Hyojin mematikan mesin cash register lalu menyimpan buku invoice ke dalam box file. Hari ini cukup melelahkan. Kafe penuh seharian karena ada acara ulang tahun dan ibu-ibu pejabat yang mengadakan reuni. Untuk ke sekian kali Hyojin memandangi layar ponsel dengan perasaan gusar. Tidak ada chat atau telepon dari Yonghoon seharian. Tadi pagi dia bilang akan pergi ke rumah orang tuanya menemani mamanya yang sakit karena tidak ada orang di sana.
"Hyo, kok masih di sini? Piket closing?"
Hyojin langsung menoleh dan melihat sang sahabat sedang memakai jaket. Bersiap untuk pulang.
"Bentar lagi, Yoon."
Chang Yoon menghampiri sambil menatap Hyojin dengan seksama.
"Kenapa? Ada masalah? Biasanya begitu kafe tutup lo pasti udah siap-siap."
"Ini, cuma lagi nunggu kabar dari Yonghoon aja. Tadi pagi dia bilang mau nemenin mamanya yang sakit tapi sampai sekarang dia belum nelepon buat jemput gue."
"Udah coba lo chat?"
Hyojin menggeleng. "Mungkin lagi sibuk."
"Mau gue anter pulang sekalian? Kebetulan gue mau jemput mertua dan lokasinya searah sama rumah lo."
Hyojin menggeleng lagi. "Biar gue tunggu Yonghoon deh."
Chang Yoon mengurungkan diri untuk pergi. Dia menarik kursi kasir lalu duduk sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Hyo, dalam rumah tangga itu nggak Cuma dibutuhkan sebuah pengertian, tapi juga komunikasi dua arah. Lo nggak mungkin bisa tenang hanya dengan berpikir bahwa sekarang Yonghoon lagi sibuk dan ogah lo ganggu. Lagipula lo kan istrinya, lo berhak tau dimana dan sedang apa dia sekarang. Ini udah jam pulang, dan ada Euijoo yang nungguin lo di rumah. Masa dia nggak khawatir kalau sampai lo harus pulang sendirian."
Hyojin memain-mainkan hpnya di atas meja bar.
"Sorry gue nggak bermaksud memprovokasi lo, tapi sebagai temen yang sama-sama sudah berumah tangga, gue pengen berbagi pengalaman. Bicara deh kalau lo memang keberatan, atau nggak setuju dengan sikap suami lo yang selalu lebih mengutamakan keluarganya. Lo juga punya hak untuk jadi prioritas, lo juga lebih penting. Gue punya mama dan suami yang sama-sama butuh perhatian, dan sebisa mungkin gue berlaku adil."
Meski semua yang dikatakan oleh Chang Yoon adalah benar, tapi rasanya sulit bagi Hyojin untuk menerima. Seolah-olah untuk segunung sikap Yonghoon yang di mata orang terlihat jelek dan tidak wajar itu, Hyojin selalu penuh pemakluman. Mereka mungkin tidak pernah berpikir bahwa baginya, hal seperti ini adalah sebuah kompensasi, hukuman atas dosa yang dia perbuat.
"Nggak semua orang memiliki pemikiran yang sama kan, Yoon. Yonghoon itu laki-laki yang dibesarkan di tengah keluarga lengkap dan sejak kecil dia nggak pernah dibiarin hidup di luar pengawasan mereka. Walaubagaimana pun Yonghoon itu alpha mereka satu-satunya."
Hyojin membuang pandangan ke arah mesin pembuat kopi saat menjelaskan hal itu pada Chang Yoon, yang sebenarnya sangat percuma. Karena Chang Yoon lebih tahu tentang Yonghoon. Dia adalah sahabat Yonghoon sejak mereka kecil. Dia juga yang sering memberi masukan dan nasihat pada Hyojin tentang bagaimana seharusnya menghadapi sikap dan sifat Yonghoon selama ini.
"Lo terlalu cinta sama dia, Hyo. Itu masalahnya."
Apa iya terlalu mencintai seseorang adalah sebuah masalah? Apa iya salah bagi Hyojin kalau dia begitu membutuhkan keberadaan Yonghoon setelah laki-laki itu berhasil membuat dirinya optimis dan berpikiran bahwa seorang alpha yang bisa bertanggung jawab di muka bumi ini masih ada. Dia membuktikan pada Hyojin bahwa pernikahan yang tidak direstui oleh orang tua juga mampu dijalani meski harus dalam keadaan tertatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVISION || YONGHOON 🔞
FanfictionSehimpun cerita Jin Yonghoon dengan mainan-mainan kesukaannya ❤