🐡VITO Bab 17 : Penampilan Sandiwara🐡

48 5 0
                                    

⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️

Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.

Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___

Keesokan harinya. Jemma mengawali hari dengan membuat sarapan untuk mereka semua dan setelah itu ia langsung beralih ingin membereskan halaman rumah yang sangat berantakan, menimbulkan rasa gatal di tangan ingin membersihkannya sesegera mungkin.

Ia melewati ruang tamu minimalis miliknya, Tom dan Zale tertidur pulas di lantai beralaskan karpet hangat, meja kecil di sana di pindahkan ke pojok ruangan. Jemma menghela napas karena rumahnya semakin sempit sekarang.

Kemudian ia melanjutkan tujuannya. Di depan pintu ternyata ada Kim sedang meminggirkan pot bunga yang sudah pecah. Lantas dirinya merebut benda itu dari tangan Kim perlahan. Sedangkan Kim telat mencegahnya.

"Bibi, mengapa kemari pagi-pagi? Untuk apa pula kau membereskan ini," tegur Jemma tidak enak hati.

"Aku terus memikirkan kondisimu, Jemma. Takut sekali jika kau pergi melaut hari ini, jadi aku ke sini untuk memastikan bahwa dirimu baik-baik saja, tetapi mendapati pemandangan tadi membuat diriku berinisiatif merapi," jelas Kim terdengar khawatir.

Jemma membersihkan tangan Kim serta meniupnya guna menghilangkan pasir juga tanah menempel, ia menggenggam tangan Kim begitu hati-hati.

"Bibi ... aku akan baik-baik saja, di sini masih ada orang yang mempedulikan diriku sekarang, aku tidak sendirian lagi. Kau boleh berkunjung semaumu, hapus rasa cemas itu," kata Jemma amat lembut memberi pengertian.

Kepala Kim menengadah. "Setelah Nenekmu pergi, aku tak memiliki teman lagi Jemma. Tolong, jaga dirimu!" sahutnya dengan mata berkaca-kaca.

Senyuman tipis Jemma menghibur sedikit perasaan bagi seorang Kim. Tubuhnya dipeluk erat, mereka benar-benar seperti keluarga. "Hmm, aku janji tidak akan membahayakan diriku sendiri dan aku selalu ada di sini saat kau mencari ku, Bibi."

Pamela mengintip lewat celah pintu, ternyata Kim sungguhan dengan perasaannya kepada Jemma, seolah Jemma telah menjadi anaknya. Mungkin menurut Pamela penduduk di sini kebanyakan lansia kesepian seperti Kim, dia kini merasa wajar melihat Kim yang sayang sekali kepada Jemma.

Sebab menaruh rasa tidak pantas akibat iri tak akan menguntungkan bagi dirinya sendiri. Pamela pun membalikkan badan, melangkah ke arah para pria. Membangunkan Tom dan Zale secara perlahan, menyuruh mereka untuk segera membersihkan diri masing-masing.

Lalu Pamela menyuruh mereka makan sarapan yang telah disiapkan oleh Jemma sedari tadi, dirinya akan memakan bersama Jemma saja, walau makanan di meja akan menjadi dingin. Dia kembali ke kamar meninggalkan kedua pria di meja makan.

Di lain tempat.

Meja makan di sini berisikan dua orang manusia berstatus suami dan istri tanpa ditemani anak bungsu dari keluarga Delmare.

Tangan kaku Myra memotong roti perlahan, menyantapnya begitu sulit sambil menahan air mata. Di dekatnya ada Zacharias memakan terburu-buru roti yang telah ia olesi selai secara asal dan memakannya dengan empat kali gigitan.

Netranya beralih pada sang istri. Wajahnya amat pucat, ditambah tangannya masih ada perban kemarin sore yang sama sekali belum diganti. Zacharias bangkit dan memerintahkan salah satu pelayan mengambil kotak obat di kabinet dibagian atas.

Ia selalu meletakkan kotak obat di ruang mana saja, agar menghindari luka terinfeksi. Kini Zacharias duduk di samping Myra. Mengambil tangannya kanan istrinya, melihat darah merembes keluar dari perban kotor tersebut.

Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang