🐡VITO Bab 20 : Kesepakatan Dua Makhluk🐡

33 5 0
                                    

⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️

Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.

Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___

Riak air terlihat memantulkan cahaya langit di permukaannya, sehingga membuat dirinya tertarik untuk sekedar menyentuh sedikit saja melalui ujung jari. Dia merasakan basah bercampur hangat. 

Terik matahari cukup menyengat di kulit. Alih-alih pergi lantaran harus berteduh di bawah pohon rindang, dirinya malah melepas sepatu dan memasukkan kakinya ke dalam air hangat di siang hari ini. 

Di belakangnya seorang teman berkacak pinggang dengan tangan satunya di taruh di atas dahi seperti gerakan hormat, padahal itu gunanya untuk menghalangi matahari walau sia-sia. 

Pundaknya ditepuk pelan. Menoleh ke belakang dirinya. Rambut coklat tua tertiup angin sehingga hampir mengaburkan pandangan di depan mata. Sedangkan si teman berdecak melihat tingkah laku aneh dirinya sendiri. 

"Kau mau menghitam? Nanti yang ada kau terkena tegur Ayahku, sebab kulit putihmu mulai memerah tak kuat terkena sinar matahari," kata si teman bernada menahan kesal. 

"Aku ingin memiliki kulit eksotis, supaya bisa menarik perhatian para gadis cantik di nantinya," sahutnya santai sembari menikmati rasa menusuk di area kulitnya yang semakin memerah. "Pergilah, nanti Ayah mu mencari putra kesayangannya, aku akan menyusul kalau sudah selesai."

Si teman berjongkok di sampingnya, menyenggol lengan menggunakan siku sambil berucap, "Hey, seharusnya kau tahu mengapa aku mencegahmu melakukan ini. Gadis pendatang baru kemarin sore ternyata menyukai pria gagah berkulit putih dan berotak cerdas, tampaknya kau jauh dari seleranya."

Lantas si pria berambut coklat menoleh sepenuhnya kepada si teman. Raut wajahnya kian serius mengingat pada pandangan pertama kemarin, gadis pujaannya sangatlah cantik nan lembut dalam berperilaku.

Ia menarik kakinya ke darat dan duduk menghadap teman baiknya ini. Alisnya nyaris menyatu. "Yang benar saja, apa kau serius dengan berita itu, Rikkard?" desaknya.

Pria bernama Rikkard itu mengangguk pasti. Dia bangkit dan membalikkan badan sambil berjalan tenang lalu berujar, "Hohohoho ... tiada upaya untuk membohongi teman baikku ini. Kau boleh mencari kebenarannya sendiri, Zale."

Pria berambut coklat terang indah tadi ialah Zale, dirinya segera memakai sepatu dan menghampiri Rikkard. Berjalan beriringan dengan wajah berbinar cerah.

Rikkard tertawa kecil melihat tingkah temannya, tak menyangka setelah sekian lama ada pula gadis yang disukai oleh Zale. Dia pernah mengira jikalau temannya ini mempunyai penyimpangan terhadap gender, ternyata itu tidak benar sesuai pemikiran bodohnya sendiri.

Dia merangkul pundak Zale. Senang sekali memiliki teman sekaligus— saudara. Ya, itu kenyataan yang Rikkard ingat seumur hidup hingga ajal menjemput di kemudian hari.

"Bagaimana kita pulang terlebih dahulu? Bibi May membuat pai susu bertoping apel," ajak Rikkard teringat tawaran May sebelum mereka pergi.

"Sulit sekali untuk bilang tidak jika itu tentang pai buatan Bibi May," timpal Zale membayangkan kaya rasa dari pai buatan May.

"Baiklah mari kita makan itu sebelum mencari kabar gadis cantik kemarin sore tersebut!" putus Zale berlari mendahului Rikkard.

Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang