"Fuck."
Jungwoon mengumpat setelah sambungan terputus dan dia tenggak lagi soju dalam botol. Di sampingnya Minjae memerhatikan lelaki yang terlihat kesal itu.
"Ada apa? "
"Tuan Jin, " Jungwoon menghela napas berat. "Dia memerintahkanku untuk mengurus surat cutinya dalam waktu satu hari. "
"Kau serius? " Minjae terperangah.
Jungwoon tidak menanggapi. Lelaki itu malah menyalakan rokok lalu ia hisap dalam-dalam. Matanya menatap ke arah tepian sungai bernuansa hitam di depan mereka. Dari kejauhan beberapa orang sedang jogging dan bermain sepeda di pinggir jalur dekat pembatas sungai. Waktu menunjukkan pukul dua belas malam tapi taman itu masih ramai pengunjung. Sore ini setelah menyelesaikan tugas terakhir, Minjae ditelepon oleh sahabatnya. Jarang-jarang Jungwoon meminta untuk bertemu di luar jam kerja. Jadi Minjae pikir mungkin memang ada hal penting yang ingin anak itu bicarakan.
"Tapi bukankah keinginan orang kaya memang selalu aneh dan merepotkan? " gumam Minjae.
Jungwoon mengangguk. Dia lalu membaringkan kepala di paha Minjae dan menunjuk ke langit.
"Aku mau pergi ke bulan saja. Sepertinya hanya tempat itu yang tidak akan bisa dicapai oleh bosku. "
Ucapan ngawur Jungwoon membuat Minjae terkekeh. "Kau mudah sekali mabuk. Heh, aku tidak bawa mobil dan aku malas mengantarmu pulang, ya? "
"Haish, untuk apa aku pulang. Apartemen itu hanya berguna menyimpan barang-barangku. Setelah ini aku mungkin akan kembali ke kediaman perdana menteri yang terhormat dan sudah harus berada dalam keadaan sadar sebelum pukul tujuh pagi. "
"Lalu kenapa kau masih berani minum? Sudah sini kemarikan. " Minjae merebut botol di tangan Jungwoon dan menyimpannya agak jauh.
Jungwoon mulai bernyanyi, menyenandungkan lagu yang tidak jelas. Dia menatapi langit dengan sorot mata sendu sambil menunjuk beberapa bintang yang terlihat.
"Minjaeya."
"Humm? "
"Aku dengar kau naik jabatan? Kau jadi asistennya tuan muda Euijoo? "
"Gosip sangat cepat menyebar, huh? "
Jungwoon terkekeh. Dia lalu merentangkan tangan.
"Selamat datang di neraka, " serunya.
Minjae tertawa. Dia mengangguk-angguk setuju.
"Tapi seharusnya dia memperlakukanmu lebih baik, bukan? Sudah seberapa sering kalian berhubungan seks? "
"Yaish, " Minjae menepuk bibir Jungwoon. "Seks tidak ada kolerasinya dengan pekerjaan. Dia akan tetap memarahiku kalau ada sesuatu yang tidak beres dan mulai menyuruhku melakukan hal-hal merepotkan. "
Jungwoon berdecak. "Ck, ck. Darah memang lebih kental daripada air. "
"Lagipula aku tidak berharap banyak dari hubungan ini. "
"Huh? Kenapa? " mata booba Jungwoon menatapi wajah Minjae. "Karena dia keluarga Jin? "
"Yah, itu salah satunya. Euijoo mungkin memang tidak akan mempermasalahkan masa laluku tapi aku tidak ingin mempermalukan siapapun. Im not cool enough, Dude." bahu Minjae bergedik samar.
Saat itu Jungwoon menyeringai. "Bukankah sudah kukatakan kalau kau sebaiknya berpacaran dengan kalangan biasa saja? Hah? Memangnya kau punya apa sampai berani menerima cinta lelaki itu? Ya Tuhan, apa masih bisa diperbaiki? Aku kan sudah mengenalkanmu dengan beberapa temanku memangnya tidak ada yang cocok atau bagaimana? "
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVISION || YONGHOON 🔞
FanfictionSehimpun cerita Jin Yonghoon dengan mainan-mainan kesukaannya ❤