🐡VITO Bab 42 : Dia Yang Membunuhku!🐡

20 4 0
                                    

⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️

Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.

Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___

Brak! 

Perhatian beberapa orang di ruangan itu tertuju kepada Jemma. Ia berlari ke tempat Pamela dan yang lain mengadakan rencana besar untuk menangkap Myra, di sana Zale ikut diseret karena bagi Pamela, Zale pasti bisa membantu, yang disetujui oleh Zacharias mau tak mau.

Tetapi bukan itu tujuan Jemma, kini Jemma berjalan terburu-buru ke arah Zale dan memeluk Zale begitu erat di hadapan semua orang. Gadis itu menangis tersedu-sedu, membuat yang lain menyimpan tanda tanya besar di dalam kepalanya masing-masing. Tingkah Jemma mengundang perhatian kedua orang tuanya yang saling tatap sebentar setelah mengedikkan bahu satu sama lain.

"Zale ... aku takut ... Rikkard jahat!" Raut wajah Zale tadinya masih biasa saja, namun seketika semuanya berubah drastis.

Dia membalas pelukan Jemma dan membawa gadis itu pergi. Saat Zacharias mau mencegahnya, Pamela menggeleng. Tampak gurat kekhawatiran di wajah Zacharias, Pamela pun sama posisinya. Dirinya belum pernah melihat Jemma sesakit itu selama ini. Seolah ada luka yang lebih besar ketimbang siksaan Myra dulu terhadap anaknya itu.

"Apa Jemma akan baik-baik saja, kalau bersama Zale?" tanya Zacharias gusar.

"Tak apa. Zale bisa menjaga Jemma dengan baik, percayalah," ucap Pamela berusaha menenangkan Zacharias, walau dirinya berada di merasakan hal sama.

Sedangkan di tempat lain. Lebih tepatnya di kamar Jemma sekarang, gadis itu berusaha menghentikan tangisnya sendiri. Dadanya begitu sesak dan sakit. Apa lagi tiada ingatan bagus berdatangan ke dalam dirinya, semuanya banyak buruknya saja. Terlebih rasa sakit amat mendominasi.

Zale sendiri kembali memeluk Jemma, menepuk pelan punggung gadis itu yang sangat gemetar hebat. Jujur, Zale bingung mengapa Jemma mendadak menghampirinya dalam keadaan menangis. Padahal sebelumnya tadi pagi, semuanya baik-baik saja, malah siang ini saat sudah ditentukan berkumpul di ruang kerja Zacharias, Jemma datang dengan derai air mata di pipi. Ditambah perkataan Jemma begitu ambigu, membuat Zale berpikir keras sendirian.

Melihat Jemma begini sangat menyakiti hati Zale. Dirinya belum pernah melihat Jemma sekacau ini selama tinggal bersama. Dari kemarin memang ada sikap aneh dari Jemma. Senyum manisnya luntur dan raut wajahnya berubah menjadi sendu, begitu sedih tatapan kosong memandang tak tentu arah tersebut tergambar jelas.

Suatu luka terpendam tanpa dirinya tahu apa penyebabnya, ingin rasanya bertanya, namun enggan ketika bagaimana berusahanya Jemma menutupi kesedihannya selama ini bersama senyum palsu hambar itu. Ini tak akan pernah berakhir kalau Jemma masih enggan bercerita kepada dirinya, ya, setidaknya pada dirinya Jemma bercerita.

"Aku mengingatmu, Rikkard, dan Leon. Terutama Leon, dia sangat baik. Dia memperlakukan aku selayaknya adik, memberikan aku makanan enak serta perlindungan. Memperkenalkan kalian kepada aku yang selalu menatap waspada siapapun, termasuk kau, kau adalah orang bersinar di mataku, Zale."

Jantung Zale berdetak kencang, dia tak mau menyela cerita Jemma. Ini benar-benar sangat tidak asing.

"Zale, aku Nerida," ungkap Jemma tersenyum kecut.

Tangan Jemma menggenggam erat tangan Zale. Air matanya ia tahan agar tidak mengganggu dirinya bercerita lagi. "Setelah hari di mana kau menghilang, aku di culik. Dia memanfaatkan aku untuk tujuan jahatnya atas apa yang selalu dia capai berakhir sia-sia. Dia gagal menyingkirkan mu dan gagal pula meraih kepercayaan kedua orang tuanya, meninggalkan Rikkard yang sendirian tanpa kawan dan mengatakan aku makhluk sial."

Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [on going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang