.
"Ayah, besok kita jadi bertemu Jemma, kan?" Kepala Zacharias mengangguk, respon tersebut memunculkan senyum merekah manis di wajah tampan anaknya.
"Tidak perlu mengkhawatirkan itu, kita tetap berangkat apapun yang terjadi. Kau harus bertemu Jemma, begitu pula Ayah," sahut Zacharias membalas senyuman Jay.
"Mengenai lift, aku sungguh berterima kasih karena Ayah mengerti tentang kekurangan ku," cetus Jay mengeluarkan suara pelan. Menunduk sambil memilin jemarinya sendiri. "Aku terbantu sekali karena itu."
Zacharias tidak langsung membalas perkataan Jay, tetapi dia bangkit dari duduknya dan meraih pegangan kursi roda di balik punggung Jay, yang digunakan Jay. Mendorong perlahan menuju suatu tempat. Dan tempatnya ialah di depan pintu masuk ruangan bawah tanah. Di dalamnya ada lima belas anak tangga menurun.
"Ini?"
"Ya, kita harus memastikan mantan Ibumu tersiksa, baru kau berterima kasih kepada Ayah. Toh, semua Ayah lakukan karena menyayangi anak Ayah." Zacharias membuka pintu tersebut. Jay kalah cepat untuk sekedar mencegah, kini dirinya telah masuk ke ruangan itu.
Dirinya kira hanya ada tangga di sini, ternyata sebelah tangga ada lift berukuran 4×4 meter. Sangat pas jika dua orang masuk ke dalam sana. Apa lagi masih menyisakan sedikit ruang, sebab ruangan ini telah di atur. Minimal orang di dalamnya ialah tiga orang.
Saat lift tiba di bagian dasar ruangan, mereka melihat jelas bagaimana kondisi ruang pengap berbau tak sedap itu. Jay sampai geli bercampur jijik memandang sekitar. Patut dikasihani pada orang yang tinggal di sini— orang baik.
Ketika di depan sel Myra pun mereka memandang Myra membelakangi keduanya seraya membenturkan kepala pada tembok. Belum suara Zacharias keluar, matanya memicing tajam sejak tadi baru datang.
"Brengs*k!" umpat Zacharias langsung mengambil ponsel di sakunya.
Sedangkan Jay sendiri kebingungan kenapa ayahnya kelihatan sangat marah di kala melihat sosok wanita di dalam sel. Setahu Jay itu adalah ibunya, tetapi—
"Ayah, itu bukan Ibu!" seru Jay menepuk-nepuk punggung tangan sang ayah.
Zacharias mengangguk dan mendengus kasar. "Sebentar, Ayah sedang menghubungi bagian keamanan."
Lidahnya kelu. Wanita itu benar-benar berhasil kabur, badannya lemas seketika.
Di depan matanya kini seorang wanita membalikkan badan. Tersenyum mengejek menatap keduanya. Zacharias yang tengah emosi mengambil pistol dan secepat kilat menodongkannya kepada si wanita asing tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [on going]
Fantasy___ Gadis ini menjalani hari dengan rasa lapang dada. Tiada hari tanpa cobaan melanda dirinya. Walau dicap sebagai orang aneh dan buruk rupa serta perlakuannya yang tergolong kasar, ia akui dirinya hebat bertahan sampai sekarang. Langkahnya memang s...