🐡VITO Bab 41 : Senyum Yang Hilang🐡

22 3 0
                                    

⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️

Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.

Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___

"Kau cukup mengikutiku, Zale dan Leon ada di sana menunggu kita. Jadi, buang rasa curiga di hatimu tentangku."

Bujuk rayu dan membawa dua nama pemuda terus disebut lewat bibir manisnya. Hati Nerida sangat waspada kepada siapapun, tetapi ia tahu pria di depannya ini adalah orang terdekat mereka. Mungkin dirinya akan dibawa ke laut lepas sesuai janji Leon tempo hari. Mengikrarkan janji untuk tempat tinggal barunya. 

Tak lama kepalanya mengangguk. "Tolong jaga aku selama perjalanan ke sana, aku takut Leon dan Zale mengkhawatirkan diriku kalau aku terluka," pintanya tersenyum kecil. 

Lawan bicaranya pun ikut mengangguk menyanggupi permintaan Nerida. Dia bahkan tersenyum, sampai lesung pipinya terlihat. "Kau tenang saja Nerida, aku akan menjaga dirimu sebaik mungkin!"

Seruan Rikkard kembali membuat Nerida yakin, menghapus rasa waspada dan gundah beberapa waktu lalu, dan mencoba percaya kepada orang lain ketika tidak ada Leon di sisinya. Mau tidak mau, Nerida mengingkari janji. Baginya sekarang adalah, Rikkard teman baik Leon, jadi tak akan menimbulkan masalah kecil atau besar. Leon mempercayai temannya guna menjemput Nerida, Nerida sendiri harus bersikap sama pula. 

Tangannya menyambut uluran tangan Rikkard dengan senang hati. Pada akhirnya Rilkkard membawa dirinya menggunakan sebuah kereta kuda pengangkut barang. Nampak sekali jika Rikkard susah payah mengangkat badan Nerida, berakhir Nerida bernapas lega ketika dirinya ditaruh perlahan di dalam kereta.

Rikkard tersenyum penuh arti, berbalik badan dan mengunci pintu kereta dari luar, membuat Nerida mengernyitkan keningnya bingung. Lantas tangannya berusaha menggapai gagang pintu, dengan sekuat tenaga ia mendorong pintu agar terbuka. Mirisnya, kereta sudah berjalan dan semakin menambah kepanikan Nerida.

Nerida semakin melemas saat mendengar tawa Rikkard. Memacu ketakutannya semakin menjadi. Ia menggedor pintu sangat kencang. Tangannya terkepal kuat, melupakan rasa sakit yang mendera di sana. Mencoba untuk melakukan hal sama, tetapi hasilnya tetap nihil.

"Rikkard buka pintunya! Jangan membuat Leon marah, kalau dia tahu kau bisa dibunuh olehnya!" teriak Nerida mengeluarkan gertakan.

Di luar sana tawa Rikkard menggelegar seperti orang gila tanpa batas. membalas teriakan Nerida dengan cara sama. "Bermimpilah, Nerida! Leon tidak akan pernah tahu ke mana kau pergi, sekalipun kau mati! Hahahaha ...."

"Dan kau, hanya tunggu Leon menyusul ke alam baka nanti!" lanjutnya bersuara lantang.

Air matanya luruh. Dalam dadanya terasa gemuruh hebat, akibat perkataan Rikkard barusan. Ia menggelengkan kepalanya ribut. Nerida bergumam, "Kau jahat Rikkard ... aku kira kau sama seperti Leon, nyatanya tidak. Aku bodoh dan naif, pantas aku terjebak di wujud ini sampai ... mati."

Untuk kesekian kalinya Nerida benar-benar tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia merasa bodoh, terlalu mudah percaya kepada orang lain, sama seperti dulu maupun sekarang. Bersamaan dengan itu pula, air matanya berjatuhan. Mutiara indah berwarna merah muda tampak cantik berjatuhan menggelinding. Melihatnya membuat Nerida kembali merutuki diri sendiri.

🐬

Senyum manisnya hilang. Tanpa perlawanan lagi Nerida di bawa masuk ke sebuah rumah kecil yang terletak berada di dekat pantai. Dengan kasar pula Rikkard melempar Nerida ke lantai, tepat di hadapan seorang pria paruh baya dan seorang wanita paruh baya. Keduanya berpakain layaknya bangsawan di mata Nerida.

Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang